Hawa dingin merayapi ventilasi, aroma tanah basah menguar dalam sepi. Masih di dalam klinik, Sakata dan Urata tak saling mengucap sepatah kata lagi.
Duduk bersandar pada tembok yang dingin, Sakata bersin beberapa kali. Dengan alami menarik atensi si surai brunette di atas ranjang sana.
“Kau kedinginan,” ujar Urata sambil turun dari kasur klinik dengan tangannya mengambil sebuah selimut kecil.
“Ti-tidak, aku— Se-senpai!” Sakata mendongak kala kakak kelasnya itu hendak memakaikan selimut itu pada Sakata. Perlahan ia teringat akan syal yang Urata pakaikan saat berpisah di stasiun dulu.
“Tak apa, tenanglah,” ucap Urata dengan membalut tubuh belakang Sakata dari pundak hingga punggungnya dengan selimut itu.
Sakata tertunduk, lagi-lagi jarak di antara wajah mereka terlampau dekat.“Pa-padahal aku masih tidak bisa membalas perasaan senpai, dan aku juga tak mengerti tentang perasaan ini.“
“Kalau begitu, untuk yang terakhir kalinya…,” Sakata mendongak kala kedua tangan Urata melingkari bahunya, menariknya mendekat.
Tenggorokan Sakata seakan tercekat, tak juga dirinya berpikir untuk mendorong Urata.
“—….sekali saja.”
Dalam pelukan ini, Urata membenamkan wajahnya ke pundak kanan Sakata. Dan ia bisa rasakan tangan yang memeluknya erat itu sedikit gemetar, seolah ia takut akan pergi terlalu jauh dan tak bisa kembali.
“Maaf aku membuatmu takut,” ujar Urata lirih.
Sakata masih terdiam, Urata menyunggingkan senyum kecut, “dan memaksamu memahami keadaanku.”
“Maaf, Sakata.”
“Sejak awal harusnya aku tak memaksakan perasaanku. Aku pasti membuatmu kesulitan belakangan ini,” ucap Urata sambil melepaskan pelukannya.
“Tadinya aku berpikir akan menunggu sampai pengurus klinik kembali, tapi lebih baik kubuka sekarang saja.”
Meski sedang sakit, secara alami ia memiliki fisik yang kuat. Pintu plastik klinik yang terkunci dengan mudah ia dobrak dengan satu tendangan keras.
Biarlah kalau ia akan dihukum nanti, toh ini sudah mendekati bulan kelulusan, pikirnya.
Urata hendak meninggalkan Sakata, namun ia terhenti di depan pintu.“Aku … tak akan menghubungimu lagi.”
Sakata tersentak, mata merah kecoklatannya membelalak melihat punggung Urata yang hendak pergi. Situasi yang mirip ketika Urata meninggalkannya di stasiun tempo hari.
.
...
.
“Selama ini … maaf.”
.
...
.“
TUNGGU!” seraya berteriak, tanpa berpikir dua kali tangannya menarik tangan kiri Urata yang hendak pergi. Kali ini ia takkan ragu seperti hari itu untuk mencegahnya pergi.
“Kau … salah! Aku menolak semua perlakuan senpai, bukan karena membencimu, senpai!” Urata masih memandangnya heran, sementara si adik kelas memilik sorot mata penuh keyakinan.
“Aku tak tahu harus bersikap seperti apa, dan bagaimana aku harus menyelamatkanmu.”
“Karena … karena sejujurnya aku merasa nyaman berada di dekat Urata-senpai selama ini! Sampai, tanpa sadar aku … mulai mencarimu.”
Seakan menerima kokuhaku, tanpa sadar pipi Urata bersemu. Degup jantungnya juga meningkat sedikit lebih cepat.
Urata menggaruk tengkuknya sembari mengerang, “aaargh, mou … padahal aku sudah bersusah payah memisahkan diri darimu.”
“Kalau ada perlakuanku yang tak kau suka … katakan langsung padaku. Karena kau yang memberikan surat itu, aku ingin kau tetap menyukaiku!”
Urata menggenggam kedua tangan Sakata, masih dengan wajah yang memerah, ia memandang Sakata. Terlihat sedikit canggung dan salah tingkah. Mungkin malu-malu?
“Jadi … boleh aku memelukmu lagi, Sakata?”
“Tentu saja.”
…
.
.
.
-Tarik aku dalam pelukmu,
tanpa kata, tanpa air mata,
kehangatan ini menyembuhkanku-
.
.
.
-TO BE CONTINUED-Ichika's note :
Terimakasih atas dukungan kalian selama ini. Karena ternyata hipotensi saya bukannya membaik, malah makin buruk, mungkin dalam beberapa chapter lagi, book ini akan Ichi tamatin. Semoga saya masih diberi kesehatan untuk namatin dan ngasih ending yg memuaskan :)Ichika
13.12.18
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Letter - Urasaka✅
Fanfic[COMPLETED] Kalau saja ia tak pernah memberikan surat cinta itu, mungkin benang merah takdirnya takkan pernah terjalin dengan sang kakak kelas. Senpai!Urata x Kouhai!Sakata Fanfiction. Genre : Fluff, Sho-Ai, Boyslove Art in the cover isn't mine Cove...