1. Aphrodite Goddess

92 9 1
                                    

"I keep up with the guys
And you see me holding up my middle finger to the world
Fuck your ribbons and your pearls
'Cause I'm not just a pretty girl..."

***

MEMASUKI wilayah SMA Trisakti, gadis berparas cantik itu segera memarkirkan mobilnya di area parkir  khusus siswa seperti yang tertera di papan pemberitahuan. Ia mematikan mesin dan membuka pintu setelah menarik napas dalam-dalam. Gerakannya yang ingin melangkah menuju ke ruang kepala sekolah seketika terhenti saat menyadari bahwa ia tengah menjadi pusat perhatian para siswa yang melewati koridor.

Sudah biasa. Pikirnya dalam hati. Langsung saja gadis berambut blonde itu melanjutkan langkahnya yang tertunda setelah sempat melemparkan senyum tipis ke arah siswa-siswi yang masih memusatkan perhatian mereka kepada dirinya. Bukankah ia harus memberikan kesan yang baik di hari pertamanya?

Anak baru ya? Kok gue baru liat?

Kayaknya iya. Liat aja seragamnya beda sendiri.

Gila! Baru kali ini gue nemuin cewek secantik dan sekeren dia!

Sekolah kita kedatangan bule cantik, woy!

Gadis yang menjadi topik perbincangan itu hanya mengabaikannya saja. Baginya hal-hal seperti itu bukanlah baru dihidupnya. Ia sudah terbiasa menjadi pusat perhatian disetiap langkahnya. Tatapan penuh damba dari setiap kaum adam sudah sering ia lihat dan baginya itu bukanlah masalah selama mereka tidak mencoba untuk melecehkannya.

Setelah sampai di depan ruangan yang bertuliskan 'Ruang Kepala Sekolah', segera saja ia masuk ke dalam tanpa perlu mengetuknya terlebih dahulu. Baginya tak susah untuk menemukan ruangan itu. Tentu saja karena ia pintar, sangat pintar malah.

Sementara itu, pria paruh baya yang tengah sibuk memeriksa berkas-berkas penting di atas mejanya itu sontak langsung menengadahkan kepalanya saat mendengar suara derit pintu yang terbuka, menampilkan figur seorang gadis cantik dengan warna rambut yang mencolok.

"Kamu--"

"Avaline Patricia Red," ucapnya memotong perkataan kepala sekolah tersebut. Ia tersenyum, namun bukan jenis senyuman yang ramah pastinya. "Saya yakin Bapak sudah tau tentang saya. Am I right?"

Pria paruh baya itu tersentak. Niatnya untuk menegur siswi baru itu seketika hilang. Ia diam-diam meneliti penampilan gadis itu dari atas ke bawah.

Ternyata benar, dia orangnya.

"Jadi gimana? Masih niat buat negur penampilan saya, Pak?" tanyanya sembari bersedekap dada. Menatap langsung pria tua di depannya.

"Baiklah, Avaline. Saya tempatkan kamu di kelas dua belas IPS 3. Sebentar lagi akan ada guru yang membimbing kamu," ucap kepala sekolah tersebut tak ingin terlibat percakapan lebih jauh lagi dengan gadis ini. Ia tahu bahwa wajah cantiknya hanyalah sebuah topeng belaka untuk menyembunyikan sifat aslinya.

Valine tersenyum sinis. Sudah pasti pak tua ini mengetahui sifat aslinya. Tetapi tak masalah, ia memang tak berniat untuk menyembunyikannya dari siapapun. Mungkin untuk hari pertama ia akan sedikit bersandiwara dulu, baru setelahnya ia bisa dengan bebas menunjukkan ke orang-orang seberapa bahayanya dirinya.

RedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang