9. Yang Rapuh dan Runtuh

3 1 0
                                    

Maya terbangun dengan sakit kepala yang sangat, tubuhnya terasa sakit di beberapa bagian. Kalau mabuk rasanya seperti ini, dia bersumpah ini akan jadi yang pertama dan terakhir dia mabuk.

Dia duduk dan dunia terasa oleng. Maya mengerang dan menjatuhkan kepalanya lagi ke bantal. Tapi ada sesuatu yang keras mengenai kepalanya. Maya berguling dan mendapati Namjoon tertidur miring ke arahnya dengan satu tangannya yang sekarang dia jadikan bantal.

Maya belum bisa mencerna apa yang terjadi, tapi dia memandang wajah yang tertidur pulas dan tersenyum sehingga dimplenya muncul. Tatapannya menyusuri leher dan turun ke dada yang telanjang, lalu terhenti di pinggang yang tertutup selimut.

Wait, what???

Maya memekik ketika menyadari dirinya juga telanjang di balik selimut.

Teriakan Maya membangunkan Namjoon, dia terduduk linglung dengan hanya mengenakan boxer karena selimutnya sudah ditarik Maya untuk menutupi seluruh tubuhnya. Maya gemetar duduk bersandar di kepala ranjang.

"Apa yang terjadi ?" Maya terisak

Namjoon langsung meraup Maya kedalam pelukannya.

"Mianhe... mian. I'm sorry baby" Namjoon memeluk Maya dan mencium pucuk kepalanya.

Maya menangis tersedu-sedu dalam pelukan Namjoon, dia tidak bisa berpikir jernih. Dia hanya merasa ketakutan yang amat sangat.

Diantara tangisnya Maya teringat kelakuannya saat mabuk. Oh my God, Maya benar-benar malu, itu bukan salah Namjoon sepenuhnya juga.

Namjoon turun dari ranjang, dia masuk ke kamar mandi dan tak lama terdengar suara kran mengalir. Namjoon keluar lagi dan membopong Maya ke kamar mandi.

"Mandilah sayang, akan aku buatkan kopi" kata Namjoon

Maya terdiam di tepi bath-up yang mengepulkan air hangat. Namjoon sudah bertindak manis. Maya semakin menangis, karena dia tahu terlalu sulit bagi dia untuk tetap bersama Namjoon. Bagaimana bisa Namjoon mengambil sesuatu yang berharga dari dirinya tanpa persetujuannya.

Bagaimana juga masa depan mereka karena Namjoon akan segera wamil dan sibuk di Dreambig sementara dirinya harus kembali ke Indonesia.

Maya segera menyelesaikan mandinya dan mengenakan kembali bajunya. Dia keluar kamar saat Namjoon sudah selesai menyeduh kopi.

"Masih pengar?" tanya Namjoon

Maya menggeleng, dia seruput kopinya dalam diam dan segera membereskan tasnya.

"Saya pamit dulu. Ada beberapa hal yang harus saya lakukan." Maya berpamitan, matanya tak kuasa menatap Namjoon.

Saat melewati Namjoon, tiba tiba pergelangan tangannya dicekal.

"Maya, please dont be like this baby" Namjoon memohon

"I'm okay" Maya tersenyum getir.
Buru-buru dia keluar apartemen dan masuk ke lift. Dia tahu Namjoon tidak akan mengejarnya. Terlalu berisiko bagi Namjoon untuk terlihat bersama wanita apalagi dalam suasana konflik.

Hidup bersama dalam budaya korea adalah hal yg wajar. Tapi Maya bukan orang Korea. Dan betapa naifnya dirinya menganggap bahwa Namjoon berbeda. Apalagi hanya hitungan minggu saja dia akan kembali ke Indonesia. Kenapa dia harus terlibat dalam sesuatu yg rumit seperti ini?

NAMJOON
Cekalan tangannya pada Maya terlepas, dia tidak bisa mengejar Maya keluar apartemen karena ada cctv dan resiko ada sasaeng yang berkeliaran di sekitar apartemennya.

Namjoon menyisir rambutnya frustasi, harusnya dia lebih bisa menahan diri. Sekarang pikirannya dipenuhi kekalutan kalau kalau Maya akan berbicara pada media atau lebih parah lagi meninggalkannya. Pikiran Namjoon ruwet.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 28, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

2!3! It's OKWhere stories live. Discover now