Morning Routine with Aohitsugi Samatoki

4.2K 293 11
                                    


Hypnosis Mic © KING RECORD, IDEA FACTORY and Otomate

Tema : Morning Routine

Chara : Aohitsugi Samatoki x Reader

.

Enjoy!

.


Hanya dalam hitungan menit saja sampai matahari menerobos celah tirai kamarmu, namun sampai saat ini kau masih juga terjaga. Bola matamu berguling pada jam di atas meja. Pukul lima pagi lebih tiga menit. Sesekali kau bergerak-gerak pelan dari posisi tidurmu untuk mengusir gelisah. Keringat dingin mulai timbul di atas permukaan dahimu.

Gawat.

Kau ingin sekali lari ke toilet detik itu juga kalau saja sepasang lengan pucat tidak memelukmu secara erat berlebihan. Lewat tengah malam tadi Samatoki mengunjungi apartemenmu dan baru terlelap satu jam lalu. Tentu kau tidak sampai hati membuatnya terbangun lagi. Kekasihmu adalah tipikal manusia langka yang mudah terbangun dan sulit untuk kembali tertidur. Dan kau merupakan salah satu saksi hidup yang selamat setelah melihat betapa mengerikan mood pagi hari seorang bos Yakuza kala tidur cantiknya terusik. Seenaknya kau ibaratkan pacarmu sendiri dengan sengitnya singa betina di musim kawin.

Desisan tipis lolos di sela bibirmu merasakan urgensi sudah di ujung tanduk. Kepalamu buntu kalau harus berpikir siasat terburu-buru. Namun kau merasa tiada salahnya mencoba sekali. Pelan-pelan jemarimu mengusap pergelangan tangan yang membelit pinggangmu. Setengah mati kau berusaha meminimalisir gaya tarik yang tak berarti. Yosh, satu lengan berhasil kau angkat. Tinggal sisa satunya―

Geraman terdengan di balik tengkukmu yang spontan meremang. Kau menghentikan segala pergerakanmu. Tanpa sadar kau menahan napas, terus menunggu auman macan Siberia di pagi buta. Dua menit berlalu dan yang kau terima hanyalah dengkuran halus di belakang sana. Antara beruntung dan sial untukmu, Samatoki yang masih nyaman dalam mimpi bersama lengan kekarnya malah melilit tubuhmu makin kencang yang bisa-bisa membuatmu buang air di atas kasur.

Akhirnya kau mulai pasrah pada keadaan, dan berpikir untuk menjual jiwamu saja pada setan berkedok pentolan Yokohama. Perlahan kau memutar tubuh agar wajahmu bisa menghadap langsung paras lelapnya. Sesaat kau lupa akan misimu, alih-alih mengagumi wajah rupawan kekasihmu yang dalam tidur pun masih bermimik keras, kau terkekeh dibuatnya.

Sepasang alisnya kian mengerut merasakan dua telapak tanganmu yang dingin merengkuh wajah pemuda bersurai putih itu, sedikit membimbingnya agar pas dengan posisi wajahmu. Kebersamaan kalian telah menelan tiga musim gugur tapi sosoknya masih saja sukses membuat jantungmu berdetak ekstra. Kau mengaguminya, menyayanginya, juga menghormatinya. Kau berpikir perasaan itu tidak akan pernah lenyap tertelan waktu.

Kau meletakkan satu ciuman kecil di atas pipi kanannya. Tidak puas di sana, kau berpindah ke sisi satunya, kemudian dahi, hidung, bibir, dagu, rahang―semua bagian wajahnya yang tertangkap pengelihatan terjamah oleh bibirmu. Pelabuhan terakhirmu ada pada kelopak mata kirinya ketika sepasang crimson itu nampak menyala dalam gelap. Kau tersenyum menemukan hasrat di dalam sana.

Suara paraunya menggema dalam sunyi. "Oi, oi, apa-apaan serangan dadakan begitu? Kau berencana menunggangi kuda pagi-pagi, [Y/N]?" Dua lengan di pinggangmu makin membawa tubuhmu terus merapat pada tubuh kokohnya. "Nakal juga wanitaku."

Senyumnya berevolusi menjadi seringai karnivor. Kau terlalu mengenalnya luar dalam untuk merasa terintimidasi di bawah tatapannya.

"Selamat pagi."

Kau menyapa dengan lenganmu berpindah merambati lehernya, membawa priamu mendekat untuk menawannya segera dalam cumbuan tanpa aba-aba. Kau memulai ciuman pagimu dengan santai dan bermalas. Samatoki menurut, membiarkanmu mendominasi sementara waktu hingga sumbu kesabarannya berakhir terbakar tanpa sisa. Pria itu mulai berkelana semaunya dalam mulutmu seperti srigala lapar. Tubuhmu otomatis tertindih oleh bobot miliknya kala ia memutuskan untuk memenjaramu di antara lengannya. Samatoki menggeram tertahan merasakan jemarimu menelusupi surai putih lembut miliknya, memberikan pijatan ringan pada kulit kepala. Suara lenguhanmu ditelan olehnya saat sebuah tangan kasar mulai menyelinap di balik gaun tidur terusanmu. Kau terlalu terlena sebelum kemudian Samatoki menancapkan giginya di persimpangan lehermu.

Mission abort!

"T―tunggu, sebelum itu.." Kau sedikit mendorong dada telanjangnya. Bisa kau lihat ia menatapmu bingung sekaligus tidak sabaran. Kau yang paling tahu dirinya paling tidak suka diinterupsi di tengah jalan. "Aku ingin ke toilet. Boleh?"

Ia menaikkan sebelah alis dengan raut keheranan. "Kau minta bathtub sex?"

Sekonyong-konyong wajahmu serupa dengan surai cabai. Kau selalu bertanya-tanya kapan kau bisa mulai terbiasa dengan mulut sompral kekasihmu itu.

"B―bukan itu! Aku cuma..."

Samatoki mengangkat sepasang bahu sekenanya menangkal sangahanmu. "Ya, terserahlah. Aku lumayan suka idemu." Seringai nakalnya menjadi alarm siaga tiga untukmu, kau ingin sekali menepuk dahi.

Kau berupaya menjelaskan namun tubuhmu tetap diboyongnya dalam sokongan bridal style menuju kamar mandi. Paling tidak kau bisa sekalian menandaskan panggilan alam dalam waktu dekat. Sekali dayung tiga pulau dilampaui, dan kau tidak serta-merta menerima badai mood pagi Samatoki. Tapi kau mulai berharap pinggulmu baik-baik saja setelahnya karena terlalu banyak melampaui pulau.

Our Daily Life (Hypnosis Mic x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang