Mungkin part ini sedikit membingungkan karena seperti tidak menyambung dengan akhir part sebelumnya karena yang dipublish hanya setengah part saja kecuali nanti ada perkembangan dan ada permintaan untuk ditampilkan utuh maka part akan diupdate lagi, sementara itu novel ini masih dalam penulisan dan mudah-mudahan akan segera diselesaikan dan dipublish yang masih dalam pencarian penerbit juga jadi diharapkan banget dukungan my beloved reader untuk vote dan komennya yaaa....makasih buat @mamikberau yang sudah meninggalkan jejak, part ini untukmu....love you my beloved reader ^.^
IA mengerjab dan melongo, ia sama sekali tidak menyangka akan berada di situasi ini.
"A-apa? Ke-kenapa?" Michelle memaki dirinya yang mendadak gugup dan tidak dapat berkata dengan lancar.
Setelah apa yang Dean lakukan untuknya, ia tidak lagi merasa antipati pada lelaki itu. Jika dihitung-hitung, lelaki itu sudah 2 kali menolongnya.
"Kita bertemu dalam keadaan yang salah dan aku memang bersikap tidak pantas, bisakah kita mengulang kembali perkenalan kita dengan makan malam sebagai teman?" Dean menatapnya penuh harap dan Michelle tidak sanggup untuk menolaknya, tapi apa bijak untuk menerimanya.
"Ayolah, aku ingin kita bertemu dengan perasaan yang nyaman dan ini juga demi Kate." ada nada sayang yang tertangkap di akhir kalimat dan Michelle tahu betapa dekatnya hubungan Dean dengan kliennya itu.
"Baiklah, tapi ini bukan kencan. Ini hanyalah makan malam sebagai teman." tegasnya menyetujui, tidak ada salahnya untuk mencoba melihat sosok Dean dari persektif yang berbeda dan berharap saat makan malam nanti bisa menampilkan sosok yang berbeda dari lelaki itu.
"Apa kamu bebas jumat malam nanti?"
Michelle berusaha mengingat jika ada jadwal operasi di hari itu dan menemukan jika ia tidak punya janji apapun dan berharap tidak ada operasi dadakan yang membutuhkan bantuannya.
"Ya, aku bisa."
Senyum tulus berkembang di wajah Dean dan memberikan ekspresi yang berbeda yang baru ia lihat dari lelaki itu sekaligus membuatnya ragu karena jika Dean terus menampilkan sisi yang berbeda dari yang ia tampilkan sebelumnya, mungkin ini akan berakhir tidak baik bagi kesehatan bathinnya.
Diakuinya atau tidak, Dean adalah lelaki yang sangat menarik. Dan ia berharap dapat kebal terhadap pesona lelaki itu apapun yang terjadi nantinya, sudah terlambat untuk mundur sekarang saat melihat betapa leganya Dean ketika ia menerima undangannya.
Hanya sekali makan malam saja, anggap saja sebagai wujud terima kasihnya kepada lelaki itu yang sudah dua kali menolongnya. Dia bukan orang yang tidak tahu berterima kasih dan tidak mau berutang kepada siapapun, yah dia harus menganggap makan malam nanti hanya murni cara dia berterima kasih. Hanya itu saja.
Tetapi dia tidak bisa berhenti memikirkan rencana makan malam nanti yang hanya membuatnya semakin gugup dan gelisah dan cara satu-satunya untuk menenangkan bathinnya hanyalah mencurahkan pikiran dan konsentrasinya pada pekerjaannya dan berusaha menghindari anak pemilik rumah sakit yang ingin memojokannya setelah peristiwa di restoran waktu itu.
Jika saja tidak mengingat pinjamannya yang masih butuh setahun untuk melunasinya, ia pasti sudah lama keluar dari rumah sakit tempatnya bekerja dan mewujudkan impiannya membuka praktek sendiri dan melayani semua pasien terlebih pasien yang tidak mampu memabayar biaya pengobatan sekalipun.
Tujuan mulia, itu yang selalu dikatakan Alicia mengenai impiannya. Ia sadar jika apa yang diimpikannya begitu naif dan tidak masuk akal terlebih dengan kemampuannya yang selalu sukses di setiap operasi yang ditanganinya. Ia bahkan tidak menyadari akan keberhasilannya itu jika orang-orang yang disekitarnya tidak mengungkit hal itu dan sekaligus membuatnya menjadi orang yang dihormati di lingkungan rumah sakit.
Ia bisa saja menggunakan hal itu untuk melaporkan tindakan tercela anak pemilik rumah sakit yang tidak juga jera dalam mengejarnya dan selalu mencoba mencari kesempatan untuk memojokkannya. Namun ia termasuk orang yang tidak ingin terlibat masalah apapun dan walau bagaimanapun lelaki bajingan itu merupakan anak kesayangan pemilik rumah sakit dan ia tidak yakin jika pemilik rumah sakit akan senang jika ada laporan yang tidak mengenakan tentang anak lelaki satu-satu mereka.
"Akhirnya bisa menikmati malam bebas, bagaimana jika kita ke club nanti malam?" Alicia mengaitkan tangannya di lengan Michelle saat mereka bertemu dalam perjalanannya menuju ke lift.
Ia hampir saja kelepasan mengungkapkan rencananya nanti malam namun terhenti di ujung lidah, ia tidak akan selamat jika sahabatnya itu sampai tahu dan pastinya akan memaksa untuk membantunya bersiap menghadapi undangan makan malamnya.
"I'm pass, aku hanya ingin beristirahat. Minggu ini sangat melelahkan dan rasanya aku tidak punya energy lagi. Mungkin lain kali." kilahnya santai dan berharap Alicia tidak memaksanya seperti yang biasa ia lakukan.
"Mmm...baiklah, kurasa aku akan menerima ajakan Max untuk bergabung dengannya. Kau yakin, tidak ingin melepaskan ketegangan bersamaku? Siapa tahu kita akan bertemu dengan pria jantan yang mampu menembus lapisan hymien-mu." terlihat kilatan jahil di mata sahabatnya itu.
"Kurasa kamu yang lebih membutuhkan seorang penjantan dibanding diriku." timpalnya lelah, Alicia tidak pernah jera untuk menyinggung dirinya yang masih belum melepaskan title virgin yang dirasakannya sangat tidak masuk akal untuk dijaga.
Alicia menahan nafasnya dengan dramatis sambil menatapnya takjub. "Siapa sangka Michelle yang sopan dan bermartabat bisa tahu apa itu penjantan, apa diam-diam kamu menonton sesuatu yang menarik?"
Michelle memutar bola matanya dan melangkah cepat menuju lift, semakin cepat ia melepaskan diri dari Alicia semakin ia terbebas dari segala omong kosongnya dan selain itu ia harus segera bersiap untuk 'friend date'-nya.
"Hei Al, apa kamu jadi bergabung dengan kami?" sebuah teriakan lelaki menghentikan langkah Alicia yang akan mengikutinya dan Michelle sangat bersyukur akan gangguan tersebut dan semakin melajukan langkahnya dan berharap ia terbebas dari sahabatnya itu.
Dan nasib berpihak padanya saat Michelle berhasil menutup pintu lift dan tidak melihat sosok Alicia, sahabatnya itu pasti tertahan dengan janji nanti malam yang sepertinya sangat menarik perhatiannya. Kini ia hanya perlu berkonsentrasi pada janji makan malamnya bersama Dean dan mengakhiri malam dengan jabat tangan hangat.
It's not a big deal.
-------> to next part
jangan lupa vote dan komennya yaaa.....thank you
YOU ARE READING
Journey Of Love (pending)
RomanceEmpat cerita yang dikemas dalam satu buku walau hanya setengah part yg diupload dan bagian dewasanya hanya akan tersedia dalam bentuk buku...semoga my beloved reader masih tetap nungguin ^.^