2. Apate Goddess

86 7 0
                                    

"This ain't for the best
My reputation's never been worse, so
You must like me for me"

***

JARUM jam menunjukkan pukul 23.35 saat Valine memasuki rumah mewah milik Ibunya. Ya, milik Ibunya karena kedua orangtuanya sudah resmi bercerai setahun lalu. Walaupun sebenarnya gadis itu lebih suka tinggal bersama sang Ayah, namun pada akhirnya ia tak dapat berbuat apa-apa karena hak asuhnya jatuh ke tangan wanita yang sialnya adalah Ibunya sendiri.

"Dari mana saja kamu, Avaline?" tanya seorang wanita cantik yang berdiri tepat di anak tangga terakhir. Suaranya dingin.

Valine memilih mengabaikan Rosie, Ibunya, dan berjalan menuju dapur untuk mengambil air dingin. Ia merasa sangat haus setelah pulang dari suatu tempat. Setelah selesai menuangkan air ke dalam gelas, gadis itu langsung meneguknya hingga tandas tak bersisa.

Sementara itu, Rosie sudah menahan kekesalannya karena diabaikan oleh putrinya itu. "Kamu dengar Mama bilang apa tadi, Valine?! Dari mana saja kamu?!" Wanita itu mengeraskan suaranya.

"Bukan urusan, Anda," balasnya sembari melangkah cepat ke arah tangga.

"Saya Ibu kandung kamu kalau kamu lupa!" ucapnya membuat langkah Valine terhenti. "Belajarlah untuk sopan sedikit. Kamu tetap tanggung jawab saya." Rosie menatap punggung putrinya tajam.

Tiba-tiba saja Valine tertawa keras. Merasa lucu dengan apa yang dikatakan oleh Rosie. "Anda memang Ibu kandung saya, tapi Anda sama sekali tidak pernah mengajari saya apa itu sopan santun. Bahkan saya hanya dibesarkan dengan didikan dari Papa saya. Sementara Anda?" Valine menaikkan sebelah alisnya dan tersenyum remeh. "Anda hanya sibuk mengurus bisnis-bisnis Anda yang menurut Anda lebih penting dari saya dan juga sibuk berselingkuh," lanjutnya membuat Rosie terdiam membeku.

"Saya heran kenapa hak asuh saya malah jatuh di tangan wanita jahat seperti Anda. Papa saya jauh lebih baik dalam mengurus saya. Yang saya tau selama ini adalah..." Valine berjalan ke arah Rosie dan mendekatkan wajahnya ke telinga wanita itu. "Ibu saya sudah mati dan saya tidak pernah mendapatkan kasih sayang darinya," lanjutnya semakin membuat Rosie terpaku.

Valine kembali melanjutkan langkahnya, meninggalkan Rosie yang masih diam membisu. Gadis itu tak peduli jika ucapannya dapat melukai hati Ibu kandungnya itu. Cih! Bahkan ia ragu bahwa wanita itulah yang dulu melahirkannya. Sejak kecil gadis itu jarang sekali melihat Rosie. Saat ia bertanya kepada Ayahnya, Jeonnel hanya bilang bahwa sang Ibu sedang ada urusan penting diluar sana.

Masa kecilnya lebih banyak ia habiskan dengan Jeonnel bersama keluarga besar Ayahnya di Boston. Lalu saat ia mulai menginjak usia 12 tahun, Jeonnel memutuskan untuk menyekolahkannya di Indonesia, menyusul Rosie yang sudah menetap duluan di negara ini. Namun, beberapa tahun ke depan, ia harus menelan pil pahit karena kedua orangtuanya memutuskan untuk bercerai saat ia masih berusia 15 tahun. Hak asuhnya resmi jatuh ke tangan Rosie, sementara Jeonnel hanya mampu tersenyum sedih saat melihat dirinya digandeng oleh sang Ibu.

Sejak saat itulah Valine lebih memilih menjadi sosok dingin tak tersentuh. Gadis itu memilih bersikap kejam pada siapapun yang berurusan dengannya. Bukan tanpa alasan ia melakukan hal itu. Setiap kali ia kesal dan marah, maka ia akan menjadikan orang-orang disekitarnya sebagai pelampiasan. Bahkan para pelayan dan bodyguard yang ditugaskan oleh Rosie untuk menjaga dan merawatnya sudah beberapa kali mendapatkan luka fisik maupun batin dari gadis cantik itu.

Valine berdiri di depan cerminnya. Menatap sengit bayangannya sendiri di sana. Jemari lentiknya menyentuh setiap inci wajahnya. Matanya semakin sengit saat lagi-lagi ia menyadari satu hal.

RedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang