DILEMA (2)

14 0 0
                                    

Minggu depan adalah hari di mulainya pendaftaran SNMPTN. Sampai detik ini aku hanya berpikir bahwa aku akan memilih kuliah di Yogyakarta, terserah dimanapun kampusnya. Sejak dulu aku selalu kagum dan ingin sekali bisa mengunjungi kota jogja. Menurutku jogja adalah tempat yang sangat bagus dan aku harus bisa kesana.

Aku memutuskan untuk menyampaikan keinginan ku pada ayah dan ibu sepulang sekolah hari ini. Tapi sejujurnya aku hanya menetapkan tempat kuliah saja tanpa tahu akan mengambil jurusan apa.

Di ruang nonton TV aku melihat ibu tengah melipat pakaian. Aku rasa sekarang waktu yang tepat untuk aku mengatakannya pada ibu.

"Owi bantuin ya buk." Aku mulai ikut membantu ibuku melipat pakaian, supaya pembicaraan berjalan lancar.

"Hari ini kamu enggak ada les?" Tanya ibu padaku.

"Gak ada buk, inikan hari sabtu. Buk aku udah mikirin mau kuliah dimana, tapi masih belum tau mau kuliah apa?" Aku memulai pembicaraan dengan ibuku.

"Memangnya mau kuliah dimana nduk?" Tanya ibu padaku.

"Di Jogja buk. Terserah kampusnya apa saja, pokoknya aku mau kuliah di Jogja."Jawabku dengan semangat.

"Ngapain kuliahnya jauh-jauh nduk? Disini kan juga ada universitas, sudah bagus-bagus akreditasinya, jurusannya juga sudah beragam." Ibuku terlihat seperti tidak setuju.

"Yaa pengennya di jogja buk. Bukan karena kampusnya, akreditasinya atau jurusannya tapi memang aku pengenya di sana buk." Jelasku pada ibu.

"Ibuk gak setuju, ibuk gak izinin. Kamu itu gak pernah tinggal jauh dari ayah sama ibuk, belum mandiri, belum bisa ini itu, belum ngerti kerjaan, gimana ibu bisa izinin kamu kuliah sejauh itu?" Ibuku mulai memberikan berbagai macam alasan yang memang semua itu benar.

"Mas Bumi juga gak pernah tinggal jauh dari kita, tapi ibuk mengizinkan mas Bumi kuliah di Semarang?" Aku berusaha mencari cara agar mendapatkan izin dari ibu.

"Masmu itu laki-laki, lebih bisa menjaga diri, lebih mudah beradaptasi, lagi pula di Semarang dia tinggal di rumah mbah, makanya ibu mengizinkan masmu kuliah disana." Ibuku memberikan penjelasan yang susah aku sangkal.

"Aku janji bisa menjaga diri juga buk, aku enggak akan aneh-aneh, enggak macam-macam. Jadi boleh ya buk?" Aku tetap mencoba memohon izin ibu.

"Enggak! Enggak! Kalau ibu bilang enggak ya enggak. Ibu punya anak cuma dua, yang satu sudah jauh di Semarang sana, ini tinggal satu mau ke Jogja segala, siapa lagi yang akan menemani ayah ibuk dirumah?" Ibuku tetap tidak mengizinkan.

"Ya udah buk, kalau aku gak boleh kuliah di Jogja, aku akan kuliah disini aja asal aku boleh kuliah kedokteran." Aku sengaja mengatakan hal itu dengan harapan ibuku akan mengizinkan aku kuliah di Jogja.

"Ya sudah kalau begitu tidak usah kuliah saja!" Ibuku terlihat kesal padaku.

Aku akhirnya pergi ke kamar dan tidak melanjutkan membantu ibu melipat pakaian. Aku merasa sedih dan kecewa, tapi aku juga merasa bersalah pada ibu.

Sekarang yang aku pikirkan adalah mencari cara agar tetap mendapat izin ayah dan ibu untuk bisa kuliah di Jogja. Aku akan berusaha membujuk ayah, dan ayah pasti akan mencoba bicara pada ibu.

***

Setelah makan malam aku menghampiri ayah yang sedang bersantai di teras samping. Aku membawakan kacang rebus kesukaan ayah sebagai sogokan.

"Yah kacang rebus nih kesukaan ayah, masih panas loh." Aku menawarkan kacang rebus hasil rebusanku sendiri pada ayah.

"Kata ibukmu, kamu pengen kuliah di Jogja ya?" Sambil mulai makan kacang ayahku langsung menanyaiku perihal kuliah.

"Loh ibuk udah cerita ya yah? Eemm... iya yah, aku pengen banget kuliah di Jogja, udah lama aku pengen ke Jogja." Aku mengiyakan sembari ikut makan kacang.

"Tapi ibukmu sepertinya enggak kasih izin. Lagian kamu hanya ingin ke Jogja saja tanpa tahu mau kuliah apa. Coba kamu tentukan mau kuliah di jogja itu universitas yang mana dan jurusannya apa, kemudian kamu buat alasan yang bisa meyakinkan ibukmu." Ayah coba memberiku saran.

"Aku masih belum tau yah mau kuliah apa. Aku gak punya bakat khusus, aku gak pernah ikut ekskul di sekolah, ya kecuali selalu ikut lomba baca dan cipta puisi."

"Ya sudah kuliah sastra saja kalau begitu." Tiba-tiba ayah memberikan ide yang tidak pernah terpikirkan olehku.

"Haah...sastra?" Aku terkejut dan masih belum dapat memikirkannya.

-oOo-


Note :

Owi adalah nama panggilan Orion. Berasal dari huruf pertama nama Orion dan dua huruf nama keduanya yaitu Witari.

Terimakasih sudah membaca karyaku. Nantikan kisah Orion selanjtnya yaa. Kritik dan saran sangat di harapkan. Enjoy Reading!


O R I O NWhere stories live. Discover now