Tujuh

219 29 1
                                    

"kamu beneran ajak Ali belajar bareng?" Prilly duduk menyamping melihat Akbar yang fokus menyetir.

Senyum manis Akbar lagi-lagi membuat hati Prilly berbunga, Akbar melirik sebentar lalu kembali fokus ke jalanan "iya, emang kenapa sih kamu kok nggak suka gitu? Dia kan temen kamu, temen olimpiade juga. Harusnya bisa kompak" tutur Akbar lembut. Kini keduanya dalam perjalanan pulang setelah les seperti biasanya.

Prilly mengatupkan bibirnya, "kamu kan tahu aku kek gimana, jarang ngobrol sama orang lain" Prilly memberenggut.

Tangan kanan Akbar menggenggam tangan kiri Prilly "kamu harus mulai berinteraksi sama orang di Deket kamu sayang, mulai aja dulu sama Ali"

"Iihhh kamu ini" Prilly mencubit lengan Akbar "emang kamu nggak takut kalo aku jadi suka sama Ali" kesal Prilly yang tak setuju usulan Akbar.

Bukannya marah Akbar malah tertawa menanggapi ucapan Prilly "aku tuh percaya sama kamu, nggak mungkin kamu tega ninggalin aku. Lagian aku yakin kamu cinta banget sama aku" ucap Akbar PD Sambil menaik turunkan alisnya.

Sekali lagi Prilly mencubit lengan Akbar lebih keras "iih jangan terlalu pd pak"

Akbar memelankan laju mobilnya karena lampu merah dan tentunya pancet. Kini Akbar menatap Prilly dalam, menatap manik hazel Prilly yang memabukkan. Tangannya mengelus pipi chubby Prilly " Aku terlanjur nyaman sama kamu, aku nggak ngerasain seperti ini sebelumnya, setiap di deket kamu jantung ku berdetak cepat, setiap liat senyum kamu buat hati ku senang. Dan aku tambah bahagia karena kamu milikku. Aku tahu ini terlalu cepat bahkan umur kita masih tujuh belas, tapi aku beneran mau serius sama hubungan kita. Aku udah bicarain sama keluarga ku, dan mereka mendukung. Aku sayang sama kamu, aku cinta sama kamu" ucap Akbar lembut dan tentunya tulus, tatapan matanya berubah sendu. Tatapannya menembus manik hazel Prilly,menunggu jawaban Prilly

Pandangan Prilly buram, ia terharu. Ia merasa jadi cewek paling beruntung di dunia saat ini. Tangannya membekap mulut tak percaya. Tak mampu berkata lagi, Prilly langsung menarik Akbar ke pelukannya. Menenggelamkan kepalanya di dada bidang Akbar. Untuk sedang mancet jadi tak mengganggu pengendara lain. Tangan Akbar terangkat membalas pelukan Prilly. Akbar menghirup dalam aroma shampo strawberry milik Prilly.

"I love you" gumam Akbar lembut. Prilly mendongak menatap Akbar, tiba-tiba ia mencubit lengan Akbar kemudian melepas pelukannya. Kedua tangannya ia lipat di depan dada "kamu nggak romantis deh, masak di tengah-tengah jalan mancet gini" dumel Prilly, ia pura-pura ngambek.

Kedua tangan Akbar menguyel-uyel kedua pipi chubby Prilly "gemeeesin banget sih, jadi nggak sabar ngehalalin" Prilly memegang kedua tangan Akbar hendak melepasnya "iih sakit" regek Prilly mengelus-elus kedua pipinya.

"Aduh maaf sakit ya?" Akbar mengelus pipi kanan Prilly.

Prilly manabok Akbar keras"kamu sih keterlaluan jadi pacar"

Akbar menyengir "lah gimana. Kamunya siiih gemesin pengen nguyel-uyel pipi kamu terus"

"Gimana mau tirus kalo tiap hari kamu uyel-uyel tambah lebar pipiku" dumel Prilly yang masih sibuk mengelus-elus kedua pipinya.

Akbar mengacak rambut Prilly gemas. Sebelum melajukan mobilnya kembali, Akbar menangkup pipi Prilly dengan kedua tangganya lalu ia tekan.

Mau tak mau Prilly hanya pasrah dan kembali mengelus kedua pipinya. "Kebiasaan banget" dumel Prilly kesal.

*****

"Hari ini kita mau belajar apa dulu nih?" Tanya Akbar menatap Ali dan Prilly bergantian.

Kini mereka bertiga belajar bareng seperti yang dijanjikan Akbar kemarin. Akbar heran dengan kedua manusia disampingnya dan didepannya ini. Sedari tadi hanya diam, bahkan biasanya Prilly cerewet banget mengenai pelajaran. Kenapa sekarang diam kayak patung. Sedangkan Ali terlihat diam tak menyentuh bukunya sama sekali, tatapannya terpaku pada buku di depannya.

"Kalian kenapa sih diem aja? Kita mau belajar ini" ucap Akbar meletakkan bukunya di meja.

Ali tersentak sadar dan merubah posisi duduknya lebih nyaman. Tangannya mengusap rambutnya kebelakang.

Sedangkan Prilly terlihat membasahi bibirnya. Ia mengusap hidungnya untuk menetralkan kegugupannya.

"Kita belajar fisika gimana?" Usul Prilly menatap Akbar dengan sebelah alisnya terangkat.

Dan langsung di angguki oleh Akbar. Tangan kanan Akbar menggenggam tangan kanan Prilly dibawah meja.

Belajar bareng hari ini berjalan lancar meskipun yang mendominasi Akbar karena Ali dan Prilly masih terlihat sangat canggung. Bahkan Akbar sendiri heran kemarin Ali terlihat bersemangat tapi kenapa hari ini banyak diam.

"Nggak mau disini dulu Li? Buru-buru pulang aja" tanya Akbar melihat Ali memasukkan bukunya ke dalam tas ransel merah miliknya.

Ali tersenyum kecil "udah janji sama temen mau kumpul bareng"

" Emang jam berapa?"

"Jam setengah sembilan sih"

"Disini aja dulu masih lama juga kan, kita ngobrol-ngobrol dulu" Akbar berusaha menahan Ali, karena jujur ia ingin mengetahui tentang Ali.

Tak ada jawaban dari Ali selain anggukan dan meletakkan ransel merah miliknya disamping. Sedangkan Prilly asik memainkan ponsel Akbar yang ia pinjam.

"Lo suka olahraga apa Li?" Akbar mulai kepo.

Ali menyengir sambil menggaruk kepala belakang meskipun tak gatal. "Banyak sih, basket, badminton, footsal,renang, voli juga bisa. Semua olah raga cowok gue suka"

"Banyak banget"

"Ya Lo ngertilah, gue anaknya bukan yang pegangin buku kemana-mana" Ali terkekeh kecil. "Kalo elo sendiri?" Sambung Ali.

Senyum manis tercetak diwajah Akbar "ngak sebanyak elo, cuma footsal doang. Itu pun gue baru gabung sama club masih lima bulan"

Ali menepuk bahu akbar "santai aja kali, kalo Lo mau coba selain footsal gue bisa bantu" Ali menaik turunkan alis tebalnya.

"Lo sering ikut olimpiade?"

Ali menangkupkan bibirnya "masih beberapa kali, itu pun nggak selalu jadi juara" Ali menghela nafas. "Sebenernya ikut olimpiade bukan bidang gue, cuma karena seseorang gue jadi mau ikutan olimpiade. Kalo elo pasti udah sering kan ya?"

Lagi-lagi Akbar tersenyum manis dan mengangguk.

"Udah keliatan, Lo sebelas dua belas kayak cewek samping Lo" Ali sedikit melirik ke arah Prilly yang masih fokus dengan ponsel Akbar. Prilly yang sadar arah pembicaraan Ali langsung menoleh dan menatap tajam Ali.

Akbar ikut menoleh ke arah Prilly, ia tersenyum tulus melihatnya "Lo bener. Gue nggak jauh beda sama Prilly, belajar dan belajar" Akbar mengacak rambut Prilly gemas.

Ali mengalihkan pandangannya sebentar "jangan terlalu serius laaah. Belajar tapi juga ada mainnya, entar Lo setres banyak pikiran".

Prilly menata rambutnya "dasarnya aja suka, dan kita ngak terbebani kalo terus belajar" ketus Prilly tak menatap Ali sama sekali. Ia tetap fokus dengan ponsel Akbar yang sedari tadi ia pegang. Tak ada yang menarik, hanya saja ia melihat cara memecahkan materi yang belum ia pahami dari YouTube.

"Ya gue tau, tapi idup jangan dibuat serius banget. Lo juga butuh hiburan kali" ucap Ali santai. Ali melirik ponselnya "gue pamit pergi dulu ya. Makasih belajar barengnya, jangan kapok belajar bareng sama gue" Ali bangkit sambil memikul ranselnya.

"Yoi santai aja. Ati-ati dijalan" ucap Akbar menatap punggung Ali sampai tak terlihat lagi.

Sedangkan Prilly langsung menubruk tubuh atletis Akbar. Menenggelamkan kepalanya di dada bidang Akbar, menghirup dalam aroma tubuh Akbar yang bercampur dengan parfumnya. Yang membuat Prilly nyaman dan betah di posisi ini. Tangan Akbar tak tinggal diam, ia mengelus punggung Prilly sayang.

MAAFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang