Kavin terus memacu kecepatan motornya kencang. Mengabaikan para pengendara lain yang terus menyalakan klaksonnya karena dia mengendarai motor sportnya secara ugal ugalan demi tidak datang terlambat sekolah.
Dibalik kaca helm fullface nya dia tersenyum miring ketika gerbang sekolahnya sudah didepan mata. Dirinya langsung mengklakson motornya terus menerus agar para siswa siswi yang sedang berlalu lalang itu minggir serta memberikan dirinya jalan untuk masuk.
Setelah memarkirkan motornya, Kavin membuka helmnya yang masih terpasang. Tangannya merapikan poninya yang sedikit berantakan lewat kaca spion motornya. Dia berjalan santai menuju kelasnya sambil bersiul siul, menatap satu persatu para siswi yang sedang memperhatikannya secara langsung dengan tatapan datar seolah olah dia tidak suka jika ada seseorang yang sering menatap dirinya.
Dari arah belakang ada seseorang yang memanggil dirinya sambil bersiul siul menggoda para anak osis perempuan yang sedang berdiri didepan gerbang. Memeriksa setiap para siswa siswi yang tidak memakai atribut sekolah akan dicatat dan mendapatkan point.
"Kav! Tumben lo tepat waktu, biasanya juga sampe gerbang udah tutup baru lo sampe" ucap Damar sahabat sewaktu smp nya dulu.
Kavin hanya menangkat bahunya acuh. "Bosen gue masuk ruang BK terus" jawabnya. Tawa Damar langsung pecah seketika. Bagaimana bisa seorang Kavin yang notaben siswa paling badboy bosan masuk ruang BK. Apalagi itu sudah menjadi makanan sehari harinya Kavin menurut Damar itu.
Kavin memasukkan tangannya kedalam saku celana. Menatap jengah kearah Damar yang masih tertawa. Setelah mereka sampai didepan kelasnya mereka berdua langsung masuk dan duduk ditempat bangku masing masing. Kavin langsung mengeluarkan ponselnya dan juga headphone nya untuk menyumpal kedua telinganya dengan sedikit mendengarkan lagu yang biasa dia putar.
Ketika dirinya sedang asik bersandar sambil mendengarkan lagu, berbeda dengan Damar yang sibuk meminjam buku latihan temannya untuk menyalin tugas biologi.
Damar menepuk pundak Kavin setelah tugasnya dia selesaikan. Duduk disamping Kavin yang masih bersender dibangkunya dengan mata tertutup.
"Santai amat hidup lo, emang tugas biologi lo udah selesai?" tanyanya. Kavin hanya menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan Damar barusan.
Bel sudah berbunyi, tapi tidak ada tanda tanda kedatangan guru yang akan mengajar dijam pelajaran pertama. Suara riuh piuh masih terdengar jelas didalam kelasnya, banyak yang mengambil kesempatan sebelum guru masuk teman sekelasnya ini menyempatkan untuk mengobrol dengan teman sebangkunya, bermain game diponsel, serta ada yang bermain kartu dibelakang pojok sana.
BRAK.
Semua pasang mata langsung menatap kedepan kelas dengan tatapan terkejut, lalu menatap orang itu geram karena sudah mengageti semua anak yang berada didalam kelas ini. Terutama Kavin yang paling terkejut.
Cowok itu memasang tampang bodoh. Mengeluarkan cengiran khasnya lalu dia koprol di depan kelas kemudian menghampiri meja Kavin. Kavin melotot melihat tingkah sahabat satunya ini. Yang setiap hari selalu koprol didepan kelas.
"Eh anak monyet! Kalo mau masuk kelas tuh ketuk pintu dulu, beri salam, jangan asal kayak tadi bego! Bikin kaget orang aja, kebiasaan banget jadi anak" omel Damar sambil menjitak kepala Eros kencang.
Eros meringis pelan kemudian tertawa. "SSG dong" jawabnya. Kavin melepas kedua headphone nya, alisnya terangkat melihat Eros yang sedang melebarkan cengirannya.
"Apaan tuh SSG?" tanya Kavin. Eros mulai mendekat, ingin membisikan sesuaty kepada Kavin dengan tawa yang dia tahan. Eros menarik napasnya kemudian berteriak sekencang kencangnya ditelinga Kavin.
"SUKA SUKA GUE LAH!" teriaknya membuat Kavin tergelonjak kaget. Rasanya telinga kanannya berdenyut nyeri.
"BANGSAT!"
"KAVIN! KELUAR DARI KELAS DAN MASUK KE RUANG BK SEKARANG!" teriak Bu Bunga yang baru saja sampai didepan pintu kelas mereka sambil berkacak pinggang.
Dalam hati dirinya menyumpah serapah teman nya itu. Baru saja niatnya hari ini dia ingin menghindari ruangan terkutuk itu, tapi nyatanya dia tidak bisa sehari tanpa masuk keruang BK yang notaben sudah menjadi makanan sehari harinya.
🌿
"Gimana Kav?" tanya Damar. Kavin diam tak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Damar. Hari ini dia sangat kesal, mood nya benar benar ancur seketika. Bahkan, makanan yang sedari tadi dia pesan hanya diaduk aduk tanpa niat untuk menghabiskannya.
"Itu nasi dimakan bego bukan diaduk aduk doang! Sayang duit napa sayang duit" ucap Eros kemudian menarik piring Kavin untuk menghabiskannya.
"Udah kenyang gue" ucap Kavin.
"Kenyang makan apa lo? Emang lo tadi sarapan pas berangkat sekolah? Sarapan aja gak pernah, yang ada lo mules mules kalo sarapan pagi" ucap Damar. Kavin menghela napasnya kemudian ingin beranjak dari bangku kantin yang cukup ramai ini.
"Kenyang gue masuk ruang BK setiap hari, dikasih wejangan terus sama Bu Bunga!" ketusnya sambil menatap Eros garang.
Dan saat itu juga tawa Damar dan Eros langsung pecah.
"Temenan sama anjing kayak gini nih, suka banget liat gue masuk ruang BK terus" ucapnya pelan membuat tawa mereka berdua semakin keras.
Kavin langsung meninggalkan kantin beserta kedua sahabatnya itu yang masih menertawainya. Dia melihat sekeliling koridor lantai satu yang cukup ramai, banyak siswa siswi yang berlalu lalang. Ada yang duduk didepan kelasnya sambil berbincang dengan temannya, ada yang membaca novel sambil memakan cemilan, dan ada juga yang sedang duduk duduk santai saja.
Kakinya terus melangkah ke lapangan basket. Dia langsung membuka seragam putihnya dan menampakkan kaos tipis putih polos saja. Kavin mengambil bola basket yang berada didekat gawang, kemudian bermain sendiri tanpa menghiraukan tatapan tatapan yang sedang terarah darinya.
Kini lapangan bola basket yang tadinya tidak cukup ramai sekarang sudah penuh dengan para siswi yang sedang melihat dirinya bermain basket. Dia baru sadar jika sedari tadi menjadi pusat perhatian. Setelah lima belas menit dia bermain, dia langsung mengambil seragamnya yang tadi dia gantungkan di atas gawang. Seragam itu bukannya dia pakai melainkan ditaruh disebelah pundak kanannya dan pergi dari lapangan.
Dia tersenyum miring sambil berkata. "Gue paling gak suka jadi pusat perhatian kalian!" ucapnya sangat menusuk. Matanya menatap satu persatu anak siswi yang terdekatnya.
Kavin terus berjalan menyusuri koridor sambil memakai seragamnya. Dia bukan pergi menuju kelasnya, melainkan ke atap sekolah. Untuk menikmati terpaan angin dengan duduk dibangku sofa usang yang sudah tak terpakai lagi.
Kavin duduk dan menutup matanya. Tangannya menyilang didepan dada. Hari ini, dan untuk esok ataupun lusa dia tetap seperti ini. Membolos dijam pelajaran sehabis istirahat untuk tidur beberapa jam.
~Happy Reading~
Jangan lupa vote+komen. Aku butuh kritikan dari kalian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zelka
Teen FictionVelika bukan gadis remaja seperti lainnya. Dia sangat berbeda. Jika gadis remaja yang seumuran sedang menikmati masa remajanya berbeda dengan dirinya. Setiap hari yang setiap kali sehabis pulang sekolah langsung pergi ke kafe tempat dirinya bekerja...