Ch 2: like what???

3.3K 347 9
                                    

seterusnya aku bakal lepas semua visual di sini dan ganti pake oc buatanku sendiri, ditambah plotnya bakal berubah lagi. jadi aku harap yang masih setia baca silakan tetep baca ya dan terima kasih!

















Masih dalam minggu pertama tahun ajaran baru raut wajah Caca sudah muram. Bahkan saking terlihat suramnya suasana diri Caca, gadis itu sampai menumpukan dahi ke tembokㅡCaca duduk tepat di bangku belakang paling ujung.

Untuk para siswa, jika begini logikanya pasti sedang kesal dengan apapun yang berhubungan dengan kegiatan sekolah. Namun untuk Caca kali ini tidak, badmoodnya Caca pagi ini bukan diakibatkan oleh kegiatan di sekolah.

"Ca, are you okay?" tanya Raya, teman sekelasnya yang duduk tepat di depan Caca.

"I'm not," jawab Caca, masih dalam posisi yang sama.

Dibanding Raya, Caca ini termasuk gadis yang biasanya cukup normal. Tapi bukan berarti Caca pun selalu bersikap normal terus. Contohnya seperti saat ini, Raya yang sering kali dianggap abnormal saja sampai bingung Caca sedang apa dan mengapa.

"Oke ... terus lo kenapa kayak gitu?" tanya Raya lagi, dengan Caca yang masih berposisi sama namun kali ini dibalas helaan napas sejenak.

"Sebelum masuk kelas lo ga liat di parkiran ga ada motor gue?" tanya Caca berbalik.

"Gue ga sekurang kerjaan itu merhatiin motor orang, Caca," balas Raya sambil merotasikan bola matanya malas.

Mendengar balasan Raya, Caca akhirnya memposisikan diri menghadap teman sekelasnya itu. Caca duduk tegap sebelum kemudian menyandarkan diri di sandaran kursinya dan mengembus napas berat sesaat.

"Motor gue udah disita sama ayah dan selanjutnya gue terpaksa naik bus atau ojol ke sekolahnya," jelas Caca berikutnya.

"Kok bisa?"

Pertanyaan Raya yang ini tidak lantas Caca jawab lagi. Dari pada menjawab, Caca malah langsung menjatuhkan kepala menghantam permukaan meja.

Tentu saja perilaku Caca tersebut membuat Raya melotot seketika karena terkejut. Dan sebelum Caca sempat menjawab pula bel tanda masuk malah berbunyi. Mau tak mau semua penghuni kelas harus sudah duduk normal di tempat masing-masing termasuk sang ketua kelas yang baru saja masuk, Adrieno.

"Lo dari mana aja deh baru masuk kelas pas udah bel?" tanya Raya pada Adrieno, keduanya duduk sebelahan berada dalam satu meja yang sama.

"Dipanggil walas bentar."

"Oh. Ngapain?"

"Dibilangin anak olimpiade katanya harus udah mulai prepare. Tuh, belajar lu, jangan kabur-kaburan kayak biasanya. Inget, sekarang kita udah kelas 11," peringat Adrieno pada Raya kemudian.

"Hih! Males banget."

"Jangan gitu, Ray. Punya otak encer tuh disyukuri," celetuk Caca berikutnya.

"Ah, iya-iya Ca, sorry," ucap Raya sambil cemberut merasa bersalah.

Kembali pada Caca yang sedang kesal menyalahi diri akibat perilakunya tempo hari lalu. Gara-gara kepikiran anak SMA yang waktu itu dikejar dua pria berbadan kekar, Caca jadi tidak fokus menyetir di jalan pulang.

Caca lupa peringatan Raya dan Adrieno yang bilang bahwa di jalanㅡyang kebetulan jalur ke apartemen Cacaㅡsedang ada operasi tilangan hingga waktu maghrib. Sial, harusnya Caca bisa lebih berhati-hati ketika memilih jalur pulang ke apartemennya. Sudah begitu, ayah tahu dan Caca harus menerima konsekuensi motornya disita selama yang ayahnya mau.

Apartment | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang