Part 7

73 4 2
                                    


Haiiii....apa kabar my beloved reader, hope you will enjoy this part....thank you ^.^


"TERIMA kasih sudah mengantarku, apa kau ingin mampir untuk secangkir kopi?" pertanyaan itu terlontar begitu saja dan Michelle tidak dapat menariknya kembali lagipula ia tidak ingin malam mereka segera berakhir dan masih ingin menikmati kebersamaan mereka.

"Aku tidak tahu." ada keraguan di wajah Dean dan Michelle tidak bisa tidak merasakan kekecewaan akan konflik bathin yang dialami lelaki itu.

"A-aku mengerti, sebaiknya aku masuk. Selamat malam, Dean." Michelle berbalik dengan muram, ia merasa jika hubungan mereka berjalan dengan baik setelah beberapa kali kencan walau hanya berupa makan malam biasa. Ia tidak menyangka akan menemukan sisi pribadi Dean yang lain, lelaki itu tidak sebrengsek yang disangkanya apalagi setelah beberapa kali melihat bagaimana lelaki itu tidak menerima undangan seksual yang beberapa kali dilayangkan pelayan wanita.

Selama mereka bersama, Dean tidak pernah main mata ataupun merayunya seperti saat awal-awal mereka bertemu. Dean juga menunjukkan bagaimana sopannya lelaki itu dan Michelle yakin jika sikap lelaki itu bukan akting semata, ia percaya akan ketulusan lelaki itu.

Diakui Michelle jika ia menyukai kepribadian Dean yang ditujukannya selama mereka bersama, sangat menyukainya hingga di titik dimana ia selalu memikirkan lelaki itu dan tidak bisa menahan senyum saat benaknya dipenuhi lelaki itu dan ia tidak keberatan jika hubungan mereka bisa lebih dari kencan malam malam semata.

Namun penolakan Dean membuat ia mulai mempertanyakan penilaiannya dan jika lelaki itu tidak merasakan hal yang sama dengannya, jika ia telah salah tanggap akan hubungan mereka selama ini.

"Aku tidak keberatan dengan secangkir kopi."

Langkah Michelle terhenti dengan ragu jika ia mungkin salah mendengar dan hanya pikirannya sendiri yang sedang mempermainkannya.

"A-apa yang barusan kamu katakan?" jantung Michelle berdegub kencang sambil berusaha menguatkan dirinya untuk tidak berharap lebih.

"Jika undangan untuk secangkir kopi masih tersedia, aku tidak keberatan untuk mampir."

Ia tidak salah dengar.

Setenang mungkin, Michelle berbalik dan memandang Dean yang melangkah mendekat.

"Malam belum terlalu larut dan aku masih ingin menghabiskan waktu bersamamu." tatapan lembut Dean mampu mengacaukan debaran jantungnya yang semakin tidak terkendali.

Dengan senyum lega, Michelle melanjutkan langkahnya dan membukakan pintu rumahnya diikuti Dean. Ia tidak dapat menahan kegugupan yang melandanya saat Dean duduk di sofa menunggunya membuatkan secangkir kopi, Michelle mendadak merasa canggung ketika membayangkan mereka hanya berduaan saja di ruang tamu.

Mengesampingkan tumpukan perasaannya yang hanya akan membuat keadaan tidak nyaman, ia memantapkan hatinya saat melangkah kembali ke ruang tamu dengan secangkir kopi ditangannya. Ia sendiri yang mengundang Dean, akan tidak adil bagi lelaki itu jika ia bersikap canggung.

"Sepertinya kamu sangat nyaman saat bertugas di jalanan." komentar Dean menyambutnya saat ia mendekati lelaki itu yang tengah memperhatikan beberapa frame yang menghiasi dinding ruang tamunya.

"Bukankah itu tugas utama seorang dokter, melayani siapapun yang membutuhkan tanpa memikirkan segala birokrasi dan keuntungan apapun." timpalnya memperhatikan setiap gerakan Dean.

"Apa ada yang terjadi di masa lalu yang menjadi latar belakang akan jiwa sosialmu?" Dean menoleh dan Michelle tidak dapat mempersiapkan dirinya untuk bersitatap dengan pandangan penuh kekaguman dan perasaan lain yang sulit ia identifikasikan.

"Kedua orang tuaku mempunyai jiwa sosial yang tinggi dan kurasa sifat itu menurun padaku, itu terjadi begitu saja." Michelle berusaha untuk menutupi kegugupannya yang tiba-tiba terasa begitu pekat disekelilingnya namun tidak dapat menghilangkan rona merah yang menghiasi wajahnya dan mengutuki dirinya yang bersikap layaknya remaja yang baru saja merasakan kencan untuk yang pertama kalinya.

"Aku tidak pernah membayangkan wanita bermulut tajam yang selalu percaya diri sekarang nampak seperti gadis perawan yang baru saja mengenal lelaki." terdengar godaan dari mulut lelaki itu dan Michelle baru akan menyangkalnya namun bibirnya terlanjur terperangkap diantara bibir lelaki itu.

Sapuan lembut bibir Dean membuat pikirannya kosong dan hanya terpusat pada setiap tekstur bibir lelaki itu yang semakin dalam mencicipi bibirnya yang sanggup membuatnya menyerah sepenuhnya pada lelaki itu yang kini menyertakan lidahnya yang menyelusuri bibirnya dan berusaha menerobos masuk.

Michelle bersyukur lelaki itu dapat menangkapnya tepat waktu ketika kedua kakinya terasa lemas dan ia merasa akan jatuh tidak berdaya di atas lantai, kini ia berada dalam dekapan Dean dan lidah lelaki itu menjelajah di dalam mulutnya dan menggoda lidahnya sendiri untuk ikut menari bersama.

Ciuman Dean semakin berhasrat dengan kedua tangan lelaki itu mendekapnya dengan erat bahkan kini ia menempelkan tubuhnya dan berpegangan erat di bahu Dean untuk menopang tubuhnya dan menyerah sepenuhnya pada hasrat liar yang tidak mampu ia kendalikan lagi yang bersumber pada inti dirinya yang terasa begitu lapar akan sesuatu yang hanya bisa diberikan oleh lelaki yang masih menikmati bibirnya.

Merasakan bukti hasrat Dean yang mengeras dan menyodok perutnya membuatnya tidak sadar menggesekkan tubuhnya untuk dapat memenuhi rasa geli yang tidak tertahankan yang bersumber di antara pahanya yang kini begitu basah dan membutuhkan lelaki itu.

Saat merasakan pasokan udara dalam paru-parunya sudah tidak tersisa lagi, Michelle menarik kepalanya dan berhenti membalas ciuman lapar Dean namun lelaki itu nampaknya tidak puas dan bibir lelaki itu mulai menjelajahi rahangnya ke belakang telinganya tepat di titik sensitif yang semakin membuat hasrat Michelle memuncak dan tidak dapat menahan erangan nikmat.

Seakan menyadari pengaruh yang ditimbulkan bibir lelaki itu pada dirinya, Dean bukan saja menyapukan bibirnya di sana namun juga menjilat dan mengisap kulit tersensitifnya dengan lapar.

"Dean....please." erangnya tidak mampu menahan lagi rasa geli yang semakin tidak tertahankan di pusat kewanitaannya.

"I can't wait to being deep inside you and pounding so hard until you screaming my name all night." bisikan Dean diikuti dengan gigitan kecil di daun telinganya membuat Michelle semakin kuat menggesekkan pinggulnya dipaha lelaki itu dan mengetatkan kedua pahanya pada lelaki itu saat hasrat menghempasnya dan ia menegang dalam pelukan Dean.

"You are so hot and beautiful, if my kiss and words can make you come like this. How many times my cock will make you come?"

Hasrat yang sempat mereda kembali menyala dan tanpa menunggu jawaban apapun, Michelle membiarkan dirinya menyerah dalam gairah dan tidak memberikan protes saat lelaki itu kembali menciumnya dengan rasa lapar yang luar biasa.

"Show me your room, baby girl."dengan susah payah Michelle menunjuk dengan tangannya dan bersyukur Dean masihmemiliki kekuatan untuk membimbing merekaberdua menuju kamar tidurnya untuk menuntaskan hasrat yang hanya bisa dipenuhioleh lelaki yang tidak bisa berhenti menciumnya dan perlahan mulai melucutipakaiannya.



-------> to next part

it will be great if you can leave comment and push button star.....thank you ^.^

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 23, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Journey Of Love (pending) Where stories live. Discover now