Namjoon masih menggenggam tangan Maya, mereka naik menggunakan lift ke lantai 12 dalam keadaan diam. Maya tidak bisa membaca pikiran Namjoon, tapi pikirannya saat ini benar-benar kosong. Tangan kanannya masih di genggaman Namjoon. Lututnya melemah dan pikirannya benar-benar tidak tahu berada dimana. Salahkan faktor jahitan ini atau kejadian tadi sehingga setiap cm tubuhnya hanya berisi linglung.
Namjoon memasukkan kode dan pintu itu membuka, dia masih menggenggam tangan Maya. Maya masih memakai sandal rumah sakit dan melepasnya. Namjoon melepas tangan Maya untuk mengambilkan sandal rumah dan meletakkannya didepan Maya. Saat akan memakainya entah kenapa Maya limbung. Namjoon menangkapnya dan memegang lengannya serta membimbingnya masuk.
"Duduklah, nyamankan dirimu."
"Boleh saya memakai kamar mandimu?"
"Silahkan, kamar mandiku ada di kamar tidur pintu yang itu" Namjoon menunjuk. "Perlu bantuan?"
Muka Maya memerah
"Anniyo, bukan maksudku seperti itu. Aku hanya memastikan kamu tidak apa-apa" Namjoon cepat-cepat menjelaskan
"Gwenchanna, saya perlu membersihkan diri"
Maya berjalan kearah kamar yang ditunjuk Namjoon. Kamar yang luas, terlalu steril dan kosong.
Maya melangkah masuk kearah kamar mandi dan menoleh ke cermin besar di dekat tempat tidur
"Aaaarrrrggh" dia tiba-tiba menjerit melihat penampilannya. Jadi dari Rumah Sakit penampilan dia seberantakan ini. Maya tiba-tiba menangis malu. Dipuncak kepalanya ada perban, rambutnya menggumpal di beberapa bagian sepertinya itu darah. Mukanya pucat pasi dan make up pagi yang sudah dipulaskannya sudah memudar. Dan dia sekarang ada di apartemen leader Bulletproof yang notabene adalah artisnya.
Namjoon langsung menyerbu masuk dan mendapati Maya menangis sesenggukan. Namjoon kebingungan dan langsung memeluk Maya.
Jatuh dari tangga sepertinya membuat kepala Maya gegar otak. Dia malah diam menikmati pelukan Namjoon."Ada yang sakit? Kenapa?" Namjoon menepuk-nepuk punggung Maya
"Aku... aku... berantakan" jawab Maya diantara sesenggukannya
Namjoon tergelak, tangis Maya semakin kencang. Tangisan malu.
"Ssttt sudah, sebentar aku akan ambilkan baju ganti, bersihkan dirimu dan beristirahatlah. Aku akan memberikan kabar ke agency kalau kamu butuh istirahat. Mereka tidak akan mencarimu."
"Bagaimana dengan manager?"
"Saya akan bicara dengannya"
"Namjoon-sii"
"Oppa..." Namjoon tersenyum
"Namjoon Oppa, gomawoyo" Maya tersenyum "aku akan memanggilmu oppa, tapi hanya saat berdua saja ya"
"Arraso" Namjoon tersenyum dan mengambil kaos serta celana olahraga. Meletakkannya di kursi dan keluar kamar.
Maya buru-buru mengunci pintu kamar, kamar mandi Namjoon hanya dipisahkan dinding kaca transparan. Dia khawatir Namjoon akan kembali masuk seperti tadi.
Cukup lama Maya membersihkan diri, karena dia harus menghilangkan bekas darah dirambutnya. Saat dia keluar, dia melihat Namjoon tertidur di sofa. Di meja makan ada bungkusan makanan sepertinya Namjoon memesan makanan. Maya tahu Namjoon adalah God of Destruction kalau sudah berurusan dengan dapur. Jadi tidak mungkin dia memasak sendiri.
Maya berlutut di samping Namjoon. Dia memperhatikan leader cerdas ini tertidur dengan damai. Tangannya jatuh ke lantai, kepalanya miring dan kaki panjangnya menjuntai. Perban dagunya terlihat cukup bersih.
Maya tiba-tiba menunduk dan mencium pipi Namjoon. Namjoon bergerak dalam tidurnya dan sebelah tangannya menangkup leher Maya. Maya tidak bisa bergerak dan kaget ketika bibir Namjoon menemukan bibirnya. Bibir mereka bertemu, saling memberi dan mengambil sebanyak yang mereka bisa. Napas mereka terengah dan akhirnya Namjoon yang melepaskan lebih dulu. Dia tersenyum dan memperlihatkan lesung pipitnya. "Lapar?" Tanyanya.
Maya mengangguk
"Ayo makan" Namjoon melompat dari sofa. Maya masih berlutut lemas.
"Ayo sini" Namjoon melambai dari meja makan dan mulai membuka makanan.
Mereka berdua makan dalam diam.
Selesai makan mereka duduk di sofa berhadap-hadapan. Masing-masing memegang segelas kopi.
"Maafkan manager yang memarahimu. Saya tahu bagaimana dia bisa berubah menjadi menjengkelkan kalau menyangkut kami"
"Tidak apa, ini salahku."
"Tidak ini bukan salahmu"
"Maya" Namjoon memanggil
"Saya tertarik padamu, tapi saya tahu bahwa keadaan akan sulit. Bukankah kamu harus kembali ke Indonesia dan saya juga harus wamil tahun depan. Tapi ada sesuatu dalam dirimu yang membuat saya ingin terus ngobrol dan menghabiskan waktu"
"Oppa, saya juga tertarik denganmu. Tapi saya tidak siap jika harus menjalani hubungan dengan idol. Ada begitu banyak yang harus dipertaruhkan terutama mengenai reputasi Bulletproof"
Namjoon menghela napas panjang.
"Lalu apa yang harus kita lakukan? Saya hanya ingin menjalani hubungan dan berkencan. Sama seperti yang lain""Ok kalau begitu, mari kita berkencan. Tapi rahasiakan ini dari yang lain"
"Baiklah kita sepakat" Namjoon mengulurkan cangkir kopinya dan mendentingkannya ke cangkir Maya.
Maya menyesap kopinya. Ini adalah pernyataan hubungan paling tidak romantis yang dia dapat. Tapi Maya nyaman bersama Namjoon, selang dua tahun kepergiannya dari Indonesia kenapa malah dibulan terakhir ini dia baru bertemu Namjoon. Entahlah, mungkin Tuhan punya rahasia.
YOU ARE READING
2!3! It's OK
RandomBekerja di perusahaan impian dan bermasa depan cerah, Maya siap untuk kembali ke tanah air. Interaksi intensnya dengan Leader Bulletproof, Kim Namjoon, telah membuat masa depan Maya berubah drastis. Sayangnya subject pelaku tidak menyadari bahwa apa...