Bagian 19

4.2K 297 11
                                    

Pasangan suami istri yang berlawanan karakter itu kini sedang berada di grunewald, taman yang hijau dan asri kota Berlin yang berada di area lahan 3000 hektar. Mereka menikmati suasana taman yang tampak asri dan dibuat dengan kesan alami. Taman itu berada disisi barat Berlin dan terpisah oleh sungai Havel. Tepat dipinggir sungai Havel itu ada bangku panjang yang menghadap ke arah sungai itu.

Suasana sore membuat keduanya begitu nyaman tanpa harus merasakan kepanasan karena sekarang di Berlin mengalami musim panas. Prilly duduk sambil bersandar dibahu Ali, tangannya tidak tinggal diam memilin jari tangan suaminya yang lebih besar dari jarinya itu.

Prilly mendongak, menatap suaminya yang memandang lurus ke depan. Tampan sekali suaminya itu walau tidak menunjukkan ekspresi selain wajah datar khas milik pria itu. Keheningan diantara mereka tadi seketika hilang saat Prilly membuka suaranya.

"Beruang kutub" seruan Prilly tidak ditanggapi oleh Ali, tapi Prilly tetap melanjutkan ucapannya tanpa menunggu sahutan lelaki itu.

"Makasih hari ini kamu udah ajak aku jalan - jalan. Aku senanggg banget." UjarPrilly mengungkapkan rasa senangnya karena suaminya itu mau meluangkan waktu untuknya.

"Besok kita pulang." Kepala Prilly yang bersandar dibahu Ali sontak dia bangkitkan sambil menatap Ali tidak percaya. Pulang katanya, baru kemarin dia tiba di Berlin tapi sudah mau pulang saja. Lagipula banyak tempat yang mereka belum kunjungi untuk menghabiskan waktu berdua selama berlibur di Berlin tapi lelaki itu sudah mau mengajaknya pulang saja.

"Pulang?" guman Prilly tak percaya dengan perkataan Ali, kali saja pria itu sedang bercanda dengannya.

"Iya." Prilly mengedipkan matanya sedangkan mulutnya setengah terbuka ditanggapi dengan jawaban singkat dan padat dari suaminya. Prilly lalu mendengus sambil beranjak dari duduknya ingin meninggalkan suaminya itu, namun tangannya dicekal oleh Ali hingga dia tetap diam di tempatnya dengan posisi berdiri sedangkan tatapan tetap lurus ke depan.

Masih dengan memegangi tangan Prilly, Ali beranjak dari duduknya. "Maafkan aku, ada pekerjaan penting yang harus aku tangani di Indonesia. Jadi besok kita harus pulang." Prilly menatap Ali dengan tatapan tajamnya, memandang wajah suaminya yang selalu menunjukkan ekspresi datar itu.

"Aku nggak nyangka kamu lebih milih pekerjaan dibanding aku. Aku ini istri kamu Ali. Aku tuh udah sabar menghadapi sikap kamu yang lebih mementingkan pekerjaan dibanding aku. Bisa nggak sih, sedikit aja kamu luangin waktu untuk sama aku. Apa salahnya membagi waktu kamu untuk istri kamu sendiri. Kamu sebenarnya nganggap aku istri kamu atau bukan sih?" Prilly sudah tidak tahan untuk tidak meluapkan perasaannya selama ini. Dimana Ali yang lebih memprioritaskan pekerjaannya dibanding dia yang berstatus istri pria itu.

Ali hanya diam, membuat Prilly semakin emosi.

Prilly tersenyum miring. "Kalau gini terus aku nggak sanggup sama - sama kamu lagi. Aku capek hidup sama manusia kutub seperti kamu." Tanpa sadar perkataannya membuat Ali tersakiti, ada rasa sesak yang menyelimuti rongga pernasapasan Ali.

Mata Prilly memanas dan tanpa sadar satu bulir air mata itu telah mendarat melewati pipi chubbynya. Tanpa kata dia pergi meninggalkan Ali yang tidak menahannya. Sepertinya pekerjaan pria itu lebih penting dari dirinya yang tidak lain istrinya sendiri. Buktinya pria itu tidak mencegahnya untuk mendapatkan maaf darinya.

Ali memandangi kepergian istrinya itu yang menyimpan rasa kecewa padanya. Istrinya itu sepertinya marah besar padanya. Bukan maksud Ali menduakan istrinya sendiri dengan pekerjaannya. Tapi ia benar - benar harus pulang untuk menangani suatu masalah besar di perusahaannya. Masalah itu harus segera diselesaikan sebelum berakibat fatal untuk perusahaannya. Bisa saja perusahaan bisa rugi besar dan mengalami kebangkrutan. Ini semua karena ada orang dalam perusahaannya yang korupsi dana pembangunan proyek besar perusahaannya. Jika itu dibiarkan maka pembangunan itu tidak akan terjadi dan menjadi dampak pada pembangunan kecil lainnya.

Ali memejamkannya matanya, menghela nafas dan mengacak rambutnya frustasi. Ia benar - benar bingung bagaimana menghadapi permasalahan ini. Dia tidak pernah melihat Prilly semarah ini padanya apalagi sampai mengucapkan kata capek untuk bersamanya. Kini pikiran Ali kacau, bagaimana kalau gadisnya meminta cerai. Ali menggeleng, itu tidak boleh terjadi. Dia mencintai Prilly, dia sungguh akan kehilangan sosok penyemangatnya jika Prilly benar - benar ingin bercerai padanya. Sosok yang selama hampir 4 tahun ini mengisi hari Ali dengan keceriaannya.

"Aku tidak akan membiarkan kamu pergi dari hidupku!" Gumam Ali dengan nada tegas. Tentu saja Ali tidak akan membiarkan gadisnya pergi walau gadisnya sendiri yang nantinya meminta pergi.

***

Ali tampak melangkah frustasi menuruni tangga mansion milik om dan tantenya. Sedangkan Nadia, Kevin dan Anya yang duduk di ruang tengah berdiri menatap Ali yang menuruni tangga dengan wajah yang menunjukkan kekhawatiran.

"Kenapa Li?" Tanya Kevin saat Ali menghampiri mereka.

"Dimana Prilly?" Pertanyaan Ali membuat mereka kebingungan.

"Bukannya tadi sama kamu, kenapa nanyain Prilly sama kami?" Tanya Nadia sedikit ada kekhawatiran diwajahnya, sepertinya adiknya itu ada masalah dengan istrinya. Pikir Nadia.

"Prilly tadi pulang terlebih dulu saat kami berada di Grunewald. Dia marah karena aku besok mengajaknya pulang." Jelas Ali membuat mereka tidak paham apa yang dikatakan adiknya itu.

"Kamu mengajaknya pulang?" Tanya Anya tidak percaya dengan adik iparnya itu. Baru kemarin mereka melakukan perjalanan jauh tapi Ali sudah ingin membawa istrinya pulang.

"Iya. Aku harus kembali bekerja, ada yang harus ku tangani." Sahutan Ali makin membuat mereka tidak percaya dengan jalan pikiran adiknya itu. Dia lebih mementingkan pekerjaan ketimbang menghabiskan waktu dengan istrinya sendiri.

Kevin menggeleng tak percaya "Bodoh!! Lo lebih mentingin pekerjaan daripada istri lo sendiri!"

"Pantas aja Prilly marah kalau suaminya sendiri memilik pekerjaan daripada istrinya sendiri. Siapapun pasti terluka dengan sikap egois suami yang kayak kamu Li!" Tambah Nadia, dia tidak habis pikir dengan adiknya yang gila kerja itu.

Ali hanya diam menerima kemarahan saudaranya yang menyalahkannya. Dia memang salah, tapi itu semua ada alasannya. Perusahaannya sekarang ada di ambang kehancuran jika dia tidak segera menangani masalah perusahaannya. Sepertinya biarlah saudara - saudara menyalahkan dirinya sekarang. Biarlah permasalahan kantornya disembunyikan dari saudaranya. Yang Ali pikirkan sekarang dimana Prilly, gadisnya tidak pulang ke mansion lantas dimana dia?

"Sekarang kamu cari Prilly, kakak takut dia kenapa - kenapa." Ujar Nadia kemudian setelah mereka selesai memaki adiknya atas kesalahan yang telah dilakukannya.

Ali mengangguk lalu pamit tanpa suara mencari Prilly yang belum pulang setelah kepergiannya dari Grunewald. Mengendarai mobil sport putih milik Kevin yang dipinjamnya Ali mencari - cari keberadaan Prilly di Berlin. Menelusuri setiap jalanan di kota Berlin namun tidak ada tanda keberadaan Prilly. Dimana gadisnya sekarang?

***
Tbc

Binuang, 16 Januari 2019

Jangan tinggalkan jejak yahhh!!!

Next partnya tergantung vote and coment yahh!!

Kira - kira dimana Prilly yah?

Forced Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang