.
.
.
.Terlintas di benak tapi tak pernah ku duga bisa secepat ini.
Pernikahanku yang tanpa sengaja membuatku nyaman.
Awalnya aku ragu dengan pernikahan yang ku rasa tanpa cinta ini.
Tapi salah,
Dugaanku salah.
Dokter Adnan telah mencintaiku jauh sebelum dia menikahiku.
Ini benar-benar kebetulan yang menguntungkan Dokter Adnan,tapi tidak merugikanku juga.
***
Jam menunjukan pukul 4.15am.
Ya,
Ini sudah hampir subuh.
Tapi Aku bangun tanpa melihat sosok yang belum genap 24jam menjadi suamiku itu.
Dia tidak ada di sampingku.
Tapi tak perlu khawatir,aku sudah tahu dia melangkahkan kakinya kemana.
Dia pergi shalat berjamaah di sebuah mushola dekat rumahku.Alhasil Aku shalat sendiri dikamar ku.
Setelahnya,Aku membantu Umi menyiapkan sarapan kami.
Kata Umi,hari ini hari yang berbeda dengan hari sebelumnya.Dulu,setiap sarapan selalu ada Abi yang duduk disamping Umi,dan sekarang sosok itu sudah pulang pada Pemiliknya.
Tapi sedih Umi sedikit terobati,begitu pula sedihku,karena sekarang sudah ada sosok laki-laki penerus Abi,yaitu Dokter Adnan.
Argh,akhirnya suara yang ku tunggu-tunggu akhirnya muncul.
Benar.
Dokter Adnan,
Argh,maksud ku suara salam yang terucap dari bibir Dokter Adnan,"Assalamualaikum"
Argh,rasanya bahagia sekali memiliki pendamping hidup.
"Waalaikumsalam"ucapku seraya berlari menuju pintu utama dan membukanya.
Aku langsung mencium punggung tangannya dan mengambil alih sajadah yang Ia pegang.
Dia membalasnya dengan mencium kening ku penuh kelembutan.
Tanpa direncanakan, pipi ku kembali memanas dan mengeluarkan semburat merah tanda Aku sedang malu karena perlakuannya yang menurutku sangat manis.
"Saya suka pipi kamu kalau lagi merah seperti ini"bisiknya tepat di samping telinga ku seraya menoel pipi ku pelan.
Argh,Aku semakin malu dibuatnya.Tapi Aku bahagia dengan semuanya.
Sungguh,Aku baru tahu Dokter Adnan yang sebenarnya.Dari luar Ia terlihat dingin,kaku dan dengan wajah datar yang setia Ia pasang,tetapi setelah Aku menikah dengannya dan menghabiskan waktu kurang lebih 24 jam bersamanya,ku rasa dia sosok yang hangat,penyayang dan manis,bahkan dengan gombalan recehnya Ia tetap terlihat cool.
Bahkan,Aku sangat suka melihat Dokter Adnan ketika baru saja selesai berwudhu,karena pada saat itu ku rasa level ketampanannya semakin meningkat.
Ku rasa Aku tak akan susah untuk belajar mencintainya.
.
.
.
.Aku mengalihkan pembicaraan karena terlampau salah tingkah,"Dokter Adnan langsung saja ke meja makan,sarapan.Disana sudah ada Umi.Salwa mau nyimpen ini dulu ke kamar".
Ia hanya mengangguk meng-iya kan perkataan ku.
Sepersekian detik kemudian Aku telah berada di meja makan.Dokter Adnan memimpin doa dan kami sarapan dengan hening,hanya ada suara sendok dan piring yang beradu.
________________________
Aku dan Dokter Adnan tengah mencoba untuk saling mengenal lebih dalam di antara kita berdua.
Sementara Umi,Ia tengah menghadiri acara kajian yang memang rutin Ia hadiri.Biasanya Aku juga ikut dengan Umi,tetapi apa yang harus ku lakukan selain diam dirumah dan menemani Dokter manis ini? Umi menyarankan agar Aku tetap diam dirumah dan menemaninya,karena Ia belum terbiasa tinggal dirumah ku.Lagi pun jika aku ikut dengan Umi,Dokter Adnan nanti sendiri dan bagaimana mungkin Aku membiarkannya diam sendirian di rumah yang mungkin saja menurutnya asing.
.
.
."Dokter Adnan,Salwa boleh tanya sesuatu sama Dokter?"tanyaku.
"Tentu saja.Kamu istri saya jadi kamu boleh bertanya sesukamu tanpa harus meminta izin pada saya"jawabnya.
Argh Aku bahagia mendengar tiga kata ajaib yang terlontar dari bibirnya 'Kamu istri saya'
"Apa Dokter Adnan masih akan mengizinkan Salwa untuk tetap bekerja sebagai suster di Rumah Sakit itu?"tanyaku lagi dengan wajah yang terus ku tundukan.Jujur saja,Aku masih belum berani menatapnya.Aku gugup dan rasa malu masih mendominasi ku.Asal kalian tahu,malu ku tak beralasan.Aneh bukan?
"Saya rasa,saya tidak akan tega jika saya harus melihat kamu kelelahan karena bekerja.Jadi saya pikir saya tidak akan mengizinkan Salwa untuk kerja lagi"sahutnya penuh kelembutan.
Aku hanya mengangguk dan berdehem ria.
Dokter Adnan memegang dagu ku dan menariknya ke atas agar Aku menatapnya kemudian,"Saya suami kamu,otomatis saya menjadi kepala keluarga dalam keluarga kita.Salwa tidak perlu bersusah-susah bekerja.Biarkan saya jadi tulang punggung untuk kamu dan tugas kamu menjadi tulang rusuk saya hingga hanya Allah yang dapat memisahkan kita".
Demi apa pipiku kembali merah seperti biasa jika Aku mendengar kata-kata manis darinya.
Sepersekian detik kemudian Aku kembali menundukkan pandanganku agar semburat merah yang menghiasi pipiku tak dapat terlihat oleh Dokter Adnan.
Di sela-sela pembicaraan kami,tiba-tiba ponsel milik Dokter Adnan berbunyi tanda satu panggilan masuk.Ia mengangkatnya dan menjawab panggilan tersebut.
Sepertinya panggilan dari Rumah sakit,terdengar dari pembicaraannya Aku sudah bisa menebaknya.
Beberapa saat kemudian telpon itu mati.
"Salwa,Saya harus ke Rumah Sakit sekarang.Ada operasi yang harus dilakukan,tetapi Dokter disana sedang tidak memadai jadi saya yang harus menggantikannya.Kamu tidak apa-apa jika saya tinggal dirumah sendiri?"sudah ku duga,pasti Dokter Adnan akan mengatakan itu.
Aku ingin mencegah kepergiannya,tapi rasanya ada orang lain yang sedang membutuhkan jasanya,"hmmm gak papa kok,Dokter pergi aja.Mereka membutuhkan bantuan Dokter".
"Terima kasih untuk pengertiannya dan maaf karena baru beberapa hari kita menikah,Saya sudah harus meninggalkan kamu"
"Nggak apa-apa".
Ia mengambil tas kerjanya dan kembali menghampiriku.
Aku mencium punggung tangannya dan seperti biasa Dokter Adnan selalu membalasnya dengan kecupan lembut di keningku.
Kemudian,Ia meraih kunci mobilnya di atas nakas dan mulai melajukan mobil berwarna hitam miliknya.
Jujur Aku takut,
Ya,Aku takut,
Bahkan sangat takut,
Tentu saja,
Tentu saja Aku takut,
Aku takut merindukannya,
Sungguh,Aku takut merindukannya.
Argh,Aku jadi tersipu sendiri.
.
.
.
.
.
.
.~tbc~
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA,SYURGAKU!
EspiritualSejauh apapun kau pergi,aku akan tetap berada di sampingmu karena kau adalah syurgaku❤️