"Maksud lo apaan hah?" Alex langsung menatap tajam Dion. "Ogah gue punya pacar kek dia apa untungnya coba." lanjut Alex menatap arah lain.
"Wow wow..selow dong bro" ucap dion menenangkan alex.
"Gue kan cuma mau ngetes seberapa tingginya tingkat kegantengan lo dimata orang, terus dia itu bakal langsung nerima lo apa gak? Kalau ya, berarti dia itu cewek yang busuk hatinya. Buktiin dong..kalau seorang Alex Zerk Leonard adalah playboy yang tak tertandingi". Ucap dion sambil melebarkan tangan kanannya keatas seolah sedang menjabarkan pidato.
"Itu tantangan yang lo kasih ke gue?" Tanya alex tersenyum miring. "Emangnya apa yang bakal lo kasih ke gue sebagai imbalan dari keberhasilan gue nanti?"
"Gue bakal kasih motor keluaran terbaru yang baru aja gue beli. Giman?" tawar Dion sambil menaikkan sebelah alisnya. Dia mengucapkannya dengan gampang karena dia anak orang kaya, jadi tidak masalah jika memberikan barang yang mahal sekalipun. Terutama untuk alex, temannya sendiri.
"Oke gue terima tantangan dari lo." Alex kembali menatap loui yang sedang memunguti sampah.
Alex sebenarnya mampu saja bila sekedar beli motor tapi bila ada pemberian dari teman plus gratis kenapa harus ditolak?
"Eits..tapi kalian pacaran gak sekedar baru pacaran langsung putus ya. Harus ada jangka waktunya, kalau berapa lamanya terserah lo aja?" Ucap dion sambil memegang pundak alex yang akan berlalu dari tempatnya.
"Gitu aja kan?" Tanya alex memastikan. Dion mangangguk.
Alex mulai berjalan kearah loui yang sedang berjongkok memunggunggunginya. Alex melangkah dengan mantab.
Sementara Loui sedang kecapekan membersihkan sampah yang berserakan, samar-samar mendengar langkah kaki yang sepertinya berjalan kemari. Ia membalikkan badannya dan diasana ia melihat seorang laki-laki idaman setiap gadis disekolah ini.
Entah kenapa, objek tersebut begitu indah. Sehingga tanpa sadar, Loui mulai berdiri sambil menatap takjub terhadap ciptaan indah tuhan tersebut.
Loui bisa melihat Alex berjalan sangat santai dengan gerakan slow-motion sambil mengibaskan rambutnya yang basah akibat terkena air keringat setelah bermain basket.
Bahkan tubuhnya yang berkeringat tak mengurangi ketampanannya, karena kaos basket tanpa lengannya itu mampu mencetak otot-otot yang dibalik baju tersebut dan otot lengannya yang mengkilap akibat keringat.
"Heh cewek aneh!"
Loui terkesiap saat ada orang memanggilnya dan langsung tersadad dari lamunannya. Loui terkejut mendapati Alex siludah berada didepannya begitu saja.
"Lagi bersihin sampah ya?" Alex tersenyum miring. "Cocok sih."
Loui langsung menundukkan kepalanya malu. Loui merasa ketakutan saat alex menarik dagunya untuk menatap wajahnya. Tiba-tiba....
"Lo mau jadi pacar gue?" Ucapnya dingin dan datar.
Loui membelalakkan matanya terkejut mendengar ucapan yang keluar dari mulut alex.
Apa aku gak salah denger? Batin loui. Bukannya menjawab loui masih sibuk dengan keterkejutannya tadi membuat alex sedikit emosi.
"Lo denger gak sih?!" Bentak alex pada loui karena diam saja.
"Emangnya kakak yakin mau pacaran sama aku?" Tanya loui ragu.
Alex terkekeh "Kayak lo orang penting aja. Pokoknya lo harus pacaran sama gue sekarang juga!" Ucapnya penuh penekanan.
"Tap..."
Alex menghentikan ucapan loui dengan telapak kanannya didepan sambil memalingkan wajah.
Alex kembali menatap loui dengan mata tajamnya.
"Gak ada penolakan buat seorang alex. Tapi inget, hubungan kita ini cuma sampai minggu depan! Selebihnya lo gak usah inget-inget gue seolah kita gak pernah kenal satu sama lain. Faham?!" Ujar alex dingin namun tegas. Setelah melihat Loui yang mengangguk antusias, dia langsung meninggalkan loui yang masih bingung, tak percaya dengan yang baru saja terjadi.
Alex berjalan menuju tempat duduknya tadi. Dia menyeringai ditengah jalannya. Emang cewek murahan.
Dion tersenyum kecil sambil geleng kepala melihat aksi Alex yang menembak loui sejak tadi. Ia hafal dengan sifat alex yang pemaksa untuk mendapatkan suatu hal yang memang harus didapatkannya.
Alex langsung duduk disamping dion. Ia merogoh saku celananya mengambil kunci motornya lalu menyerahkannya pada alex. Alex memainkan kuncinya dengan melemparnya keatas tatapannya mengarah ke loui yang masih pada posisinya tidak bergarak. Alex terkekeh melihat itu.
Sementara loui langsung pergi saat alex menatap dirinya. Seolah menyuruhnya untuk segera pergi dari pandangannya, beruntung hukumannya sudah selesai.
.................
Bel pulang sekolah telah berbunyi. Tapi loui masih tetap duduk di kelasnya mencatat tulisan yang ada dipapan tulis. Teman-temannya tidak perduli dengan tulisan tersebut. Justru saat disuruh menulis, mereka malah berpura-pura menulis agar tidak dimarahi guru. Malahan ada yang bermain game ketika pembelajaran berlangsung, loui hanya bisa geleng kepala melihat hal tersebut.
Ketika bel pulang berbunyi semua siswa akan bersorak gembira dan berhamburan keluar kelas bersama-sam setelah guru pergi dari kelas. Yang lain saling berbicara, bercanda tawa tapi loui tidak. Tak ada yang hanya sekedar mengucapkan selamat tinggal atau mengajak pulang bersama pada dirinya.
Dikelasnya ini terdapat juga cewek teladan seperti dia. Tapi sifat cewek itu sama saja seperti teman-teman yang lain. Kadang menjauhi dirinya atau berbuat jahat pada loui. Dia baik didepan teman lain tapi berbeda didepan loui. Cewek itu berkaca mata dan pendiam yang pastinya menggambarkan sosok yang suci dan baik hati, tapi itu sangat berkebalikan dengan aslinya.
Begitu selesai, loui langsung mengemasi bukunya lalu keluar dari kelas. Lingkungan terlihat indah dengan ditumbuhi pepohonan yang dapat mengurangi polusi udara dimana sekolahnya terletak di pinggir jalan raya.
Loui melangkahkan kakinya menuju gerbang sekolah. Matanya beralih kearah parkiran, disana ada alex yang sedang berbincang santai dengan para wanita. Melakukan kegiatan seorang playboy.
Alex memintanya menjadi pacarnya tapi dia malah masih menggoda wanita lain. Ia menghela nafas panjang memaklumi itu, toh dia meminta dirinya tuk menjadi pacarnya tidak ada alasan cinta dari hatinya. Jadi kalau marahpun percuma dia bukan seseorang yang penting.
Dari arah yang berbeda, alex yang kini melihat keberadaan loui, menatap punggungnya yang semakin menjauh dengan senyum miring yang tercipta dibibirnya. Sepertinya dia akan punya permainan baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
IMPERFECTUS (On Going)
Teen FictionSering dibully dan direndahkan adalah hal yang wajar Loui terima. Namun, suatu ketika ia harus bertemu dengan seorang playboy disekolahannya dan dengan seenaknya ia mempermainkan hatinya. Itu adalah hal yang pertama kali ia rasakan karena selama i...