Part 3

17 4 2
                                    

Selamat menikmati bacaan✨

"Kan, aku ditinggal terus." Ambek Aldrich yang tangan kirinya menggenggam tangan kanan Eirene sedangkan tangan kanannya mendorong trolli belanjaan.

"Al,akhir akhir ini kamu banyak omong ya." Omel Eirene namun tak melepaskan tautan tangan mereka.

"Kan aku mau gantian manja sama kamu." Ujar Aldrich yang kemudian mencium punggung tangan Eirene.

"Aku kan nggak pernah minta di manjain." Elak Eirene.

"Stt... Udah udah ya, ada yang kamu perluin lagi gak? Ice cream gitu? " Tanya Aldrich.

"Ice cream." Jawab Eirene yang berubah jadi ceria.

"Ayok kita borong ice cream nya." Ajak Aldrich semangat.

"KAJJJAA." Seru Eirene.

Mereka pun berjalan bersama mencari ice cream yang Eirene suka, tanpa melepas genggaman tangan mereka.

"Vanila." Pinta Eirene sambil menunjuk ice cream vanila.

"Aku mau matcha." Pinta Aldrich balik.

"Ya udah dua duanya aja." Usul Eirene.

Kemudian Aldrich mengambil satu cup ice cream. Namun Aldrich hanya mengambil ice cream Vanila.

"Udah kan?" Tanya Aldrich sambil tersenyum kepada Eirene.

"Udah sih,tapi matcha nya gak jadi?" Jawab serta tanya Eirene.

"Enggak." Jawab Aldrich singkat lalu mulai mendorong trolli nya.

"Kan... Sekarang aku yang ditinggal." Protes Eirene ditempatnya.

"Ketinggalan ya." Ujar Aldrich kemudian kembali ke sisi Eirene dan menautkan tangan mereka kemudian menariknya pelan.

_

_

_

_

_

Di basement supermarket ~

Satu persatu barang yang mereka beli pun mereka masukan kedalam bagasi mobil.

Blamm

Aldrich menutup pintu bagasi dengan lumayan keras.

"Udah?" Tanya Eirene disisi mobil.

"Udah." Jawab Aldrich.

Saat Eirene akan memasuki mobil tiba tiba Aldrich berseru.

"Tunggu tunggu! Ada yang kelupaaan." Ujar Aldrich kemudian berjalan memutari mobil menghampiri Eirene.

"Apa?" Tanya Eirene bingung.

Aldrich pun mulai mendekati Eirene kemudian mencium pipi Eirene sekilas. Dan membuat Eirene membeku.

"Hukuman kamu udah ninggalin aku. Yang dua nya kalau kamu mau bisa aku tambah." Bisik Aldrich di telinga Eirene.

'Apa ini? Astaga kenapa muka aku rasanya panas?' Bantin Eirene.

"Manisnya." Ujar Aldrich sambil menangkup pipi Eirene yang merona.

"Al!!" Protes Eirene yang wajahnya sudah sangat merona. Dan kemudian langsung masuk kedalam mobil karena merasa sangat malu. Aldrich pun menyusul ke arah yang sebaliknya.

Ini adalah pertama kalinya bagi Eirene. Selama ini tak pernah seorang lelaki pun mengecup pipinya, kecuali sang papa. Maka wajar bagi Eirene untuk merasa malu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Saranghae, Yoo!|!➰Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang