3

12.9K 1.2K 92
                                    

Saat itu, Laila baru masuk SMA. Dia bingung harus pergi kemana dan orang-orang yang dia tanya tak menjawab. Laila sadar kalau mereka melihat penampilannya yang sangat sederhana.

Rambutnya yang berwarna hitam kecoklatan diurai tanpa diberi hiasan apapun. Wajahnya tak memakai make up dan hanya bedak tipis saja. Bibirnya juga tak dipoles apa-apa hingga terlihat sedikit kering dan pucat.

Laila masih memakai seragam SMP-nya. Dia memakai sepatu dan tas bekas waktu kelas 3 SMP. Wajar saja jika murid-murid yang penampilannya lebih baik dari Laila memandang Laila dengan rendah.

Karena kebingungan dan tidak ada teman, Laila pun hanya mengikuti yang lain. Saat yang lain beramai-ramai memasuki lapangan, Laila ikut. Saat yang lain beramai-ramai masuk ke aula, Laila ikut.

Sedih rasanya karena dari SMP tempat dia sekolah, hanya dia sendiri yang masuk ke SMA Garuda. Jadi, Laila tidak punya kenalan satupun.

Hari MOS kedua Laila masih belum punya teman. Tapi, dia selalu bersikap biasa dan ceria untuk menyembunyikan rasa kesepiannya.

Di hari kedua itu, Laila diperintahkan untuk membawa beberapa barang dan makanan oleh seniornya. Bukan hanya Laila, tapi siswa baru yang lain juga.

Saat sedang berjalan terburu-buru menuju aula, Laila jatuh karena tersenggol oleh orang lain. Barang-barang yang dia bawa berserakan. Dengan panik dia pun memunggutinya satu persatu. Laila takut terlambat masuk aula.

Karena kerepotan , Laila pun jadi terlambat masuk ke aula. Para senior menatap Laila dengan tatapan peringatan. Bahkan, mereka sudah merencanakan hukuman untuk Laila.

Namun, hukuman itu tidak jadi dilakukan karena ternyata bukan hanya Laila yang terlambat. Saat Laila berdiri di depan pintu aula bersama senior-seniornya, ada seorang siswa baru juga yang baru datang. Laila tahu itu karena siswa itu memakai seragam putih biru sepertinya. Siswa baru berjenis kelamin laki-laki itu terlihat begitu santai dan tenang. Tak ada ketakutan di wajahnya karena dia terlambat.

"Ada apa ini?" Saat itu, Laila belum tahu siapa laki-laki itu. Tapi, Laila menatapnya dengan tatapan kagum. Laila kagum dengan pembawaan laki-laki itu yang begitu santai. Ditambah wajah tampannya.

"Rendra, kamu masuk saja. Gadis ini akan dihukum karena terlambat." Salah seorang senior perempuan berucap. Laila merenggut tak suka mendengarnya. Itu tidak adil.

"Biarkan dia masuk," ucap Rendra seraya menatap Laila dengan tatapan datar. Tak bisa menolak perintah Rendra, para senior pun membiarkan Laila masuk bersamaan dengan Rendra.

Saat itu, rasa kagum Laila pada Rendra semakin besar. Bagi Laila, Rendra adalah penyelamatnya. Rendra sudah menyelamatkannya dari hukuman kejam para senior.

***

"Kau isi semua soal itu." Rendra berucap dengan dingin seraya memberikan bukunya pada Laila. Laila cemberut karena Rendra membawanya ke apartemen laki-laki itu hanya untuk mengerjakan tugas.

"Ngerjain soal lagi," keluh Laila. Namun, Laila pun mulai berkutat dengan pensil dan buku Rendra.

Sebenarnya, ini bukan kali pertama Laila datang ke apartemen Rendra. Laila pertama kali datang ke apartemen Rendra kalau tidak salah sejak tiga bulan yang lalu. Tapi ya, Laila hanya akan disuruh Rendra untuk mengerjakan tugas saja.

Sikap Rendra terhadap Laila memang selalu berubah-ubah. Di sekolah, Rendra sering sekali bersikap kasar dan ketus pada Laila. Tapi, saat pulang sekolah Rendra bisa menjadi sosok yang sedikit baik pada Laila. Ya, hanya sedikit.

"Rendra, aku lapar." Laila berucap seraya menatap Rendra yang duduk dihadapannya dan sedang memainkan ponsel.

"Makan saja," jawab Rendra acuh tak acuh. Laila mengerucutkan bibir mendengar jawaban singkat Rendra barusan.

Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang