• Awal •

70 20 1
                                    

Velika terus berlari kencang sesekali melihat kearah belakang. Dibelakang sana ada dua lelaki berbadan besar yang sedang mengejar dirinya. Dia terus berlari kesuatu tempat yang cukup ramai agar dua lelaki itu berhenti mengejarnya.

Tadi sepulang sekolah Velika ingin pergi ke apotek untuk membeli obat, tapi ketika dirinya sedang menghitung uangnya tiba tiba dia dihadang oleh dua lekaki berbadan besar serta diseluruh tubuhnya terdapat banyak tato yang tertempel.

Dua preman itu ingin mengambil uangnya, tapi Velika melawan dan langsung kabur sejauh mungkin untuk menyelamatkan uangnya. Maka dari itu dia terus berlari sejauh mungkin ketempat orang yang ramai agar dirinya bisa bebas dari preman itu.

Velika memegang pergelangan kakinya, berhenti sejenak untuk mengatur napasnya yang masih memburu. Untung saja dia sudah berada di sekitar taman yang cukup ramai. Bahkan kedua preman itu tidak lagi mengejar dirinya lagi.

Disebelah selatan sana ada bangku panjang yang masih kosong. Velika langsung menghampiri tempat itu untuk duduk sebentar. Mengusap keringat yang mengalir deras dikeningnya memakai sapu tangan yang dia keluarkan dari tas sekolahnya.

Velika menatap langit seraya tersenyum. Awan putih berganti menjadi awan hitam, yang akan dipastikan langit akan menumpahkan tangisannya.

Velika teringat sesuatu, kemudian tangannya merogoh isi yang ada didalam tasnya untuk mengambil sesuatu. Dia mengeluarkan notebook nya, tangannya menulis indah dikertas putih polos itu dengan cepat. Menulis apa yang ada diotaknya dan dituliskan melalui notebooknya.

Setelah selesai apa yang dia tulis, Velika memasukan notebooknya kembali kedalam tas dan berjalan meninggalkan taman itu karena hari mulai gelap.

Kakinya terus melangkah menyusuri jalan beraspal, mulutnya bersenandung menyanyikan lagu Ed Sheeran yang berjudul Photograph. Tiba tiba tubuhnya menegang seketika melihat orang yang ada dihadapannya ini dengan tersenyum miring. Velika mundur beberapa langkah tetapi seorang lelaki itu terus mendekatinya.

Lututnya lemas, badannya bergetar kembali. Takut dengan orang yang ada dihadapannya sekarang. Baru saja dia sudah lolos dengan kedua preman tadi, tapi nyatanya preman itu masih mengawasi dirinya untuk mengambil uang miliknya.

Baru saja Velika ingin berlari namun pergelangan tangannya dicekal oleh preman itu. Preman itu tertawa keras melihat wajah ketakutan Velika. Tangannya mengelus pipi Velika tetapi langsung ditepis kasar.

"Kalo diliat liat cantik juga lo" ucap preman itu masih mengelus pipinya.

"Boleh kali main main sebentar bareng kita berdua" ucap preman satunya. Mata Velika memanas. Ingin meminta tolong tetapi keadaan cukup sepi. Dia baru sadar akan hal itu.

"Lepas!!" teriaknya. Bukannya melepaskan justru preman itu tertawa kembali. Kemudian menarik paksa Velika untuk kesuatu tempat. Velika terus meronta ronta, dia terus berteriak walaupun dia tau tidak ada yang mendengar.

"TOLONG! SIAPAPUN TOLONG SAYA! LEPASIN BRENGSEK!" teriaknya.

"Lo mau uang gue kan? Ini ambil tapi tolong lepasin gue sekarang juga!" ucapnya. Satu butir cairan bening lolos begitu saja. Dia sungguh takut. Apalagi dia tau apa arti kata yang diucapkan preman tadi. Dia rela kehilangan uangnya daripada kehilangan harga dirinya.

Preman itu mendekati bibirnya tepat didepan telinga, membisikkan sesuatu yang sangat menjijikan bagi Velika untuk didengar.

"Uang? Tapi kayaknya kita lebih tertarik bermain sama lo yang cantik ini deh" ucapnya.

"TOLONG! TOLONG SAYA!" teriaknya kembali seraya meronta ronta. Velika langsung menendang bagian bawah perutnya, setelah dia berhasil terlepas dia langsung berlari meninggalkan preman itu yang sedang merintih kesakitan.

"Kejar! Cepat kejar cewek sialan itu" ucapnya. Preman yang satunya menganggukkan kepalanya dan meninggalkan temannya.

"Berhenti lo!"

Velika mengabaikan preman itu dan terus tetap berlari sambil melihat kearah belakang dan...

BRUK.

Dirinya menabrak sesuatu sampai orang yang ditabrak itu jatuh dengan posisi Velika memeluk orang itu dari atas. Velika membuka matanya, menatap orang itu dengan mata melotot. Setelah bertatap selama 3 detik dia langsung bangun dan meminta maaf dengan suara bergetar.

"M–maaf saya gak sengaja, sekali lagi saya mohon maaf" ucapnya. Lelaki itu menepuk bagian belakangnya, menatap intens disetiap detiknya.

Velika tidak berani menatap lelaki yang sudah dia tabrak, perasaan takut, malu bersarang diotaknya. Velika menunduk menatap kebawah, disana dia melihat ada 3 pasang kaki. Yang artinya ada tiga orang yang berada dihadapannya.

"Nah loh dapet, sini cepet lo ikut gue!" ucap preman itu sambil menarik tangannya. Velika terkejut meronta ronta.

"Tolong saya Kak" ucapnya.

Kavin maju beberapa langkah, mendekati preman itu dan langsung menarik tangan kiri Velika sampai menabrak dada bidangnya. Velika cukup terkejut.

Bugh.

Tanpa sepatah kata pun Kavin langsung melayangkan bogeman mentah diarea hidung preman itu. Preman itu serangan dadakan namun Kavin langsung menarik tubuh Velika kebelakang punggungnya.

"Eros! Jaga nih cewek" pintanya. Eros menganggukkan kepalanya dan menarik pergelangan tangan Velika menjauh.

Eros melihat wajah pucat Velika, bahunya bergetar, matanya memerah, serta keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya. Eros membuka resleting tasnya, mengambil air mineral untuk cewek yang ada dihadapannya ini.

Velika meneguknya sampai setengah. "Makasih"

Eros hanya menganggukkan kepalanya. Kemudian matanya kembali menatap Kavin yang sedang berkelahi dengan satu preman tadi, tapi tiba tiba ada satu preman yang datang dan menyerangnya. Kavin melawan dua preman, disana tepat dibelakang Kavin ada Damar yang hanya menjadi penonton, tangannya dilipat didada.

"Butuh bantuan?" tanya Damar polos.

"Gak usah ditanya bego!" ketus Kavin kesal dan langsung menonjok pelipis preman itu sampai berdarah. Damar membulatkan mulutnya kemudian ikut melawan.

Hanya butuh waktu sebentar untuk melawan kedua preman itu dan langsung meninggalkan tempat ini. Kavin membenarkan kerah seragamnya yang sedikit berantakan.

"Makasih udah mau nolongin saya" Velika menghampiri Kavin dan Damar. Kavin hanya menganggukkan kepalanya seraya tersenyum tipis. Sedangkan Damar mengulurkan tangannya untuk berkenalan. Dan saat itu juga Velika membalas uluran tangannya.

"Gue Damar. Yang ini namanya Kavin, dan yang tadi sama lo itu namanya Eros" jelas Damar. Velika menganggukkan kepalanya. "Saya Velika, makasih sudah menolong saya dan maaf udah merepotkan kalian" ucapnya.

Damar terkekeh. "Santai aja, btw gak usah kaku gitu, panggil aja lo gue biar keliatan lebih akrab" ucapnya. Velika hanya mrmbalas dengan senyuman.


~Happy Reading~

ZelkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang