Bagian 7

4.7K 267 0
                                    

~Kembar Identik~

____________

Seminggu. Waktu yang lama untuk menanti. Dan dengan setia, Ali menemani Prilly sepulang kerja. Sudah seminggu Prilly mengalami koma. Tanda - tanda sadar belum ada. Membuat pria yang menjaganya itu khawatir.

"Prilly, bangunlah!"

Ali menciumi telapak tangan Prilly. Telapak tangan yang dipenuhi selang. Entah selang apa itu. Sebelah tangan kirinya pun terdapat jarum infus yang menancap. Ketakutan semakin menjadi, saat Prilly mengalami kejang - kejang.

"Dokter, dokterrr" Ali panik memanggil - manggil dokter. Menekan tombol gawat darurat yang ada di ruangan itu. Tidak lama, datang dokter dan dua perawat yang siap menangani Prilly.

"Sebaiknya tuan keluar, kami akan menangani pasien" suruh salah satu perawat kepada Ali.

"Lakukan yang terbaik untuk Prilly, kalau tidak rumah sakit ini saya tutup!" sebelum keluar Ali mengancam dengan segala kekuasaan yang ia punya. Rumah sakit itu milik ayahnya, Blenda.

Ali mondar - mandir di depan ruang rawat Prilly. Takut terjadi sesuatu pada gadis itu. Ia tidak akan kehilangan yang kedua kalinya, bukan.

"Tuan tenang, nona Prilly pasti akan baik - baik saja" ujar Andreas mencoba menenangkan tuannya.

"Tenang kamu bilang, gampang kalau ngomong!" Bentak Ali, Andreas dan Eric tertunduk begitupun pengawal yang lainnya mendengar bentakkan Ali. Mereka bisa memaklumi kalau tuannya sedang kacau. Apalagi ada masalah di perusahaannya. Perusahaan yang di dirikan Ali sendiri dalam bidang properti. Dan pembangunan besar - besaran di berbagai kota mengalami masalah karena dana. Ada yang korupsi dalam perusahaannya.

"Bagaimana dengan keadaan Prilly, dok?" Tanya Ali saat dokter itu keluar dari ruang rawat Prilly.

"Alhamdulilah pasien baik - baik saja. Pasien sudah melewati masa kritisnya, jadi tinggal menunggu pasien sadar"

"Baiklah, terimakasih dok"

Dokter tersenyum. Lalu berlalu meninggalkan Ali yang kembali memasuki ruang rawat Prilly. Perawat yang baru saja menyuntikkan sesuatu di kantung infus Prilly pun keluar. Bersama perawat yang juga masih berada di situ mencatat sesuatu di dalam sebuah lembaran kertas.

Ali duduk, kembali mengambil tangan Prilly. Menciumi telapak tangan Prilly. Tangan itu candu Ali. Semenjak Prilly sakit, selalu itu yang di lakukan Ali. Berharap gadis itu akan segera sadar.

"Bukalah matamu"

Ali mendekatkan wajahnya, dan mencium lembut kening Prilly.

"Apakah kamu tidak merindukanku?" Entah kenapa pertanyaan itu terlontar dari bibir Ali.

"Atau kamu di sana sedang bersama pangeran tampan yah, tapi kamu pasti menyesal karena telah menyiakan pangeran tampanmu ini" Ali terkekeh geli menyadari ucapannya sendiri. Sejak kapan ia bisa berkata sepert itu.

Fokus Ali terhenti, saat pintu ruangan terbuka. Menampilkan dua wanita paruh baya yang terlihat masih cantik itu. Wanita itu Dafina mama Prilly dan Lisa Mama Ali.

"Bagaimana keadaan Prilly, sayang?" Tanya Lisa pada putranya itu.

"Dia baik, sebentar lagi dia akan sadar"

"Benarkah?" Tanya Dafina yang langsung di angguki oleh Ali.

"Syukurlah, lihatlah Dafina. Putrimu itu kuat seperti dirimu. Dia mampu melewati masa kritisnya"

"Iya Lisa, putriku kuat" Dafina tersenyum memandangi wajah pucat putrinya.

"Ali, sebaiknya kamu pulang saja. Biar tante yang menemani Prilly di sini."

Forced Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang