3-Kesalahan

336 60 49
                                    

Vania keluar dari kamarnya dengan langkah gontai dengan mata yang masih berat untuk dibuka. Tubuhnya sudah dibaluti seragam sekolah.

Vania melihat bang Daniel yang sudah siap dengan pakaian rapinya. Vania berjalan menuju lemari pendingin makanan untuk mengambil sekotak susu rasa coklat lalu diminumnya.

"Van" panggil bang Daniel yang sudah duduk di meja makan.

"Hmmm," jawab Vania dengan malas.

"Pagi-pagi itu kalo habis bangun tidur minum air putih dulu, jangan langsung minum susu apalagi yang dingin." ucap bang Daniel panjang.

"Ribet ya, kalo punya abang calon dokter." jawab Vania sembari memasukkan sehelai roti ke dalam mulutnya.

Bang Daniel adalah mahasiswa fakultas kedokteran disalah satu universitas yang ada di Jakarta. Prestasi semasa SMA sangat menonjol dibidang akademik. Sebenarnya bang Daniel tidak pernah minat untuk masuk kedokteran tapi karena paksaan mama dia merelakan beasiswa S1 di Jerman demi masuk fakultas kedokteran di Jakarta.

"Van, gawat nih gue ada kelas dadakan pagi gimana dong? Lo naik angkot apa naik apa terserah lo ya. Gue pergi dulu terus uangnya ada di meja depan ambil aja semua." bang Daniel gugup saat setelah membaca sebuah pesan dari layar ponselnya. Lalu dengan cepat mengambil kunci mobil dan dengan tega pergi meninggalkan Vania.

Vania menghabiskan sarapan paginya hingga dia tidak sadar dengan waktu.
Dia melirik jam tangan yang melingkar dengan manis di pergelangan tangannya jam menunjukan pukul 06.45 itu artinya kurang 15 menit lagi pintu gerbang akan ditutup.

"Mampus gue" Vania merutuki dirinya sendiri sembari memakai tasnya dan mengambil uang dimeja.

Dengan tergesa-gesa dia berjalan menuju perempatan depan rumahnya.
Setelah cukup lama dia menunggu angkot yang sama sekali tidak melintas,membuat Vania frustasi dengan keadaan seperti itu.
Menyebalkan, mengapa nasib buruk selalu terjadi padanya.

Sampai mata tajamnya melihat seorang cowok di seberang jalan mengendarai sepeda motornya. Vania melihat badge yang terpasang di seragam cowok itu. Dan sama seperti yang dia pakai.

Itu artinya dia bisa nebeng dengan cowok itu karena satu tujuan.

Dia berlari ke seberang jalan menghampiri cowok itu.

"STOP!" teriak Vania menghentikan si cowok itu. "Gue nebeng lo ya" pintanya dengan nafas terengah-engah.

Tidak mempedulikan rasa malunya, karena saat ini juga yang dia butuhkan hanyalah sebuah tumpangan bagaimana caranya agar dia tidak terlambat ke sekolah.

Si cowok itu diam tak mempedulikan Vania yang masih berusaha memaksa agar mau menebenginya.

"Yakin lo mau naik motor berdua sama gue?"

Deggg

Tidak asing bagi Vania mendengar nada suara yang baru saja dia dengar.

Cowok itu perlahan membuka helm nya. Betapa terkejutnya Vania saat melihat siapa cowok yang dia berhentikan. Alvaro ya dia Alvaro,perlu diingat lagi kalo dia adalah cowok rese sekaligus brengsek yang selalu bikin hidup Vania tidak bahagia.

"Gimana? Jadi nggak?" tawar Alvaro.

"Gak usah. Terima kasih!" tolak Vania sambil berjalan mendahului Alvaro.

Terlintas suatu ide bagi Alvaro untuk mempermainkan singa betina ini.
Perlahan Alvaro mulai menstarter motornya lalu mengegasnya secara perlahan hingga dia bisa bersampingan dengan Vania.

"Yakin lo gak mau bareng gue?" ulangnya memastikan. "Kasian nih jok belakang dianggurin setiap hari udah kayak jomblo" lanjutnya sembari menengok ke belakang.

A n V || AlvaroVaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang