part 5

97 16 11
                                    

  Mobil mewah milik Alexie kini telah tiba di pelataran rumah sakit, Alexie bergegas menuruni mobil dan langsung membawa Aeriel menuju ke ruang ICU dengan langkah cepat, dengan Pieter yang masih mengekori di belakangnya. ia berjalan secepat mungkin karena mengimbangi langkah Alexie.
Beberapa suster menghampiri Alexie dengan membawa ICU bed, lalu membawa Aeriel masuk ke dalam ruang lntensive care unit (ICU). Ketika Alexie ingin masuk kedalam ruangan, tiba-tiba seorang pria mengenakan jas putih menahannya.

"Maaf tuan Alexie, sebaiknya anda menunggu di luar. sampai kami selesai memeriksa nona Aeriel."

"Tuan, sebaiknya kita menunggu nona Aeriel di luar saja" ucap Pieter mencoba menenangkan Alexie.

Pria yang dijuluki ice eyes itu memberikan tatapan tajam kepada kedua orang yang berada dihadapannya. Sontak Pieter dan dokter itu mengalihkan pandangan mereka ke arah lain.

"Apa kau masih ingat ucapanku?!" tanya Alexie, dengan suara baritonnya yang terdengar sexy.

"Maa..sih tuan" jawab dokter itu seraya memundurkan langkah menjauhi Alexie.

Alexie tersenyum hambar, lalu melangkahkan kaki memasuki ruang ICU. Dokter segera menutup pintu yang terbuat dari kaca itu. Alexie berdiri di sudut ruangan seraya memandangi tubuh Aeriel yang terkulai lemas dengan beberapa selang yang berada di tubuhnya.
Setelah kurang lebih 2 jam dokter memeriksa keadaan Aeriel, dokter akhirnya memutuskan agar Aeriel di pindahkan ke ruang perawatan. Namun kondisi Aeriel masih sama belum juga sadarkan diri. Alexie berniat untuk mengikuti suster yang akan membawa Aeriel menuju ruang perawatan. Namun langkahnya terhenti karena ia merasa namanya di panggil oleh seseorang.

"Tuan Alexie!"

Alexie menoleh.

"Maaf tuan Alexie, dokter Roreto meminta anda untuk keruangannya."

Alexie hanya membalasnya dengan anggukan kecil.

"Tuan, apakah kau ingin menjenguk nona Aeriel di ruang perawatan?" tanya Pieter dengan hati-hati.

"Aku akan menyusul nanti. Tetap awasi dan jangan sampai lengah." jawab Alexie dingin lalu melenggang pergi.

"Laksanakan tuan."

Pieter tetap membungkuk formal, meskipun ia tahu bahwa tuannya tidak lagi berada di hadapannya.

Knok!

Knok!

"Silahkan masuk, Tn. Alexie."

Alexie melangkah memasuki ruangan dengan tetap memasang wajah dinginnya.
Dokter itu tersenyum ke arah Alexie lalu mempersilahkannya untuk duduk.

"Baiklah tuan Alexie, aku memintamumu untuk menemuiku karena ada hal penting yang ingin aku sampaikan kepadamu. Ini mengenai hasil tes laboraturium nona Aeriel. Ia di diaknosa terkena amnesia ringan." ujar dokter Roreto seraya menyodorkan amplop berwarna cokelat kepada Alexie.

Alexie tercekat mendengar perkataan dokter Roreto barusan.
Ia segera membuka amplop itu lalu membacanya.

"Amnesia?!"

"Iya tuan. Hal ini di sebabkan oleh benturan yang cukup keras di bagian kepala. Tetapi syukurlah hanya amnesia ringan. Dengan perawatan yang berkala dan rutin, ingatan nona Aeriel akan berangsur-angsur pulih." papar dokter itu.

Alexie terdiam.

"Tapi, jika hanya amnesia ringan, mengapa sampai saat ini ia masih belum sadarkan diri?" tanya Alexie.

"kondisi nona Aeriel kini kritis. Kini Hanya keajaiban Tuhanlah yang bisa menolongnya."

Alexie hanya terdiam. Ia berdiri lalu melenggang pergi ke luar ruangan tanpa sepatah katapun terucap dari bibirnya. Ia kini menuju ke sebuah ruangan yang berada di ujung koridor di lantai dua yang bercahaya temaram. Ia kini telah tiba di ambang pintu bernuansa minimalis clasic dan di pintu itu terdapat tulisan VVIP Room. Alexie mendorong handle pintu itu, dan nampaklah seorang wanita yang mengenakan pakaian khas pasien tengah berbaring tak berdaya di atas tempat tidur berukuran king size.
Alexie berjalan mendekat ke arah wanita itu. Ia menatap wanita yang berada di hadapannya dengan tatapan sendu.

YOUR SECRET GUARD | VAKUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang