♥ I Love U ♥ - 1.

434 37 0
                                        

" I Love U, Sejeong." ingin sekali aku mengatakan itu padanya, tapi aku malu. Dia pasti tertawa kalau aku mengatakan itu padanya, atau bisa saja dia marah dan mengatakan persahabatan kita putus.

Oh, jangan, aku tidak ingin persahabatanku dengannya yang sudah lama terjalin putus hanya karena satu kata CINTA. Cinta yang bisa membuat keadaan menjadi kaku dan dingin. Tidak, aku akan menjaga persahabatan ini. Tapi apakah aku bisa?

Aku hanya bisa menatap wajah dan senyum manisnya di layar HPku. Kim Sejeong, batinku.

"Daniel... Ada telepon...?" teriak ibu membuyarkan lamunanku. Kenapa masih saja ada orang yang menelfon pakai telepon, padahal sudah musimnya handpone genggam. Bahkan smartphone. Mungkin biaya telepone lokal lebih murah, mungkin itu alasannya, pikirku.

"Iya, Bu. I'm coming," teriakku sambil berlari, melompati anak tangga, dan langsung melayangkan tubuhku ke sofa.

"Dari siapa, Bu? Kataku.

"Sejeong," jawab Ibu singkat. Yang membuat wajahku berubah ekspresi menjadi riang.

"Ada kabar apa, Jeong" kataku langsung aja, begitu gagang telepon kuangkat. " Kenapa tidak telepon ke HP ku saja?" tanyaku spontan.

"Aku Rindu, Niel" jawabnya pelan dan jelas sekali. Tapi rindu itu jelas bukan untukku.

Ah, seandainya rindu itu milikku, bukan milik seorang pria yang sekarang ini disukainya, yaitu Jimmin.

Jimmin adalah teman kecil Sejeong di kampung halamannya. Mereka masih sering ngobrol di chatting, telphone dan bahkan vidcall. Tapi sudah tiga tahun terakhir ini mereka belum saling bertemu karena tempatnya yang jauh. Sejeong di Seoul dan Jimmin di Busan.

Aku pernah mengobrol denga pria itu, pria yang ramah dan suaranya terlihat dewasa, tentunya dia tampan, aku saja mengakuinya bagaimana dengan kaum hawa.

"Heii.. Daniel, kamu masih disanakan? Kasih solusi dong? Gimana gitu?" kata Sejeong menyadarkanku.

"I...Iya sorry, kamu sudah hubungi dia?" kataku menutupi kagetku.

"Udah, baru aja. Tapi cuma sebentar, karena katanya dia ada acara ultah di rumah temennya dan dia belum bebenah. Jadi kita nggak sempet ngobrol panjang. Padahal aku mau bilang kalo aku mau datang ke Busan minggu depan. Jadi dia kan tidak sempat membuat janji dengan orang lain, ya kan?" katanya dengan penuh berharap agar aku mendukung apa yang dia katakan.

"Iya, betul juga. Tapi... Kamu sudah positif mau pergi ke Busan minggu depan. Apa tidak bisa akhir semester saja, kan aku juga ingin bertemu dan berkenalan sama Jimmin," kataku sedih.

Entah sudah beberapa kali aku mengatakan hal ini kepadanya agar mau menunda kepergiannya ke Busan sampai 2 bulan kedepan.

Aku tidak bisa ikut dengannya, karena aku harus membantu Ibuku untuk menyiapkan bisnis chateringnya yang dalam bulan ini semakin membaik. Dan Ibu juga masih belum memiliki pegawai, jadi sementara aku yang membantunya.

"Aku maunya begitu, tapi menunggu 2 bulan lagi, bisa-bisa rinduku jadi penyakit nanti, mumpung kita liburan minggu depan, jadi harus dimanfaatkan, ya kan?" katanya pelan takut menyakiti hatiku.

"Daniel, kau tau apa yang ingin ku katakan padamu?" katanya pelan.

"Apa? " balasku.

"Kau baik sekali. Terima kasih ya, " kata sejeong senang sambil menutup teleponnya.

Aku berlari menuju ke kamarku langsung ku rebahkan tubuku ke atas tempat tidurku yang tersusun rapih. Tiba-tiba HPku bergetar, tanda ada pesan masuk, segera kubuka dan kubaca, ternyata Jeong sekali lagi mengabariku lewat pesan singkat.

"Aku akan melakukannya, terima kasih Daniel." tulis Sejeong.

"Sama-sama.. Istirahatlah" balasku singkat.

Apakah aku salah untuk membantu hubungan ini? Apakah aku salah mendukung mereka? Tetapi apakah aku salah bila dia tahu perasaanku yang sebenarnya?

Ah, sudahlah, aku yakin, kalau aku tidak akan terlarut dalam kesedihanku ini. Karena aku akan merasakan bahagia kalau Sejeong bahagia.

***

✔️All About ❤ Godcouple ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang