Sesibuk apapun pekerjaan flara sebagai asisten penulis, ia tetap menikmatinya. Dan tanpa ia sadari jarum jam sudah menunjukkan pukul 5 sore.
"Flar, lo gak balik? Udah jam pulang nih. Demen banget lama-lama dikantor." - tegur salah satu teman kerja flara, helina.
"Hem kayaknya bentar lagi deh hel. Soalnya masih ada yang harus aku rangkum lagi. Jadi besok tinggal serahkan ke bos." - tutur flara sambil melihat helina yang sedang beberes meja kerjanya.
"Tapi kayaknya lo harus pulang sekarang deh. Dilobby udah ada yang nunggu lo soalnya. Tadi orang bagian receptionis nelpon ke divisi kita. Nah kebetulan aku yang angkat."
"Hah? Siapa? Perasaan aku gak ada janji ama siapapun deh hel." - bingung flara.
Flara merasa penasaran siapa yang sedang menunggunya di lobby kantor. Karna flara jarang banget disamperin teman atau orang tuanya kekantor.
"Nah kebetulan aku lupa nanya tuh flar. Maklum eike kan agak pelupa gitu. Eh tapi mana tau itu cowok yang suka sama lo flar. Wah gila sih seorang flara disamperin cowok setelah sekian abad hahaha." - gurau helina.
"Apa itu nio ya? Kalo iya, dia tau dari mana aku kerja disini?"
"Apa flar? Lo ngomong apa?" - tanya helina yang kurang jelas mendengar omongan flara.
"Oh bukan apa-apa kok. Yauda lo turun duluan aja. Aku masih mau beres-beres dulu nih. Entar suami lo merepet lagi sangkin lama nunggunya." - dibalas tawa oleh helina dan flara segera bergegas untuk menuju kelantai bawah.
Dari menunggu lift terbuka, lalu ia masuk, sampai lift kembali terbuka dan ia sudah dilantai 1 kantornya, jantung flara berdegup tak karuan. Mengapa harus devin yang ia pikirkan untuk datang kesini. Mengapa devin yang harus selalu memecah konsentrasinya belakangan ini.
Itu dia, semakin hari dirinya begitu tampan. Senyumnya begitu manis. Tatapan matanya begitu teduh. Rasanya flara tak rela bila pria yang sudah dihadapannya ini dilirik sembarangan oleh wanita lain. Meskipun flara sendiri masih belum memberi kepastian untuk devin, tapi flara sudah mulai bisa membuka hatinya tanpa harus ia paksakan.
Sampai kapan dirinya harus terhanyut dalam khayalan yang nyata ini. Rasanya flara ingin langsung memeluk pria ini untuk mengungkapkan bahwa flara juga menginginkannya.
"Hei flara... Langsung pulang atau mau makan diluar dulu nih?" - sapa devin.
"Eh hei... Lo kok tau aku kerja disini?"
"Apasih yang seorang devinio abraham tidak tau Hahaha. Tapi serius, aku tadi mampir kerumah kamu. Trus aku tanya sama mama kamu deh." - jelas devin dengan senyumnya itu.
"Oh dari mama. Kirain dari mbah dukun." - garing sih tapi flara terkekeh.
Dalam hati devin,
"ini flaraku. Meskipun semua candanya hanya sebatas garing. Tapi aku selalu suka melihat senyum dan tawanya. Apalagi matanya yang selalu menyinarkan ketulusan.""Yauda yuk. Kita langsung balik aja. Mama tadi masak makanan kesukaan aku sih katanya." - ajak flara.
Tanpa flara sadari ia menarik lembut tangan devin untuk keluar dari kantor dan menuju parkiran.
Devin yang melihat tingkah flara, hanya bisa tersenyum. Pertanda baik bagi devin lagi."Mobil kamu dimananya nio?"
"Oh itu didepan sana. Kayaknya ada yang lagi kesenangan megang tangan pangeran nih." - goda devin."Eits. Lo berasa jadi pangeran gitu? Jangan ngimpi deh jadi pangerannya flara. Hahahaha" - flara langsung melepas genggaman tangannya. Pipinya sedikit merah karna merasa malu.
Makin kesini flara dan devin sudah tidak begitu kaku. Keduanya senang bertukar cerita tentang keseharian mereka dihari itu. Tapi baru kali ini devin datang menjemput flara dikantornya. Sehingga jantung flara tidak bisa berdetak dengan normal.
Flara sudah mulai kembali jatuh hati. Semoga kali ini ia tak salah lagi memilih.-----------------------------------------------------------------
Makan malam bersama keluarga flara begitu hangat. Kali ini dilengkapi oleh papa dan adik flara yang waktu itu tidak ada saat devin ikut makan dirumah ini.
"Makasi om fajar dan mama fiana udah ngijinin devin buat makan malem disini. Masakan mama emang the best sih."
- puji devin buat mamanya flara sambil menunjukkan jempol tanda bahwa masakan mama fiana memang sangat lezat."Makasi ya nak dev. Jadi enak mama nih hehe." - mereka semua tertawa kecuali papanya flara.
"Ini gak bisa. Tidak ada keadilan disini." - ungkap papa flara dengan wajah seriusnya.
Mama fiana, flara, serta fairel bingung dan cemas apa maksud papanya itu. Devin bahkan lebih bingung dan takut sebelumnya apa dirinya ada salah bicara.
"Pa apaan sih? Apanya gak adil?" - tanya fairel.
"Iya ini gak adil. Papa gak suka." - masih dengan wajah serius om fajar.
"Om, devin minta maaf kalo dev ada salah bicara." - devin memang tidak mengetahui apa maksud om fajar. Tapi alangkah lebih baik bila ia meminta maaf.
"Nah ini yang papa gak suka. Gak peka" - papa flara hendak pergi, tapi flara menahannya.
"Pa kenapa sih. Emang nio ada salah apa? Jangan buat suasana jadi gak enak dong pa." - tanya flara dengan hati-hati.
"Bisa-bisanya devin panggil mama kamu dengan sebutan mama. Tapi manggil papa dengan sebutan om. Emang papa gak cocok apa ya jadi papa mertuanya devin nanti. Gini-ginikan papa juga ganteng. Sebelas dua belas padahal sama mukanya devin." - jelas om fajar dengan ekspresi sedih tapi tetap ada sisi wibawanya.
Ternyata papanya flara juga memiliki sifat yang humoris. Devin sudah menyadari dari mana flara memiliki sifat humoris ini. Tapi apa flara juga memiliki sifat cemburu seperti papanya?
"Ohahaha. Maaf om. Okedeh kalo gitu devin juga panggil om fajar dengan sebutan papa. Mama fiana dan papa fajar."
"Nah gitu dong. Kan enak jadinya." - papa fajar kembali tersenyum dan memeluk devin layaknya seperti ayah dan anak.
Flara yang menyaksikan ini tidak menyangka. Devin begitu mudahnya dapat mengambil hati mama papa dan adiknya.
Tidak seperti dulu. 4 tahun bersama lelaki yang ia cintai dulu, mama papa flara tak pernah seterbuka ini seperti saat bersama devin.
Flara mengukir senyum dibibirnya. sungguh ini sebuah mimpi yang nyata.Tak perlu kau tuturkan. Kutau bahwa kau juga menginginkan. Ada aku, cinta, dan kenangan.
- Devinio Abraham -***
Halooo.
LOVE is back.
Jangan lupa buat vote dan comment ya manteman :)Ditunggu lanjutan part-nya yaak :)
FIND ME
Instagram : kandipratiwiMmuuuuaaah :* (flying kiss)!!
Salam hangat,
Kandiici27
- 10 desember 2018 -
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE
Teen Fiction"Setiap detiknya adalah kenangan. Maka nikmatilah setiap alurnya." - Devinio Abraham "Disaat ku tersenyum bahkan tertawa, bukan berarti ku sedang berbahagia. Lalu bagaimana bisa aku menikmatinya." - Flara Senjani #LOVE By : Kandi Pratiwi Instagram...