Waktuku hanya tinggal sepekan.
Setelah sepekan, aku akan mati.
Tapi aku tidak mau mati begitu saja.
Aku siapa, kenapa aku begini, aku harus tahu semuanya dengan jelas.
Pokoknya, aku harus bertahan dan menghilangkan tanda kutukan ini.
"Eh? Mau ke Kota Q?"
Aku mengangguk pada sopir minibus yang mengajakku bicara. Di posisiku sekarang, beliau nampak menggaruk kepalanya dan kepalanya keluar dari jendela.
"Yakin? "
"Iya, antar saja saya ke sana. "
"Mau ke mana di Kota Q itu? "
Begitu beliau tanya demikian, tanganku membuka kertas yang kugenggam sedari tadi, membaca rentetan huruf yang tertulis di sana walau harus berusaha keras memahaminya.
Pak Yohan lah yang menulis petunjuk itu, dan sebagai dokter, aku harus menerima tulisan tangannya yang luar biasa sulit dimengerti karena bentuknya seperti benang lurus. Akhirnya mengandalkan setiap huruf depan di setiap kata, aku mengangguk mengerti apa yang Pak Yohan tuliskan.
"Rumah besar Nyonya Christine tahu, Pak?"
Bapak sopir itu membutuhkan waktu untuk berpikir, jadi aku menunggunya dengan sabar. Aku hanya berharap aku bisa pergi ke Kota Q secepatnya, agar aku bisa mencari tahu lebih banyak soal tanda kutukan yang kumiliki, bagus lagi kalau aku bisa menghilangkannya sekalian.
"Oh ... nyonya besar keturunan orang Belanda itu? "
Ya kali aku tahu, aku kan tidak tahu apa-apa, ingat nama saja karena Pak Yohan dari buku kecilku.
Aku mengiyakan saja beliau agar bisa cepat pergi. Namun, bapak sopir itu kembali menggaruk kepalanya.
"Saya takut ke sana. "
"Kan ada saya Pak." jawabku datar, tidak sabar karena sopir ini bertele-tele. "Nanti saya bayar lebih. "
Beliau diam lagi, sejenak kepalanya masuk ke dalam dan aku tidak tahu beliau mau apa. Tapi kemudian pintu depan minibus terbuka dan aku bisa melihat tubuh sopir itu duduk di kursi kemudi.
"Naik. "
Aku segera saja memasuki minibus dan menutup pintu serta menguncinya. Dari dalam minibus, bau rokok langsung menusuk hidungku, dan kusadari sopir di sebelahku merokok dengan leluasa.
"Mau lewat jalan raya atau jalan kecil? "
"Yang cepat saja Pak. "
Sopir itu meletakkan rokok di tempatnya dan memegang kemudi sepenuhnya.Kemudian minibus yang tadi hanya bergetar di tempat sekarang berjalan perlahan meninggalkan halte.
"Sebenarnya saya pikir dua kali mau mengantarmu, tapi kamu sendirian di sana, jadi kasihan. "
"Iya, terima kasih. " balasku pendek, aku memalingkan muka ke jendela agar tidak melihat pemandangan kumal sopir minibus ini.
"Kenapa ke rumah Nyonya Christine? "
"Ada urusan dengan beliau. "
"Yang benar? Anak muda sepertimu mau saja punya urusan sama beliau. "
"Memangnya kenapa Pak? " tanyaku karena melihat kalau berurusan dengan nyonya ini adalah sesuatu yang aneh.
"Nyonya Christine terkenal sebagai peramal dan cenayang, tapi peramal yang horror lho. Bisa lihat hantu dan siluman, rumahnya juga horror, terlalu banyak pohon besar tidak ditebang si sana. Banyak yang bilang kalau beliau dibantu penunggu-penunggu pohon itu kalau mau meramal. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Death Curse
ParanormalKetika kutukan ditanamkan, bagaimana cara kabur darinya? Ketika terasa kematian yang menyakitkan, bagaimana cara untuk tetap bertahan? Tersisa waktu sepekan, ketika tanda kutukan berwarna ruby, maka nyawamu harus dikorbankan. "Live ... or ... Die...