chapter21

197 10 3
                                    

Chapter 21
.
.
.
.
Happy readding
.
.
.
.

Brakkkk

Sebuah kotak makan terjatuh dan berhamburan. Dan seseorang wanita menitikan air matanya melihat ini semua.

Baek dan Shyifa melihat ke arah suara tersebut, tentu saja mereka terkejut dengan kedatangan seseorang.

"Lee Na" gumam Baek.

Ya! Itu Lee Na dia menjatuhkan kotak makan untuk kedua kalinya setelah kejadian di rumah Syifa. Lee Na tidak berbicara apa pun dia menatap Baek dengan tangannya yg menutup mulutnya karena terkejut.


Flashback on

Setelah beberapa menit Lee Na mematikan ponselnya kemudian ia menyalakannya kembali dan ternyata Baek sudah puluhan kali menelponnya dan belasan pesan namun ia tidak mau membaca pesan itu. Tetapi ia penasan dengan isi pesannya. Rasa egonya pun terkalahkan dengan rasa penasarannya, ia cuma berniat membacanya saja.

Ia terkejut dengan isi pesannya. Ternyata Baek sakit, ada rasa khawatir dan kekecewaan yg masih mendalam dalam dirinya. Namun sekarang rasa khawatirnya terlalu dalam, ia tahu Baek jarang makan selama Baek menunggunya di rumah sakit.

Lee Na akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah Baek, hanya menjenguk Baek.

Rasa kekecewaan semakin mendalam setelah ia mendengar bahwa Shyifa hamil. Ia sangat sakit sangat teramat sakit.

Flashback off



"Lee na" gumam Baek.

Tak terasa air mata  Lee Na mengalir kembali. Ia merasa sangat lemas.

"Hiksss.. hiksss.." suara tangis akhirnya dikeluarkan oleh Lee Na. Sungguh ia sudah tidak bisa menahannya lagi. Ia tidak bisa berpura pura bahagia saat hatinya hancur.

Baek segera memeluk Lee Na yg sedang berdiri di ambang pintu. Pipi Baek basah, ia sedih jika orang dicintainya menangis, terlebih dia sendiri yang membuatnya menangis.

"Lee Na maafkan aku" Baek memeluk Lee Na dengan erat. Lee Na tidak menolaknya ataupun membalas pelukan Baek. Dia merindukan pelukan ini namun ia juga kecewa dengan sikap Baek.

"Hikss... Hikss... Hikss.." Lee Na menangis sekencang kencannya.

Shyifa hanya diam melihat ini semua dia juga menangis.

"Lepaskan aku, aku tidak papa" Lee Na sedikit mendorong tubuh Baek.
"Aku akan mengurus surat percerainnya secepat mungkin suapaya kalian bisa cepat bersatu" lanjutnya.

Baek hanya diam dan menunduk, ia bingung harus bagaimana.

"Tolong jangan ceraikan Baekhyun, aku tidak papa, aku akan membesarkan anak ini sendiri" ucap Shyifa

"Tidak, aku tidak akan membiarkan itu. Aku permisi, maaf sudah mengganggu" Lee Na menghapus air matanya dan keluar dari kamar Baekhyun.

Shyifa mencegah Lee Na sedangkan Baek dia hanya diam dan menunduk. Ia bingung sangat bingung, ia seperti orang yang kehilangan arah.

"Lee Na maafkan aku hikss.. hikss.." Shyifa menahan lengan Lee Na.

"Aku sudah memaafkanmu, lepaskan aku" Lee Na kembali melangkahkan kakinya dan pergi dari rumah itu.

"Shyifa apa benar anak dalam kandunganmu itu anakku ??" tanya Baek setelah Lee Na benar benar pergi.

"Iya. Kalau kau tidak mau mengakuinya tidak papa memang seharusnya ini semua tidak terjadi" lirih Shyifa.

"Bukankah aku selalu memakai pengaman ??" tanya Baek.

Pertanyaan Baek membuat Shyifa sedikit emosi, tentu saja! pertanyaan macam apa itu ?? Baek seperti tidak mempercayai Shyifa

"Kamu ingat kapan terakhir kali kamu melalukan itu ?? Apa kamu memakai pengaman ?? Kamu ini lupa atau pura pura! apa kamu tidak mau mengakui anak ini ??" ucap Shyifa dengan sedikit penekanan.
"Jika kamu tidak mau mengakuinya tidak papa, aku akan membesarkannya sendiri" Shyifa membawa tas kecil yang ia bawa dan beranjak pergi.

"Tunggu, maafkan aku sudah tidak mempercayai mu" Baek memeluk Shyifa dari belakang.

Shyifa hanya bisa diam dan menangis.

"Hikss... hiksss..." Shyifa menangis dalam pelukan Baek.

"Maafkan aku, aku sungguh bingung" ucap Baek.

"Jika kamu tidak mau mengakui tidak papa aku bisa membesarkannya sendiri hikss..."

"Tidak, aku tidak akan membiarkanmu membesarkan anak kita sendiri" Baek mengelus ngelus rambut Shyifa.










______________________________________

Lee Na sedari tadi hanya menangis, ia tidak tau harus bagaimana selain menangis. Dia sudah sampai rumahnya dan sedang di kamarnya sendiri, ia menangis sejadi jadinya.

"Non kenapa ??" suara asisten rumah tangga yaitu bi iyam sangat khawatir dengan majikannya. Bi Iyam melihat majikannya pulang dengan keadaan menangis, terlebih pintu kamarnya di kunci.

"Non baik baik aja kan??" tidak ada jawaban dari Lee Na, bi Iyam hanya mendengar tangisan yang semakin kencang, ia berniat akan menelfon nyonya untuk sekedar memberi tahunya.

"Hikss... hikss... hikss..."
"Kenapa semua ini terjadi padaku hikss..."
"Kenapa aku bisa merasakan sesakit ini hikss..." tangis Lee Na.

Lee Na mengambil silet di laci meja dan mengiris ngiris tangannya dengan silet itu, ia tidak tahu lagi caranya melampiaskan sakit hatinya, mungkin dengan mengiris tangannya ia merasa sedikit senang.

"Hikss.. hiksss.." Lee Na terus mengiris tangannya namun tidak terlalu dalam, ia sadar apa yang dilakukannya namun ia tidak peduli apa yang akan terjadi kedepannya.

Brakkk

Suara dobrakan pintu terdengar, Lee Na sama sekali tidak mengubrisnya. Ia tidak peduli siapa yang datang.

"Lee Na apa yang kamu lakukan" bentak momy Lee Na yaitu sofie

"Hikss.. hikss.. Mom"

"Omo! Darah kamu banyak banget, Bi Iyam tolong ambilin P3K di laci bawah sama perban" suruh Sofie kepada Bi Iyam yang dari tadi ada di belakang Sofie.

"Iya nyonya" Bi Iyam pergi untuk mencari P3K.

"Kamu sadar apa yang kamu lakukan ?? Kamu sama saja membunuh dirimu sendiri dan calon anakmu" ucap momy dengan sedikit penekanan dan emosi.

"Hikss.. Mom maafkan Lee Na" ucap Lee Na lesu hingga akhirnya ia pingsan.

"Lee Na Lee Na bangun" Sofie mengguncang tubuh Lee Na namun Lee  Na tak sadarkan diri. Segera Sofie membawa Lee Na ke rumah sakit yang di bantu dengan Bi Iyam.

Lee Na langsung memasuki ruang ICU. Tak lama dokter keluar dari ruang ICU itu.

"Bagaimana keadaan anak dan calon cucu saya dok?" terlihat jelas di wajah Sofie yang begitu khawatir dengan keadaan anak dan calon cucunya itu.

"Hanya sedikit pendarahan, tapi ibu tidah usah khawatir, ibu Lee Na sudah sadarkan diri, sebentar lagi akan di pindahkan ke ruang rawat" jelas dokter tersebut.

"Syukurlahh, terima kasih dok"

"Iya sama sama bu" dokter itu pergi dari hadapan Sofie
































































Jangan lupa vote:))

Arti PersahabatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang