3. Bitch, Just Like You

66 5 0
                                    

"Been through some bad shit, I should be a sad bitch
Who would have thought it'd turn me to a savage?"

***

VALINE menunggu Rane di dalam mobil yang tak ia ketahui pemiliknya. Pasalnya ia tahu bahwa cowok itu hari ini tidak membawa mobil, melainkan membawa motor. Gadis itu terduduk bosan di kursi penumpang. Mata hijaunya sibuk mengawasi area sekitar parkiran yang sudah sepi. Ia dan Rane memang memutuskan untuk keluar paling akhir, kebetulan juga keduanya mendapat jadwal piket yang sama, yaitu hari ini.

"Ck, lama banget, sih, tuh orang. Kalo gini mending gue pulang sendiri pake taksi online," gerutunya kesal.

Sebenarnya tadi pagi ia diantar oleh Calvin, pacarnya yang bersekolah di SMA Merpati, namun sebelum bel pulang berbunyi cowok itu tiba-tiba mengiriminya pesan yang mengatakan bahwa ia tidak bisa menjemput Valine sore ini. Tentu saja itu bukan masalah besar, lagipula Valine bukanlah gadis manja yang harus diantar-jemput oleh orang lain setiap hari, ia bisa mengurus dirinya sendiri. Gadis itu juga sudah hampir memesan taksi online namun digagalkan oleh Rane, cowok itu malah mengajaknya pulang bersama. Karena Valine sedang malas berdebat, jadilah saat ini ia berada di dalam honda civic yang mungkin milik salah satu teman Rane.

Beberapa menit kemudian, Rane kembali dan membuka pintu kemudi. "Sori, tadi gue abis nyusulin temen. Dia mau nebeng juga soalnya," ucap Rane datar.

"Tau gini gue pulang duluan tadi," dengus Valine membuat Rane terkekeh. "Sekarang mana temen lo? Lama banget, sih. Gue udah cape nih."

"Sabar, Val. Paling bentar lagi dateng. Dia ada ekskul tadi."

Valine lagi-lagi mendengus. Keduanya sama-sama diam selama beberapa menit hingga pintu penumpang tempat Valine duduk dibuka. Untung saja gadis itu tidak bersandar di sana, dapat dipastikan bahwa ia akan terkejut kemudian jatuh jika ia tidak menyadari seseorang membukanya.

Gadis berkacamata yang tadinya berniat masuk ke dalam langsung mengurungkan niatnya saat melihat wajah dingin Valine yang menatap ke arahnya. Ia menoleh ke arah Rane seakan meminta penjelasan.

Rane yang mengerti arti tatapan Anggisa pun segera menjelaskan. "Lo duduk di belakang ya, Sa. Temen gue juga mau nebeng soalnya," jelasnya membuat Valine menatapnya tajam.

"Lo yang maksa buat nganterin gue pulang kalo lo lupa." Valine berdecih sinis setelah mendengar perkataan Rane.

Rane menghela napasnya, mencoba sabar. "Iya, gue yang paksa lo pulang bareng gue. Puas?" Valine mengangguk angkuh.

Setelah mendengarkan penjelasan Rane, Anggisa langsung masuk ke kursi belakang. Di perjalanan menuju rumahnya, Rane dan Valine sama sekali tidak berniat mengajaknya bicara. Keduanya hanya sibuk mengobrol tanpa mau mengindahkan dirinya yang hanya bisa terdiam di belakang mereka.

"Lo cewek yang kemaren nabrak gue, 'kan? Yang gue tampar," ucap Valine tiba-tiba dengan nada suaranya yang angkuh.

Anggisa yang mendapatkan pertanyaan itu hanya bisa mengangguk pelan. Ia tak berani membalas tatapan tajam Valine yang menatapnya dari kaca spion mobil.

Memang Rane tidak pernah memboncengnya di atas motor kesayangan cowok itu. Bahkan Elisha saja yang notabenenya adalah sepupu dekat Rane tidak pernah diizinkan menaiki motor berwarna hitam itu.

RedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang