PART SATU💕

293 11 1
                                    

Bagaimana mungkin Abi meminta diriku untuk segera menikah.Selain karena umurku memang sudah cukup,Abi pun ingin menjabat tangan calon suamiku untuk mengikrarkan janji sucinya karena menurut Abi umurnya sudah tidak lama lagi karena penyakit kanker tulang yang sudah menggerogoti tubuhnya selama tiga tahun ini.

Siapa juga yang tak mau menuruti permintaan Abi yang mungkin akan menjadi permintaan terakhirnya.Aku sangat ingin mengabulkan apa yang menjadi permintaan Abi padaku,hanya saja Aku belum menemukan sosok yang cocok untukku.Aku tidak mencari pasangan yang sempurna karena sejauh apapun Aku mencarinya,Aku tidak akan pernah menemukannya.Aku hanya mencari pasangan yang pandai memperbaiki diri walau diri sudah cukup baik.Yang jelas,Aku ingin segera mengabulkan permintaan Abi.

Jika ada yang bertanya kenapa Abi tidak meminta Kakakku saja yang menikah terlebih dahulu?Jawabannya adalah karena Kakakku memang sudah menikah satu tahun yang lalu.

.
.
.

Abi memang sudah lama terbaring di ranjang rumah sakit.Untung saja Aku bekerja sebagai suster di Rumah Sakit tempat Abi dirawat,jadi Aku bisa memantau perkembangan Abi.Sungguh,Ku rasa sejauh ini belum ada perkembangan yang baik untuk kesembuhannya.

Benar,Aku sudah bekerja,Aku bekerja sebagai Suster di Rumah Sakit tempat Abi dirawat.Usiaku kini menginjak angka 21,memang sudah saatnya Aku menikah karena impianku sejak dulu pun Aku ingin menikah muda.Bukan karena Aku berfikir bahwa menikah muda itu suatu kesenangan atau kenikmatan tapi Aku ingin menikah muda karena memang Aku ingin menyempurnakan separuh Agamaku,selain itu menikah adalah salah satu cara agar Aku bisa terhindar dari zina,zina apapun itu.Menikah muda menurutku memang akan menghindarkan diri dari zina karena hanya dengan menikahlah segala sesuatu yang haram akan jadi halal dan sesuatu yang menimbulkan dosa akan jadi ladang pahala.

***

"Suster Salwa,tolong bawakan alat alat medis dan antarkan ke kamar melati nomor 124 sekarang juga,pasien disana kritis"pinta salah satu Dokter muda bernama Dr.Adnan.

Kamar Melati nomor 124? Pendengaran ku tidak bermasalah,tentu saja Dokter Adnan mengucapkan itu.Seketika lututku lemas,pikiranku kalut,jantungku berpacu lebih cepat dari biasanya.Hey,itu adalah kamar tempat Abi ku dirawat.

"Baik,Dok"Aku langsung mengambil semua alat medis yang dibutuhkan dan langsung berlari menuju kamar tersebut dan menyerahkan alat medis yang ku bawa pada dokter Adnan.

Aku membatu dokter Adnan sesuai dengan perintahnya.

Mataku tak henti-hentinya mengeluarkan cairan bening yang dengan lancangnya telah membasahi pipiku.

Dokter Adnan tahu kalau pasien yang sedang Ia tangani adalah Abiku,karena memang Abi adalah dosen dokter Adnan dikampusnya dulu jadi menurutku Abi dan Dokter Adnan sudah saling mengenal dengan baik.Hingga tak heran,kalau saat ini dokter Adnan memahami arti dari tangisanku.

Diruangan ini,ada Umiku dan juga Kakak laki-lakiku.Umi terus memelukku seolah menguatkan ku padahal Aku tahu,saat ini suasana hati Umi juga sama sepertiku.Sedangan Kak Arsya mengusap punggungku seolah menyalurkan kekuatannya juga.

Ku lihat,jari tangan Abi bergerak.Aku langsung mengalihkan pandanganku ke arah Abi dan menciumi tangannya.Mata Abi mulai terbuka dan kata pertama yang Ia keluarkan adalah namaku "Syahratussalwa Az-Zahra",Aku langsung mendekatkan wajahku ke arah Abi.

"Abi ingin menikahkan kamu"ucapnya dengan susah payah.

Aku spontan menjawab,"Tapi Bi,Salwa belum memiliki sosok itu"

Abi hanya terdiam menatapku dalam dalam dengan penuh cinta dan kasih sayang seraya mengusap pucuk kepalaku yang tertutup hijab.

Aku masih menangis,begitupun dengan Umi.

"Saya yang akan menikahi suster Salwa,itupun jika Ia bersedia"Aku terkejut,Dokter Adnan bersedia menikahiku? Apa Aku tidak salah?

Aku menatapnya untuk beberapa detik dan mengalihkan pandanganku pada Umi,Umi hanya tersenyum.

"Apa Dokter Adnan yakin ingin menikahi Salwa?"tanya Umiku pada dokter Adnan.

"Saya Yakin,Bu"ucapnya penuh dengan keyakinan.

"Gimana,Salwa?"tanya Umi.

"Mmmm...Iya,Mi.Salwa mau nikah sama Dokter Adnan"jawabku pelan.

Setelah itu,semuanya sibuk mempersiapkan pernikahan ku dan Dokter Adnan yang akan dilaksanakan hari ini juga,ditempat ini juga.Ya,benar.Dirumah sakit tempat Abi dirawat.

Penghulu dan saksi-saksi sudah memenuhi ruangan rawat Abi,termasuk keluarga dokter Adnan.Dokter Adnan pun sudah membelikan mahar walau hanya cincin emas seberat 5 gram yang juga jika dipakai dijari manis ku itu kebesaran.Tapi tidak apa-apa karena ini dadakan,dan yang penting pernikahan kami sah dan Aku telah mengabulkan permintaan Abi.

Dokter Adnan mulai menjabat tangan Abi dan dan mulai mengucapkan ijab qobul.

"Saudara Adnan Al-Fatih Firdausy bin Sanjaya Firdausy,saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan anak kandung saya yang bernama Syahratussalwa Az-Zahra untukmu dengan mahar 5 gram emas dibayar tunai"ucap Abi penuh ketegasan dan susah payah dengan air mata haru yang mengalir membasahi pipinya.

"Saya terima nikah dan kawinnya Syahratussalwa Az-Zahra binti Abdullah,anak kandung bapak untuk saya dengan mahar 5 gram emas dibayar tunai"balas dokter Adnan tak kalah tegas dengan raut wajah penuh ketegangan.

Seketika,semuanya mengucapkan rasa syukur atas pernikahanku dan Dokter Adnan.Aku mencium punggung tangan dokter Adnan yang kini sudah sah menjadi suamiku dan dokter Adnan membalasnya dengan mengecup keningku penuh kelembutan.Aku beralih menyalimi Umi dan memeluknya,tak lupa juga aku menyalimi kak Arsya dan istrinya serta keluarga dokter Adnan dan yang terakhir aku memeluk dan mencium sosok yang kini terbaring lemah di ranjangnya dengan nafas yang mulai terengah-engah,benar,itu adalah Abiku.

Orangtua dokter Adnan sudah pulang.Kini tinggal Aku,dokter Adnan,kak Arsya beserta Istrinya dan Umi yang berada diruangan Abi dengan penuh kecanggungan.

"Dokter Adnan,terimakasih sudah mau menikahi Salwa dan membatu Salwa untuk memenuhi permintaan Abi nya"ucap Umi pada dokter Adnan yang kini duduk disamping kak Arsya.

"Tidak perlu berterima kasih Bu,ini keinginan saya dan saya senang melakukan apa yang menjadi keinginan saya.Ibu tidak perlu memanggilku dokter,cukup panggil saya dengan sebutan Adnan saja"sahutnya lemah lembut.Aku hanya menunduk,rasa malu dan canggung mendominasi ku.

Ibu tersenyum dan mengusap lembut punggung dokter Adnan yang kini sudah menjadi putra keduanya juga "Kamu juga jangan panggil Ibu yak,panggil Umi saja biar sama kaya Salwa.Iya kan,Salwa?"

Aku gelagapan,gugup "Eh iiya,Mi"

Semua yang ada diruangan ini tersenyum,kecuali Abi.

"Pasti dia grogi tuh,nan"sahut kak Arsya

Dokter Adnan hanya tertawa kecil.

Aku tetap menunduk.

Entahlah,meski pernikahanku dilakukan secara tak terduga tapi jujur saja,Aku bahagia dengan semua ini.Tapi disatu sisi aku juga sedih melihat Abi yang harus terus terbaring di ranjangnya dengan penyakit kanker tulang yang sudah lama bersarang ditubuhnya.Aku rindu.Aku rindu Abi berada di tengah-tengah kami dengan leluconnya yang garing namun dapat membuat seisi rumah tertawa karena lelucon garingnya itu.Intinya,Aku rindu Abi.

~tbc~

DIA,SYURGAKU!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang