Taehyung menekan pundak Seokjin untuk duduk di ranjang. Menyuruh sang kakak untuk merebahkan tubuhnya di sana. Katanya Seokjin harus banyak istirahat, biar Taehyung saja yang mengurus makan, pun segala kebutuhan. Terlalu berlebihan, memang. Tapi beginilah apabila Taehyung sudah amat peduli, ia akan melupakan apapun selain kesembuhan sang kakak.
Rasanya sudah lama Taehyung tidak sedekat ini dengan Seokjin.
Sang kakak tersenyum setelah menarik selimut sampai ke paha. "Terima kasih," katanya, membuat Taehyung mengangguk antusias.
"Bukan apa-apa, Hyung. Merawatmu sudah menjadi tugasku sebab dulu kau juga selalu bersikap begini jika aku sakit. Dan sekarang giliranku menjagamu. Jadi jangan membantah atau sungkan. Aku senang melakukannya."
Seokjin berdecak lalu tersenyum. "Ya-ya. Aku mengerti, Dokter Kim. Sana pergi. Jangan melihatku begitu. Sepertinya ada yang datang."
Taehyung mengiyakan lalu keluar dari kamar Seokjin untuk melihat layar intercom yang berbunyi.
Rupanya si tengil Jungkook.
Tanpa basa-basi ia langsung membuka pintu masuk.
"Hai," sapa Jungkook dengan wajah polos. Membuat Taehyung mendesah kesal sedangkan si tamu terkekeh.
Mereka melangkah masuk lalu duduk di sofa. Jungkook mengeladah ruangan hingga suara Taehyung membuatnya menoleh. "Waktu liburanmu sia-sia dengan datang ke rumahku, Kook. Tidak ada yang menarik di sini. Kenapa kau menatapnya begitu, huh?"
"Haha, tidak. Hanya saja, tumben rumahmu sebersih ini. Danㅡaishㅡitu bukan sambutan yang baik untuk tamu. Ckk, beruntung bukan orang asing yang datang. Lagipula kau harus bersyukur aku kemari untuk mengajakmu keluar menikmati liburan kita. Ya, kau tahu sendiri, kita tidak punya kekasih untuk diajak makan malam."
Taehyung menatap heran sebelum menjawab, "Bicaramu, Kook. Terlalu jujur, asal kau tahu. Juga tidak lucu."
"Eiy, siapa yang mau melucu? Kau saja yang selera humornya rendah," desah Jungkook tidak menghiraukan. "Ayolah, kita keluar. Sebentar saja, temani aku, hm?" Jungkook menaikan alisnya beberapa kali dengan senyum yang cukup menjengkelkan bagi Taehyung karena ia tidak bisa menolak.
"Okay. Tapi jangan lama-lama. Jin-Hyung pasti menungguku."
Jungkook diam, menghela napas sambil memaksakan senyum. "Setuju."
Sebelum pergi, Taehyung dan Jungkook masuk ke kamar Seokjin untuk meminta izin bahwa mereka akan pergi bersama untuk kurun waktu sebentar. Seokjin jelas mengizinkan karena ia tidak ingin merepotkan Taehyung terus menerus. Toh lagipula tubuhnya sudah pulih.
Sore benar-benar waktu yang baik untuk berjalan di tengah keramaian kota. Aromanya cukup bersahabat, sejuk. Apalagi ini adalah waktu berlibur bagi Taehyung dan Jungkook.
Setelah makan di kedai favorit mereka, Jungkook mengajak Taehyung pergi ke taman bermain dekat sungai Han. Sedangkan yang diajak terlihat gelisah, sering kali menengok jam di lengannya.
"Sebentar lagi malam, Kook," tutur Taehyung membuat Jungkook yang sedang menatap indahnya sungaiㅡmelirik.
"Baru saja kita duduk di sini, Tae." Jungkook menyandarkan kepala pada ujung bangku taman. "Sebentar lagi. Aku ingin menikmati langit yang menguning, sungainya pasti terlihat cantik .... Ah, senja ini benar-benar mengobatiku yang bosan karena seringnya menghirup bau obat dan darah. Anginnya menyejukan, aku benar?"
"Ya, kurasa."
Jungkook menegakan wajah mendengar jawaban lirih tak bergairah dari Taehyung. Wajah temannya agak murung. "Suaramu terdengar lesu. Kau baik-baik saja?"
Taehyung tersenyum, menatap lurus pada sungai. "Tentu. Aku baik-baik saja. Jin-Hyung sekarang akan sering di rumah. Dia berjanji tidak akan mengabaikanku lagi karena pekerjaan. Itu sebabnya aku ingin segera pulang. Menghabiskan waktu dengannya pasti menyenangkan."
Kini tatapan Jungkook hanya tertuju pada Taehyung. "Apa kau yakin, kau bahagia, Tae?"
"Kau gila?" Taehyung balas bertanya. "Tentu saja aku bahagia. Amat sangat yakin. Dia keluargaku satu-satunya. Hyung, yang lembut dan terbaik yang pernah kutemui. Sekarang aku tidak perlu khawatir lagi dia akan celaka. Jin-Hyung memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya." Kemudian Taehyung menatap netra Jungkook. "Kook, bantu aku mencarikan pekerjaan untuknya, ya? Jin-Hyung tidak suka merepotkan orang lain. Dia pasti akan bersikukuh bekerja setelah lukanya benar-benar pulih."
Jungkook meneguk saliva sebelum mengangguk. "Aku akan selalu membantumu. Tapi Taehyung, kau mungkin tidak suka mendengar ini ... maksudku, kau ...."
"Ya?" Taehyung menoleh saat Jungkook menghentikan ucapannya tanpa sebab.
Si Jeon menggeleng, tersenyum canggung saat melanjutkan, "Tidak. Bukan apa-apa. Hanya saja kau harus menemui Dokter Park lagi, Tae. Aku yakin dia bisa membantumu. Kau harus perhatikan dirimu juga. Akan berbahaya jika kau terus bersikap seperti ini, Dokter Park mengatakanㅡ"
"Cukup," sela Taehyung, berang. "Bukankah aku pernah mengatakannya padamu, jika aku tidak ingin menemuinya lagi?! Aku sudah bahagia hidup begini." Sebelum berlari menjauh, Taehyung menegaskan bahwa Jungkook tidak perlu mencampuri urusannya lagi mulai sekarang.
"Ya! Taehyung! Baiklah maaf, tunggu aku!"
Namun pria itu terus melangkah tanpa mempedulikan teriakan Jungkook.
"Brengsek!" Jungkook meringis kesal sebelum berlari mengejar Taehyung. Mau tidak mau ia harus segera menyusul, bertekad meluruskan masalah sahabatnya sebelum terlambat. []
KAMU SEDANG MEMBACA
ENMESHED
Fanfiction[LENGKAP] Definisi kebahagiaan bagi Kim Taehyung adalah; terjerat dalam suatu anomali yang membuatnya lupa akan arti kehidupan yang sebenarnya. Collaboration project : @IMATEARS x @halusinojin. On Taejin's Birthday. Bangtan Short Story. ©2018