"apa-apaan ini El!"
"mati gue!"
Elysia langsung melepaskan tangan Sintia. Dia menggigit bibir bawahnya sambil memandang cowok yang tengah menatapnya dengan mata elangnya.
"Dav liat nih tangan gue. Sakit tau nggak, adek kelas kok berani sama senior. Tangan gue merah kan jadinya" ucap Sintia sambil memperlihatkan tangannya ke Dava, cowok yang tadi memanggil Elysia.
Tanpa mempedulikan Sintia, Dava langsung menarik tangan Elysia dan membawanya keluar dari kerumunan. Sintia jelas kesal. Siapa sih cewek tadi bisa-bisanya Dava lebih memilih dia daripada dirinya batin Sintia.
***
"jelasin!" ucap Dava ketika mereka berdua sampai di taman belakang sekolah.
Sedangkan Elysia bingung akan menjelaskan darimana, dia membuka mulutnya kemudian menutupnya kembali. Kemudian tersenyum dan menggoyang-goyangkan lengan Dava.
"El nggak salah kok kak, beneran. Tadi itu cuma salah paham kok"
Dava hanya diam sambil mengetuk-ngetukkan sepatunya. Dia menunggu penjelasan dari Elysia.
"tadi El liat ada yang dibully, eh nggak ada yang nolongin. Karna El orangnya baik hati, tidak sombong, rajin menabung, rajin sholat, dan yang pastinya cantik. Jadi, El nolong cewek itu deh" jelas Elysia. Dava menghela napas pelan, kemudian memandang cewek di depannya ini.
"oke, gue percaya. Tapi, gue nggak mau denger kejadian kayak gini lagi. Tolong El, jangan pernah terlibat dengan hal kayak gini lagi. Bisa-bisa malah lo yang dibully"
"siap kapten, jangan terlalu berlebihan deh, lo lupa siapa gue." Elysia menunjukkan senyum miringnya.
"Akh, satu lagi kak. Jangan aduin ini ke Papa ya" pinta Elysia dengan mengedip-ngedipkan matanya.
"liat nanti" Dava tersenyum miring kemudian meninggalkan Elysia.
"aish, emang anjir itu orang. Moga-moga nggak di aduin deh" Elysia misuh-misuh sambil menghentak-hentakkan kakinya pelan.
Jam istirahat telah berakhir, acara makan di kantin dengan Rena pun hanya sekedar rencana.
Akhirnya Elysia kembali ke kelas dengan tatapan penasaran yang diberikan teman sekelasnya.
"El, gue kan udah bilang jangan cari masalah sama kak Sintia. Dan lo kenal kak Dava?" pertanyaan yang diberikan Rena hanya dibalas Elysia dengan senyum tipis.
"El, jawab kenapa"
"Pak Yanto udah masuk, diem" dengusan kasar terdengar dari Rena. Elysia hanya diam dan memperhatikan Pak Yanto yang tengah menjelaskan di depan.
Bagas Kampret
hari ini gue nggak bisa jemput, pulang bareng Dava aja. Tadi udah gue chat
El
Gue bisa pulang sendiri
Bagas kampretBisa digantung mama nanti gue. Udahlah, Davanya juga udah otw ke kelas lo.
Nasip jadi anak cewek emang selalu gini ya? Atau cuma gue aja sih. Berasa punya bodyguard gue. Kemana-mana harus ada yang nemenin. Aishhh
"buruan naik" ucap Dava ketika mereka sudah sampai di parkiran. Elysia pun dengan perlahan naik ke motor putih Dava.
Aneh, Elysia merasa banyak pasang mata yang tengah mengawasi gerak-geriknya. Elysia pun mengedarkan pandangannya, benar saja dia tengah menjadi pusat perhatian sekarang ini. Astaga, Elysia lupa cowok yang ada di depannya ini adalah cowok yang digilai cewek-cewek Cendana. Oke sip, hidup Elysia gak bakal tenang di Cendana ini.
***
Saya tau ini pendek, sumpah ini maksain banget buat update. Tapi, saya harap kalian suka. Jangan lupa vote & comment
131218

KAMU SEDANG MEMBACA
Elysia
Teen Fiction"ampun, hiks akhh" satu sabetan dari ikat pinggang berwarna coklat itu kembali menyentuh kulit punggung anak lelaki yang tengah menangis menahan rasa perih yang ada di punggungnya. Ada tiga orang lelaki dewasa di ruangan ini yang satu tengah membe...