Tak terasa bel jam istirahat ke-dua telah berbunyi. Loui ingin segera menyerahkan sesuatu kepada seseorang maka dari itu ia langsung membereskan alat tulisnya dan memasukkannya dalam tas. Tiba-tiba ada seseorang yang sengaja menyenggol tangannya. Dia adalah Cindy, ia dan teman-temannya hanya bisa cekikikan melihat wajah polos loui yang selalu mereka bully itu.
Loui menggelengkan kepalanya. Untung bukunya tidak jatuh kelantai hanya ambruk dipangkuannya saja. Ia kemudian berdiri dan keluar menuju suatu tempat setelah membereskannya.
Loui menyusuri koridor hendak menuju taman yang terletak dibelakang sekolah. Ditangannya kini ada sebuah bekal makanan. Ya, sesuatu itu adalah sebuah bekal yang akan ia berikan pada seseorang. Yakni Alex.
Bagaimana bisa berjanjian dengan Alex?
Sebenarnya ia sudah meminta Alex menemuinya ditaman, waktu jam istirahat pertama tadi. Saat itu loui baru saja mengembalikan buku yang ia pinjam dari perpustakaan kemudian alex juga baru saja dari arah kantin. Loui tak menyia-nyiakannya. Ia menghadang alex yang tengah berjalan santai dengan berdiri didepannya dan memintanya untuk bertemu ditaman karena ada sesuatu yang ingin diberikannya.
Alex menatap tajam loui, Loui menelan ludahnya kasar matanya melirik kesana kemari takut Alex menolak ajakannya itu. Kemudian Alex tiba-tiba kembali berjalan setelah menubrukkan pundaknya dengan pundak loui. Loui yang belum siap, sedikit terhuyung kesamping, untungnya ia berhasil menjaga keseimbangan tubuhnya.
Loui hanya menyimpulkan bahwa alex menyetujui hal itu. Tetapi ia tak yakin apakah loui pergi menemuinya.
Pandangannya menengok kesana kemari untuk melihat kehadiran alex setelah sampai disana.
Wajahnya cemberut, alex tak terlihat sama sekali. Loui hendak kembali ke kelas namun sebelumnya ia memicingkan matanya untuk memperjelas keberadaan seseorang yang berada di balik pohon yang ada disana.
Ia mencoba berjalan kearah bangku taman dibalik pohon yang menghadap danau.
Matanya berbinar, ternyata alex disana. Dilihatnya alex sedang duduk sambil menyandarkan punggungnya. kedua tangannya ia rentangkan diatas sandaran bangku taman. Mata tajamnya terus memandang lurus kedepan serta menumpangkan antara kaki satu dengan kaki lainnya.
Loui mendekati alex kemudian mengambil posisi duduk disampingnya. Ia cukup menjaga jarak.
Alex mengangkat sebelah alisnya ketika menyadari seseorang duduk disampingnya. Loui menatap ragu-ragu, namun menundukkan kembali wajahnya.
"Kak makasih ya, udah mau datang kesini. Maaf harus nunggu lama" ucap loui sambil memainkan jarinya.
Alex meringis, lalu menoleh kearah loui "Ngapain juga gue nungguin lo, hah? Ge-er banget lo jadi cewek, dasar cewek aneh". Ia kembali menatap danau, "Gue udah dari tadi disini, gue sengaja bolos" lanjut alex.
Loui mengangguk pelan. Kemudian ia membelalakkan matanya, "Jadi kakak bolos, kenapa ?" spontan Loui membentak Alex.
Loui menutup mulutnya lalu menarik kata-katanya kembali saat melihat tatapan tak senang dari Alex, "Maaf kak! Maaf! aku..aku gak bermaksud marahin kakak," ucap Loui sambil menatap Alex dengan tatapan memohon.
Alex menghembuskan nafasnya, "Lagi males aja," ucapnya sambil memyandarkan punggungya kemudian merentangkan sebelah tangannya di sandaran kursi taman.
"Tapi kenapa?" Loui masih penasaran kenapa ada orang yang bolos pelajaran, padahal dirinya saja takut tertinggal pelajaran seolah mereka tak mempedulikan nilai raport mereka kelak. Jujur karena Loui baru dekat dengan seorang cowok untuk teman barunya disekolah ini, ralat maksudnya 'pacar' dia ingin tahu karena dari dulu ia tak pernah berteman dengan anak yang nakal.
KAMU SEDANG MEMBACA
IMPERFECTUS (On Going)
Teen FictionSering dibully dan direndahkan adalah hal yang wajar Loui terima. Namun, suatu ketika ia harus bertemu dengan seorang playboy disekolahannya dan dengan seenaknya ia mempermainkan hatinya. Itu adalah hal yang pertama kali ia rasakan karena selama i...