Y A S N I N A
Aku belum pernah melihat Iskandar segugup itu seumur hidupku. Tapi untuk hari ini, aku gugup setengah mati saat akau melihat Iskandar. Orang yang pernah memanggil sekuriti untuk menarikku keluar ruangan, orang yang telah menjadi sumber dari segala penderitaanku enam bulan terakhir, dan orang yang sudah membesarkanku selama ini.
Aku semakin kehabisan kata saat ia mendekat dan memadangku dari atas sampai bawah, seperti kaget melihat kehadiranku.
Berusaha santai, aku mencoba tersenyum dan mengatur napas. "Saya tidak akan menjadi pengecut," aku mengatakan itu sambil memberi penekanan di ujung kalimat.
Iskandar mengangukkan kepala, "Saya tahu. Kamu bukan pengecut." Dia meladeni ucapanku rupanya.
"Ya, saya dibesarkan oleh seseorang yang bukan pengecut. Sudah seharusnya saya tidak menjadi pengecut. Bukan begitu?" Aku membalik ucapannya dan ia terlihat canggung.
Tak mau terlibat lebih jauh, aku melangkah meninggalkan Iskandar. Tubuhku sempat menegang ketika aku melihat Surya yang terpana melihat diriku. Dan yang kulakukan hanya menyungingkan senyum miring.
Tidak sepertiku yang bisa santai, Surya kelihatan benar-benar gugup. Dari wajahnya, aku tahu bahwa dia pasti merasa bersalah dengan perlakuan ayahnya.
Tanpa sikap pengecut Surya, aku jelas tidak akan bertemu Budhe Marjanti. Jalan hidupku tidak akan bersilangan. Aku tidak akan mengalami segala hal yang menjadikanku seperti sekarang.
Aku jelas mengingat ucapan-ucapan manis Surya yang masih tergiang di telinga bahwa aku adalah perempuan yang ia cintai sepenuh hati, lengkap dengan kerapuhan, kelemahan dan apa pun yang menjadikan kita sebagai pasangan.
Namun sekarang, aku tersadar bahwa ucapan itu hanyalah bualan belaka.
Terlebih saat aku sadar bahwa pakaian yang dipakai Surya adalah pakaian yang akan membawanya ke satu jenjang yang lebih tinggi, jenjang yang semakin menjauhkan jarakku dengan Surya. Jenjang pernikahan.
Dengan tenang, Aku kembali menatap Iskandar dan Surya yang tampak pasrah.
Aku berdeham pelan, lantas bicara lagi meskipun tanpa menoleh kepada Iskandar. "Bapak benar. Tanpa Bapak, saya tidak akan menjadi diri saya yang sekarang."
Iskandar tercengang. Surya menunduk dalam-dalam, menyembunyikan matanya yang tergenang.
---Mantan Manten—
Aku pernah menjalani kehidupan yang sulit, tinggal di panti asuhan, tidak pernah menerima kasih sayang orang tua. Aku tahu, bahwa kehidupanku dan Surya berbeda. Aku bisa menjadi seperti sekarang dikarenakan Iskandar. Dia yang mengubahku sampai pada titik ini.
Aku menarik napas sedalam mungkin, lalu dengan tenang aku mulai merapal doa-doa untuk Surya dan istrinya. Doa dengan harapan penuh bahwa pernikahan keduanya akan langgeng, diberkahi, dan dianugerahi kebahagian hingga akhir hayat.
Aku tahu hatiku pedih, hancur, dan berantakan. Tapi pada akhirnya aku harus merelakan cintaku pergi. Surya berhak menemukan kebahagian lain.
Dalam doa yang pernah diajarkan oleh Budhe Mar. Terajut makan dalam setiap kata, tiap untai doa bersama kilasan-kilasan adegan penuh kebahagiaan yang akan menjadi milik Surya dan calon istrinya. Dengan setetes air mata yang tak terlihat siapa pun—setetes saja—aku melepaskan Surya.
Hari ini aku menjalankan janji yang telah kupikat dengan Budhe Mar. Janji yang berat hati harus kujalani. Menjadi dukun manten untuk pernikahan Surya—-laki-laki yang masih berada di hatiku.
Semua proses yang pernah Budhe Mar ajarkan, kuterapkan sebagai syarat dari pernikahan Surya dan istrinya. Semua berjalan sangat lancar lancar dan menuai pujaan.
Selama proses berlangsung, Isakandar lekat memandangku hingga akhirnya pernikahan itu berakhir dengan sangat lancar.
Pernikahan itu diliput media, wajar mengingat Iskandar bukanlah orang biasa. Besannya pun juga berada dari kalangan yang sama dengannya.
Mengingat itu, aku merasa bahwa selama ini, aku dan Surya seperti menjalani hubungan di sebuah jalan buntu. Tidak memiliki akhir. Dan pada akhirnya, Surya malah berbelok untuk menemukan jalan lain.
Langkah kami berpisah.
Tak bisa lagi menyatu dalam langkah.
Setelah pernikahan itu. Wajah menantu Iskandar yang tersalut paes menghiasi hampir seluruH media cetak, digital dan elektronik di Indonesia. Paras modern yang bersanding dengan kecantikan dan kekayaan riasan wajah tradisional mendapukku sebagai 'dukun manten muda' yang berani melestarikan tradisi Jawa kuno dengan setia.
Dan setelah pernikahan itu berlangsung, aku sudah memutuskan jalan yang akan aku ambil kedepannya.
Aku menanggalkan semua mimpiku di Jakarta, pekerjaanku yang sangat aku impikan. Aku keluar dari zona nyaman yang aku miliki. Dan berakhir di sini.
Sebagai Yasnina—sang dukun manten yang baru.
TAMAT
HAI! Mungkin di cerita ini, kalian banyak merasa ada bagian yang loncat-loncat atau gimana. Dont worry, karena sesungguhnya naskah cerita ini akan kalian jumpai lagi tahun depan, bukan sebagai novel melainkan film yang akan tayang di seluruh bioskop di Indonesia.
Kalian bisa kepoin instagram film mantan manten @mantan.manten untuk update mengenai filmnya. Yas! Di wattpad ini hanya gambar saja tentang filmnya nanti. To be honest, pertama kali nerima project ini dan baca ceritanya--i cried a lot, bagus parah! Bayangan aku di filmnya pasti bakal campur aduk--romance, family, humor. Duh! POKOKNYA WAJIB NONTON YA TAHUN DEPAN.
Pemain filmnya, saya bocorkan satu. Atiqah Hasiholan sebagai Yasnina. Parah kan bagusnya! Siap. Kutunggu kalian semua di bisokop, dalam pemutaran film mantan manten, tahun depan.
Love you all.
Salam, Bella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Manten
ChickLit[Sudah difilmkan] Yasnina, bisa jadi adalah penggambaran perempuan metropolitan yang sukses menata dengan baik tangga kariernya. Di usia muda, Nina mendapatkan segala hal yang ia inginkan. Semuanya hampir sempurna, berprestasi di bidang pekerjaan, c...