Bagian 1.

52 9 5
                                    

---Mari mengenang-ngenang

waktu itu kau masih baik-baik saja, suaramu masih akrab sekali di telinga, menyapaku di pagi hari, menyuruhku sarapan pagi, mengingatkan tugas sekolah, dan berbicara hal hal yang tidak penting keberadaannya.

Kau selalu marah jika puisiku lebih bagus dari pada punyamu, lebih tepatnya tidak terima.
"puisiku bagus sebab ada kau di dalamnya" kataku kala itu, sambil mengecup pipimu gemas.
Tetapi kau tetap tidak terima, kau selalu berkata dunia tidak pernah adil kepadamu.

Kau juga selalu marah-marah jika foto-fotoku lebih aesthetic dari pada fotomu, padahal sudah kubilang "bagaimana pun posemu, kau tetaplah yang paling cantik" tetapi kau tidak pernah mempercayaiku, lalu menguruhku memotretmu berkali-kali, tetapi yang kau posting hanya satu.

Sekarang kau benardunia memang tidak pernah adil kepadamu
Pun kepadaku
Bisa-bisanya tuhan memintamu lebih dulu
Sedang aku disini tak kuasa lagi menahan pilu.
Maaf jika merindukanmu melulu.

Lelaki itu meletakan setangkai bunga mawar yang sudah tiada durinya beserta selembar puisi yang ditulis dengan tulisan tangan yang sudah lembab itu ke dalam loker yang sudah di penuhi bunga dan surat dari temannya yang lain, dia mengeluarkan foto polaroid dari tas nya dan meletakannya di samping puisi tadi. Difoto itu tampak dirinya dan seorang perempuan sedang berpose manis, manis sekali, hingga buat air matanya menetes lagi.

Mengeja rasa.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang