Kavin turun dari motor sport didepan rumah nuansa mewah bercat abu abu. Dulu ketika dia kecil Kavin sering berada dirumah ini setiap hari sabtu dan minggu untuk sekedar berkunjung dan bermain. Tapi itu dulu ketika gadis kecilnya masih ada. Kakinya melangkah maju untuk mendekat kearah pintu, tapi baru dua langkah mendekat tiba tiba keluarlah sosok perempuan yang umurnya sekitar 36 tahun.
"Sore tante Mira" sapa Kavin sopan. Tante Mira sontak langsung tersenyum ketika melihat Kavin. "Sore Kavin, ada apa ya kamu ke rumah tante?" tanya tante Mira to the point karena dia lagi terburu buru ingin menemui seseorang.
"Gimana kabar tentang Zelin selama ini tante? Apa ada perkembangan?" tanya Kavin. Senyum yang tercetak jelas dibibir Mira perlahan memudar, tatapannya pun menjadi sendu.
Dia sendiri juga sangat rindu dengan anak keduanya, yang telah hilang beberapa tahun yang lalu disebabkan kecelakaan mobil yang menimpa dirinya juga.
Mira menggeleng lemah, memaksakan bibirnya untuk tetap tersenyum walaupun pedih. Matanya pun sudah berkaca kaca kalaupun ada orang yang sedang menanyai kabar tentang Zelin.
"Tante sudah mencari kemana mana tapi tidak ketemu Kav, bahkan tante sudah melaporkan kepada polisi sejak dulu tapi sampai sekarang gak ada yang nemuin Zelin" ucapnya dengan suara serak. Kavin menatap lantai bawah dengan sendu, pasti selalu itu jawabannya.
"Yaudah tante, Kavin pamit pulang" ucap Kavin dengan suara serak, tenggorokannya serasa tercekak. Tante Mira tersenyum lalu mengangguk singkat.
Setelah berpamit Kavin memacu motornya kencang. Dia marah, dia kesal, hatinya panas, pikirannya campur aduk. Yang dia butuhkan saat ini adalah pelampiasan. Ingin rasanya dia melayangkan tinjuannya kepada seseorang yang siap untuk menjadi sasaran empuk.
Sebenarnya Zelin masih hidup, tapi entah dimana dia berada sekarang. Keluarga Zelin sudah mencari kemana mana tetap tidak ditemukan. Apalagi itu kejadian yang sudah sangat lama, ketika Zelin masih berumur lima tahun. Mungkin Zelin wajahnya sudah berubah semakin cantik dan tidak dapat dikenali lagi seperti dulu.
Kavin berhenti disebuah taman Duta Permata, dia memakirkan motornya di tepi trotoar lalu mencari bangku untuk dia duduki. Kavin mengeluarkan ponsel dan headphone kemudian dia menyumpal kedua telinganya dengan volume yang cukup keras.
Matanya melihat sekeliling taman itu yang cukup ramai, dulu ini adalah tempat ketika dia bermain waktu kecil dan tentunya bersama Zelin.
"Ayo kejar aku kalau bisa, kalau aku tertangkap aku akan belikan kamu es krim" ucap gadis kecil berambut panjang. Dia menjelujurkan lidahnya sambil berlari. Tentu bocah laki laki itu tidak tinggal diam, dia ikut berlari mengejar gadis itu mengelilingi taman.
"Awas kamu Zelin, akan aku tangkap kamu" bocah lelaki itu tertawa.
Gadis kecil itu yang bernama Zelin hanya terbahak ketika temannya berbicara seperti tadi, buktinya dirinya belum tertangkap.
Zelin terus berlari tanpa menghiraukan ocehan Kavin dari belakang. Dia tengah sibuk berlari menghindari Kavin agar dia tidak tertangkap. Bahkan orang tua mereka yang duduk dibangku taman melihat kelakuan putra putrinya tersenyum bahagia.
Mira, Ibunda Zelin menoleh ke arah Yasmin sambil tertawa. "Lihat Yas, anak kita terlihat akrab sekali, seperti kakak beradik" ucapnya. Yasmin mengangguk, kedua sudut bibirnya terangkat.
"Zelin" gumam Kavin. Tepukan pelan dibahunya membuat dia tersadar. Dia melamun beberapa saat mengingat waktu kecilnya dulu. Sebut saja dia alay atau lebay, tapi dia memendam rasa rindu sudah hampir sebelas tahun.
Kavin melirik cewek itu yang kini ada di didepannya. Cewek yang pernah bertemu tidak sengaja serta pernah dia tolong waktu itu. Dia Velika.
Velika tersenyum hangat kepada Kavin. Tadi sehabis dia pulang bekerja dan dia lewat taman ini, Velika melihat seseorang yang dia kenal. Walaupun baru beberapa hari dia bertemu tapi dia masih mengingatnya. Saat dia melihat dari kejauhan sepertinya Kavin sedang ada masalah, bahkan sampai melamun. Makanya Velika datang menghampiri untuk sekedar bertanya.
"Kamu ada masalah?" tanya Velika langsung tanpa basa basi. Dia duduk disamping Kavin yang masih diam tanpa suara. Mungkin sedikit terkejut akan kedatangan dirinya.
"Lo ngapain ada disini?" bukannya menjawab justru Kavin berbalik tanya.
"Abis pulang lewat sini eh gak sengaja ketemu kamu yang lagi melamun, karena penasaran makanya aku kesini" jawabnya. Kavin menganggukkan kepalanya.
Velika menghembuskan napasnya. Dia agak kesal karena Kavin tidak menjawab pertanyaan dia tadi, malahan dia sekarang asik dengan ponselnya.
"Kavin? Kamu lagi ada masalah?" tanya Velika sekali lagi. Kavin menatap tidak suka jika ada seseorang yang menanyai tentang masalah dirinya.
"Urusan lo apa? Ini hidup hidup gue, jadi lo gak usah tau masalah gue" ucapnya datar lalu meninggalkan Velika yang masih menatap punggungnya sendu.
"Memang itu bukan urusan aku, tapi apa salah jika aku peduli sama kamu? Niat aku cuman mau membantu kamu, siapa tau kamu memerlukannya" ucap Velika pelan namun masih bisa terdengar jelas ditelinga Kavin. Di tidak menoleh, hanya berhenti sebentar lalu berjalan kembali.
Velika mengangkat bahunya. Bangkit dan melanjutkan perjalanan pulang. Pasti dia sudah ditunggu oleh Athaya dan neneknya.
Ketika sampai dirumah minimalis yang sangat sederhana, halaman yang tidak begitu luas namun terdapat tanaman bunga yang selalu dia rawat membuat rumah itu terasa sejuk. Apalagi ada pohon besar, dipohon itu juga terdapat ayunan untuk Athaya bermain.
"Assalamualaikum"
Athaya yang tadinya sedang bermain mobil mobilan sontak langsung menoleh dan langsung berlari menghampiri Velika.
"Nenek kemana? Kok tumben kamu main sendiri?" tanya Velika.
"Nenek ada di kamar, katanya badannya kurang sehat" jawabnya.
"Nenek sakit?" tanya Velika lebih jelas lagi. Athaya menganggukkan kepalanya.
Velika langsung masuk kedalam kamar neneknya. Benar, neneknya sedang duduk dengan kaki yang di luruskan. Tangannya memijat kaki sebelah kanan yang terasa nyeri. Melihat itu, Velika langsung duduk ditepi kasur dan mengambil alih untuk dirinya yang memijat kaki neneknya.
Awalnya nenek cukup terkejut, terlepas setelah Velika tersenyum dia ikut tersenyum.
"Kamu udah makan? Maaf tadi nenek nggak sempat masak" ucapnya.
"Udah kok, Velika udah makan. Nenek sendiri udah makan belum? Belum ya pasti, kan nenek nggak masak" neneknya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
"Tuh kan, yaudah aku mau beli makanan dulu buat nenek sekalian buat Athaya"
"Nenek jangan kemana mana, cukup istirahat aja" sambungnya. Nenek hanya mengangguk patuh.
Setelah keluar lalu dia mengajak Athaya untuk membeli makanan. Tidak menaiki angkot tetapi jalan kaki. Tadinya dia juga ingin naik angkot, tapi Athaya menolaknya. Katanya, jalan jalan sore itu menyenangkan, apalagi sambil bergandengan tangan.
Velika hanya menuruti, Athaya itu bukan tipe anak kecil yang manja. Dia selalu mandiri, apalagi dia itu sangat mengerti kondisi dikehidupannya yang serba pas pasan.
~Happy Reading~
Mampir ke akun ViviFitriani02_
KAMU SEDANG MEMBACA
Zelka
Teen FictionVelika bukan gadis remaja seperti lainnya. Dia sangat berbeda. Jika gadis remaja yang seumuran sedang menikmati masa remajanya berbeda dengan dirinya. Setiap hari yang setiap kali sehabis pulang sekolah langsung pergi ke kafe tempat dirinya bekerja...