5-Sebuah lagu

292 41 12
                                    

VOTE DULU YA!!
TERUS KOMEN!
JANGAN DIAM-DIAM.

"Nanti jam 8 lo kesini lagi ya! Sama Karin juga," ucap bang Daniel saat Vania akan pulang ke rumah.

Sepulang sekolah saat setelah Vania diantar oleh Fahri, beberapa saat kemudian Karin hadir menemuinya untuk membahas rapat OSIS besok pagi.

Sangat melelahkan rasanya, saat harus mengecek pendapatan coffe shope miliknya.

"Kayaknya nggak deh, capek nih," tolak Vania.

"Van,,,ikut aja ya," pinta Karin sambil memanggut-manggutkan dagunya.

"Yaudah deh, nanti gampang." setuju Vania dengan lesu.

🍇

Di ruangan bernuansa putih, serta didominasi aroma dari obat yang menyebar, ada dua orang lelaki yang sedang menatap seoramg perempuan yang tengah menikmati mimpi indahnya.

"Kenapa lo tiba-tiba balik lagi ke Indonesia?" Alvaro membuka obrolan untuk memecah keheningan di ruangan itu.

"Karena gue tau dia kesepian," ucap Fahri sambil mengusap kening gadis yang sedang berbaring di bed rumah sakit.

Alvaro mengerutkan keningnya, tidak paham dengan perkataan yang dimaksud oleh Fahri.

"Lo kira,gue nggak tau kalo selama ini lo udah jarang jenguk Nadia, karena ego lo yang memaksakan untuk jadi seorang ketua OSIS." lanjut Fahri dengan ketus.

Alvaro termenung, selama ini dia tersadar jika bukan dari hatinya untuk menjadi seorang ketua OSIS, hanya saja popularitasnya yang menuntunnya untuk masuk di dunia yang bukan dunianya, hingga dia lupa akan kewajiban untuk menjaga dan menunggu wanita di depannya--Nadia untuk bangun dari mimpinya.

"Ngomong apa sih lo?" merasa tersudutkan Alvaro mengalihkan pembicaraan setelah menaruh air mineral yan tadi diminumnya.

"Nggak usah pura-pura seolah lo nggak ngerti sama perkataan gue tadi.

Dia bingung, bagaimana Fahri sahabat dari kecilnya bisa tau semua yang terjadi selama dia di Tokyo.

Alvaro menghela napasnya perlahan lalu menatap ke arah Fahri yang juga sedang menatapnya.
"Bukan ego gue yang memaksa, tapi hati gue. Ini pure keinginan gue."

Bohong! Namun, lebih baik seperti ini. Semua kepalsuan di kuburnya sendiri. Perlu waktu untuk menjelaskan semuanya.

Fahri mengangguk, lalu senyumnya berubah menjadi misterius. "Bagus, kalo itu yang sebenarnya," ucapnya sambil menepuk pundak Alvaro dan keluar dari kamar tempat dimana Nadia tertidur.

Selalu ada alasan di balik sebuah perubahan, tidak mungkin Alvaro menjadi seperti ini tanpa sebab dan tanpa akibat.
Tak ada salahnya bukan, jika manusia berubah ke arah yang lebih baik? Karena manusia dikodratkan bertambah tua,dan menjadi dewasa. Dan tak ada yang abadi di dunia. Termasuk Alvaro

🍇

Seluruh ruangan coffee shope didominasi kalangan remaja yang sedang kasmaran. Semua yang hadir membawa pasangannya, baik itu pujaan hatinya,temannya,atau teman sesama jenisnya.

Semua sangat menikmati kopi, dan hidangan yang dijual di V'Coffee. Kini Vania tengah duduk di meja tengah bersama Daniel dan juga Karin.

"Terima kasih," ucap seorang lelaki yang baru saja menyelesaikan lagu yang dinyanyikannya. "Untuk lagu terakhir, saya ingin ada yang nyanyi disini sama saya,"

A n V || AlvaroVaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang