□■Episode 2■□

15 4 0
                                    

🎵EXO - Coming Over🎵

(I love vomment! ^^
But more love people
who read this,
sincerely ...)

"Astaga!"

Hira berhenti menoleh ke belakang saat sinyal 'warning' dalam dirinya menyala spontan. Ia sudah siap berlari kencang.

"Urgent! Urgent! " pekik Hira sambil mulai berlari serampangan.

Belok kiri, buntu. Belok kanan, ... brakk! Hira menabrak besi jemuran.

"Ya ampun ..." Gadis malang itu menangis dua detik. Lutut dan dahinya berdarah. Baru saja jatuh tersujud. Cepat-cepat ia bangkit dan membenarkan baju-baju jemuran.

"Bibi!! Maafkan aku ...!" jeritnya sambil mulai berlari lagi. Entah jemuran 'Bibi' siapa yang ia tabrak.

Hira sudah bingung dengan arah. Ke manapun arahnya, asal tiga pria berkemeja putih bersih itu bisa kehilangan jejaknya.

"Baju saja yang suci, hati kalian keji," gumam Hira di sela-sela larinya.

Semakin lama berlari, Hira merasa kakinya tak lagi menapak tanah. Menapak apa dia sekarang?

"Yaya-YAAA!!!!!" Hira kalang kabut sambil berteriak-teriak. Ia merasa semakin disusul. Oh, ayolah. Kenapa langkahnya mendadak jadi pendek sekali?

Gadis berkaus kuning terang itu hampir berbelok ke kanan saat yang dilihatnya ternyata pagar besi menjulang yang membatasi bagian samping sebuah Chodeung-Hakgyo alias SD. Dia pun ganti haluan, ambil jalur kiri.

"HAA!" Hira memekik keras. Nyaris menabrak motor tukang es krim. Tubuhnya tegang di tempat. Seketika ingat lutut dan dahinya. Dia tidak mau tersujud lagi.

Bukan Hira saja yang tegang, lingkungan juga tegang. Seorang gyosa dan seorang ahjumma tunawisma sampai terbengong di tempat. Hira melirik mereka sengit. Oke, ia akan menebak. Gyosa itu pasti akan segera dipecat dari sekolah. Yang benar saja, dia baru akan berangkat mengajar di jam sesiang ini?! Akan jadi apa keberlangsungan nasib murid-muridnya, hah?!

Dan ahjumma muda itu. Ia masih saja lontang-lantung di jalanan selama lebih dari 40 hari. Dia pikir mau memperingati kematian?! Bahkan setelah Hira memberinya lima buah selebaran lowongan kerja? Tidakkah, dia berusaha maju? Tidakkah, ia punya visi hidup yang jelas? Kenapa masih lontang-lantung begitu?!

Oh, yeah. Hira bahkan masih peduli orang lain di saat-saat urgent begini. Euh, pabo! Stupid ....

Hira telah kembali dari memeluk alam pikiran bawah sadarnya yang liar. Begitu sadar akan eksistensi tukang es krim, Hira cepat-cepat merogoh saku rok birunya. Sempat meringis ketika bagian ujung rok menggores luka lututnya.

"Beli satu, Ahjussi!" seru Hira sambil menyerahkan selembar Won pada penjual es krim. Ia langsung berlari lagi setelah menarik es krim dari tangan si penjual.

Saat Hira berlari, sebuah sayup-sayup terdengar dari belakang sana. "Uangnya kurang ...!"

Langkah kaki Hira tak mengenal henti. Entah ia berbakat dalam atletik atau mungkin hanya karena ini darurat, lantas kekuatan kakinya jadi melonjak. Pokoknya, ia terus berlari dan berlari. Lupa kalau pagi ini, ia harus masuk kelas. Sambil berlari, tangan kirinya bergerak aktif menempelkan sebungkus es krim tadi ke dahinya.

"Ck, buntu!" Hira meradang karena lagi-lagi jalan buntu. Sementara di belakang, sepertinya mereka bertiga malah semakin semangat mengejar.

"Haihh ... aku sering lewat jalan ini! Aku yakin! Kenapa baru buntu sekarang?!" Hira bergelut dengan logikanya yang sempit.

Comedy of Life (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang