Takdir

58 2 0
                                    

15:30 WIB,Bogor
"kita bersodara, kenapa bertolak belakang?" ujarnya, Aulia Septiana

"karna Allah memberi ujian yang berbeda untuk setiap makhluk" jawabku mencoba menjelaskan. Aku Putri Latifah. Kita kembar. Beda banget kan namanya? Ya, itulah yang ku anggap takdir.

"lo bilang, orang harus beradab walaupun sedikit ilmu. Jangan sampai berilmu tapi tanpa adab. Apakah tindakan lo ini menunjukkan seperti orang yang mengerti adab? Lo izin dari pesantren dengan embel embel sakit malah makan diluar masi pake seragam! Itukah yang disebut adab? Kapan lo bersyukur? Allah kasi lo banyak nikmat lebih dari pada gue, gue ga iri sedikit pun atas semua yang lo punya . Tapi ko gue ga liat lo bersyukur , serius cari ilmu, murojaah alfiyah, hafalan quran malah pergi seenaknya! "

Gue diam, meninggalkan Aulia di Kafe ini. Disini gue bersama Ani, sahabat yang gue kenal di Aliyah dan pesantren. Gue sama Aulia memang berbeda, kita dilahirkan dari orang tua yang sama, hari tanggal tahun yang sama. 17 tahun lalu. Sayang, Ibu meninggalkan kita yang masih berumur 4 jam. Kita berpisah, gue ama Mama Papa angkat dan dia bersama orang tua angkat nya. Nama kita berbeda karna orang tua yang membesarkan kita berbeda. Kita kembar tapi tidak saling mengerti bahkan tidak akrab.

Ini yang gue sebut takdir. 17 tahun mempelajari nya ditemani cibiran-cibiran mulut usil. Itu semua yg membuat kita berbeda, beda nama, beda tempat tinggal, beda pola pikir, beda segalanya. Yang mirip hanyalah wajah dan postur tubuh. Gue , hidup dengan ocehan menyakitkan tapi dia tidak, dia jauh. Kadang gue sengaja maen ke rumahnya untuk sekedar bertemu melepas kangen dan dia juga sebaliknya.

Gue tinggal di pesantren sejak Mts(setara dengan SMP) sedangkan dia di rumahnya. Dulu, gue sering mengeluh kenapa kembar tapi dipisah!? Tapi mama selalu menjawab itu namanya takdir. Dulu gue sering sembunyi dan nangis, mengadu pada Allah tentang hari hari yang terus dicibir hanya karna gue bukan anak kandung. Mereka tidak menyakiti secara fisik, tapi hati? Penuh lebam yang tak hilang walau gue ga bernafas lagi mungkin
***
Sekolah

"lo kenapa?" Zaky , orang yang gue percaya menampung cerita,ketua Osis Madrasah Aliyah Salafiyah Syafiiyah Bogor yang hampir purna.

"gapapa"

"lo ga keliatan gapapa"

"beneran" aku terus menatap lurus adek kelas di lapangan volly

"cerita sama gue"

"lo belom tau siapa gue sebenernya"

"udah, cerita aja" maksa banget emang dia.

"kembaran gue"

"lo punya kembaran?"

Gue cuma ngangguk, kasih liat hp gue yang terpampang foto gue sama Aulia di rumah bulan lalu.

"mirip banget, lo yang mana? "

" yang jilbab item, ibu gue kandung uda meninggal setelah 4 jam gue lahir. Ayah gue uda tua dan gue di adopsi. Kembaran gue jg diadopsi tapi beda daerah walaupun masih sama di Bogor, Namanya Aulia "

"masalah lo sama Aulia apa?"

"Kemaren gue makan di kafe deket sekolah, gue masi pake seragam sama Ani. Terus dia liat gue langsung marah marah. Sumpah gue sakit hati banget Zak" mampus, nangis lagi deh.

"dia bilang apa sama lo?"

"banyak Zak, yang paling gue inget. Dia bilang gue ga bersyukur, gua ga punya adab, makan diluar masi pake seragam padahal gue izin dari pesantren alesan sakit hiks. Padahal dia gatau kemaren gue opname seminggu, dia gatau gue makan di kafe karna mama lagi di luar kota. Dia gatau apa yang gue alamin, dia gatau apa apa ttg gue dan kehidupan gue Zakk. Hiks.. Hiks.. "

Uhibbuka FillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang