6-Flashback

387 36 17
                                    

Di sudut kamar tidur Alvaro, sebuah sofa sudut berukuran sedang digunakannya untuk menonton live instagram milik seseorang terdekatnya.

Laptop yang berada di atas paha Alvaro, menampilkan dua orang yang sedang bernyanyi dengan diiringi musik di belakangnya.

Sontak kaget ketika melihat temanya Fahri bisa bernyanyi dengan Vania, bagaimana dia bisa begitu akrab dengannya? Hingga bayangan-bayangan kenangan yang dulu kini muncul kembali.

Alvaro menengok ke arah meja kemudian mendapati sebuah poto berukuran sedang, menampilkan tiga orang yang sedang merangkul satu sama lain dengan ekspresi tertawa.

Lebih dari dua tahun yang lalu, di Jogja kota budaya dengan penuh keramahan masyarakatnya. Di jalan Malioboro menjadi tempat Alvaro berjalan menggandeng  tangan Nadia, sesekali berlarian, mengejar satu sama lain, lalu Alvaro memotret wajah Nadia dengan pose candid.

Cerita canda penuh tawa, menjadi saksi bahwa di Jogja dia pernah bahagia bersama orang yang selama ini dia jaga.

Asyik berjalan dan berlarian di jalan Malioboro, membuat Nadia berhenti saat melihat seorang pedagang cinderamata khas dari kota budaya itu. Dilihatnya sepasang gelang bermotif batik yang menjadi ciri khas-nya.

"Alvaro," panggil Nadia saat Alvaro memotret pejalan kaki, delman yang terpakir dan gedung-gedung penuh sejarah di kota ini. "sini," ajaknya lagi,membuat Alvaro berjalan mundur ke arah pedagang itu.

"Berapa mbah gelangnya?" tanya Vania ke pedagang perempuan tua itu.

"Gangsal welas ewu mbak," ucapnya.

"Ini mbah," Nadia memberikan selembar uang sepuluh ribu dan lima ribuan dari dalam tas kecil yang menggantung ditubuhnya.

"Matur suwun mbak," balas pedagang itu sambil menerima uangnya.

"Iya," kata Vania ramah lalu mendekatkan dirinya menghampiri Alvaro.

Dengan sedikit senyum yang melengkung dari sudut bibir Vania membuat siapa saja yang melihatnya iri dengan kemanisan yang diciptakan dari wajah manis Nadia.

"Al," sapanya saat Alvaro memotret gedung-gedung di sekitar kota itu.

Alvaro berdeham lalu duduk di kursi city walk, yang menjadi ikon dari jalan itu, sambil melihat hasil jepretan dari kameranya. Lalu disusul Nadia yang duduk disampingnya.

"Itu apa?" tanya Alvaro melirik kantong plastik kecil yang berada di tangan Nadia.

Nadia ikut melihat arah yang Alvaro lihat, gelang yang dibelinya tadi.

"Ini gelang,"

Alvaro melihat dua gelang yang sama,lalu dia menatap mata sempurna miliknya, dengan maksud bertanya 'untuk siapa?'

Mengerti maksud dari Alvaro, membuat Nadia tersenyum ke arah Alvaro.
"Buat Fahri satu, tapi buat kamu aja nggak apa-apa kok," ucapnya sambil memasangkan gelang di pergelangan tangan Alvaro. "Bagus kok," pujinya.

Alvaro memandang gelang yang sudah melingkar di pergelangan tangannya, lalu melepasnya. "Kamu kasih aja ke Fahri," katanya sambil mengembalikan gelang itu, "dia lebih pantes pakai itu daripada aku."

Beberapa saat terjadi keheningan diantara keduanya, hingga akhirnya ada yang datang menghampiri mereka berdua datang.

"Yuk makan," ajak Fahri tiba-tiba membuat Alvaro berdiri.

"Lo aja sama Nadia, nanti gue nyusul." tolak Alvaro dengan halus.

"Kenapa nggak bareng kita aja Al?" karena penasaran Nadia bertanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 28, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A n V || AlvaroVaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang