Part 5

6 1 0
                                    

Hai!! agak lama ya updatenya?? hehe maafin rere ya!? aku emang buat cerita tuh kalau lagi mood aja. Maaf atas kelambatannya!! Maaf bila ada typo bertebaran
Happy reading

'-'-'-''-'-'-'-'-'


Matahari telah muncul dari arah timur, menyambut semua orang dengan bahagia. Mangingatkan kita untuk segera bangun dari alam mimpi dan bergegas melakukan aktifitas sehari-hari mereka.

Seperti loui yang sudah sampai disekolahan setelah berjalan kaki sekitar 500 m dari rumahnya.

Kakinya ia langkahkan menuju tangga penghubung lantai dua. Saat ditengah tangga ia berpapasan dengan zico, anak kelas sebelah kelas loui. Zico hendak menuruni tanggga sedangkan loui sebaliknya. Zico menatap loui dengan tatapan yang aneh menurut loui. Loui jarang berinteraksi dengan orang lain karena memang ia tak punya teman sama sekali disekolah ini.

Loui langsung memutuskan kontak mata dengan zico dan kembali bergegas melangkahkan kaki kekelasnya yang dilantai dua.

Zico merupakan anak populer juga  disekolah elit ini seperti alex dan teman-temannya.

Memang loui mendapat beasiswa, tapi tempat ini banyak juga memiliki siswa yang luar biasa pintar menyaingi kepintaran loui. Bahkan loui bisa dikatakan berada diurutan ke-8 dalam nilai akademik. Walaupun begitu ia tak langsung putus asa dan tak mau belajar lagi, itu bisa berpengaruh dalam pencabutan beasiswanya. Susah-susah ia mendapatkannya, lalu disia-siakan begitu saja. Percuma.

Sekolahan ini begitu luas. Bisa-bisa area ini digunakan untuk kompetisi lomba lari.

Setelah sampai dikelasnya, kelas X IPA 2 loui langsung mengarah ketempat duduknya dimeja barisan ke-3 dari depan dan terletak pada barisan ke-4 dari meja dekat pintu masuk, yang berarti barisan meja yang lurus dengan meja tempat guru mengajar.

Loui tengah memegang suatu benda yang telah ia persiapkan khusus untuk seseorang. Memikirkan hal itu, ia langsung menepuk-nepuk pipinya dengan sebelah telapak tangan.

"Apa mungkin dia mau menerimanya ?" loui langsung memasang raut sedih, tapi kemudian loui meyakinkan dirinya "Ini adalah awal jadi loui harus berani" ucapnya meyakinkan diri.

Cukup bosan dengan keadaan kelas yang masih sepi, loui memutuskan untuk keluar kelas setelah menyimpan benda tadi ke dalam tasnya kembali. Loui menengok arah kanan dan kiri saat diambang pintu kelasnya. Memeriksa apakah hanya dirinya yang baru masuk kelas. Koridor terlihat sepi, mungkin mereka yang sudah datang memutuskan untuk tidur atau bermain dengan handphone mereka dikelas masing-masing. Pikir loui.

Loui berjalan kedepan kearah pembatas yang berupa pagar beton yang memanjang disetiap depan kelas. Loui tersenyum sambil menghirup tanaman bunga yang diletakkan disebuah pot yang digantung diatas. Bunganya terlihat segar saat pagi hari. Para tukang kebun di sekolah ini sangat pandai menjaga dan merawat keindahan tanaman disini, yang membuat loui betah untuk berlama-lama diteras tanpa seorangpun yang menemani dia sekalipun.

Loui meletakkan kedua tangannya dipagar pembatas dan menyatukan jari-jarinya. Pandangannya melihat kearah lingkungan sekolah yang lain. Ia menggelengkan kepalanya. Pantas masih sepi, muridnya saja masih asyik nongkrong dengan temannya dibeberapa tempat area sekolahan. Kebanyakan berada di lantai dasar seperti parkiran, kantin, dan area lapangan basket. Bahkan ada yang menghampiri temannya yang berbeda kelas hanya untuk sekedar bercanda ria ditempat duduk teras kelasnya. Mereka yang asik nongkrong lebih memilih menunggu bel masuk berbunyi, baru mereka masuk kekelas mereka masing-masing.

Wajar, karena mereka memiliki teman yang sangat akrab yang mungkin pertemanan itu dimulai semenjak acara mos disekolahnya. Tak terasa sebuah air mata mengalir dengan sendirinya dari mata indah loui.

IMPERFECTUS (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang