Chapter 05

1.7K 245 40
                                    

Pertengkaran Taehyung dan Jungkook beberapa menit lalu menyisakan gundah di hati Seokjin. Kakak penyayang mana yang tidak khawatir mendengar adiknya tengah sakit? Adalah wajar apabila Seokjin memerlukan jawaban yang jujur dari Taehyung.

Jungkook pamit setelah Seokjin menyuruhnya pulang. Karena jika tidak, boleh jadi kedua sahabat tersebut akan saling adu tinju.

Taehyung hanya bisa menurut saat Seokjin menyuruhnya duduk di sofa, membahas perihal penyakit Taehyung.

"Sekarang Hyung hanya akan mendengarkan," ucap Seokjin, serius. "Jelaskan semuanya."

Taehyung menunduk sebelum menjawab gugup, "Aku ... tidak ada yang salah denganku, Hyung. Aku baik-baik saja. Sungguh."

Seokjin mendesah panjang, menatap bersama wajah khawatir. Tangannya meraih pundah Taehyung untuk menghadapnya. "Tidak akan ada pertengkaran jika kau baik-baik saja. Hyung tidak sebodoh itu, Tae. Apapun obat yang dimaksud Jungkook, kau harus meminumnya. Dia marah untuk kebaikanmu juga, kan?"

Taehyung menatap hazel Seokjin sebelum menunduk sebagai jawaban.

Kemudian sang kakak kembali bertanya, "Kau sakit apa? Pertanyaan itu belum kaujawab."

Taehyung mengalihkan pandang bersamaan dengan lengan Seokjin yang lepas dari pundak. "Bukan penyakit berbahaya, Hyung. Hanya ... Sedikit guncangan karena stress mengurus banyak pasien."

Lantas Taehyung memasang wajah berseri saat menoleh pada Seokjin. "Lusa adalah libur terakhirku, Hyung. Bagaimana jika kita pergi berjalan-jalan? Aku ingin ke minimarket sebrang. Hyung masih ingat, 'kan? Kita merayakan kelulusanku di sana."

Yang tertua menaikan sudut bibir, tersenyum mendengar ucapan antusias dari adiknya. Kemudian ia mengangguk.

Tentu saja, Seokjin ingat sekali saat kelulusan Taehyung menjadi dokter, ia mengajak sang adik ke minimarket sebab ia tidak memiliki uang yang cukup; lebih tepatnya belum gajian. Tetapi justru itulah mengapa Taehyung teramat menyukainya. Lantaran kehadiran sosok sang kakak tatkala bertepuk tangan dan berfoto di kampus sudah lebih dari cukupㅡwalau Seokjin datang terlambat. Taehyung sendiri yang berinisiatif pergi bersama ke minimarket sebab ia tahu betul kakaknya tidak memiliki uang sebanyak itu untuk membuat perayaan atau makan di restoran terbaik.

***

Keesokan harinya, kedua kakak beradik itu mengunjungi minimarket sambil memesan empat mangkuk ramyun. Persis seperti saat kelulusan Taehyung.

Taehyung memakannya dengan semangat. Mereka tertawa, bercerita tentang karir masing-masing seraya bercanda ria. Lalu saling melempar snack.

"Ya Tuhan, Tae, bersihkan nanti pemilik minimarketnya marah."

Taehyung terkekeh, memungut beberapa snack yang terdampar di lantai kemudian memasukannya ke dalam plastik snack kosong.

Taehyung menilik sekitar, tatapannya berubah sendu. Ia melihat orang-orang berlalu lalang di balik jendela.

"Taehyung," panggil Seokjin. "Jika hal sekecil ini bisa membuatmu bahagia, kurasa kita harus kemari setiap hari."

"Tidak tuh," canda Taehyung. "Biasa saja."

"Ya! Hyung tidak akan memasak lagi untuk-"

Taehyung membekap mulut Seokjin. "Sudah, Hyung, sudah. Apa perlu kujelaskan bahwa setiap bersamamu adalah kebahagiaanku, eoh?" Ia terkekeh sebelum melepas tangannya.

"Kau memang yang terbaik, Taehyung."

Mereka tertawa lagi. Namun tanpa diduga Taehyung berhenti, menatap lekukan sabit mata kakaknya dalam diam. Ia mengalihkan pandang. Menopang kening di meja lalu terisak. Seokjin dibuat kaget karenanya.

"Taehyung, hei, kenapa kau selalu menangis setiap kita tertawa bersama, huh?"

Yang termuda menggeleng, masih terisak.

Lantas Seokjin melanjutkan, "Berbahagialah demi diriku, Taehyung. Ceritakan semuanya pada siapa pun jika perlu."

***

Tidak terasa, lusa cepat sekali berlalu. Taehyung kembali menjalani aktivitasnya sebagai dokter di rumah sakit bersama Jungkook. Namun si pemilik marga Jeon tersebut masih belum menunjukan batang hidungnya ke hadapan Taehyung. Apa dia sedang sibuk mengurus pasien?

Ah, ya tentu saja. Dia 'kan dokter. Taehyung tidak mengindahkan dan memilih berpikir positif karena Jungkook bukan tipe orang yang mudah marah. Hanya Taehyung yang temperamen di sini. Jungkook itu terlalu baik, dulu maupun sekarang. Tidak mungkin Jungkook meninggalkannya begitu saja.

Di tengah koridor, seorang suster memanggil namanya. Lalu mendekat sembari memberikan secarik kertas yang dilipat asal.

Dahi Taehyung mengerut. "Apa ini, Sus?"

"Saat membereskan kamar bekas Tuan Seokjin, saya menemukan kertas ini tertindih gelas di nakas. Kurasa itu miliknya, untukmu Dokter Kim."

"Begitu?" Wanita itu balas mengangguk mantap, dan Taehyung tersenyum. "Baiklah. Terima kasih."

"Kapan pun, Dokter." Suster tersebut menaikan kedua sudut bibir. "Saya permisi."

Taehyung membalasnya dengan anggukan.

Apa isi surat ini? Aku akan membacanya di ruanganku. []

ENMESHEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang