Ch 6: road to school's anniversary

2K 234 19
                                    

Sesuai dengan perkiraan cuaca di berita, pagi ini di beberapa titik di wilayah ibu kota terjadi hujan gerimis. Cukup beruntung karena tidak sampai hujan deras. Sebab biasanya jika sampai terjadi hujan dengan intensitas yang tinggi di sini, sering kali menyebabkan adanya genangan air yang dapat mengganggu aktivitas warga.

Lalu kini, para murid di sekolah banyak yang lebih memilih berada di kelas saja. Tentu, di luar dingin dan basah jadi lebih baik berlindung di dalam ruang kelas.

Sama seperti Caca saat ini, anak itu sekarang terlihat sedang duduk di pojokan seraya bersandar pada tembok di belakangnya. Ya, Caca duduk di kursinya Sunu, yang mana sebelumnya adalah kursi miliknya yang direbut secara licik oleh anak itu.

"Isabela adalaaaahhh ... kisah cinta dua duniㅡOW!"

Caca segera mengalihkan pandangannya seolah tidak pernah melakukan apa-apa. Namun sebenarnya, Caca baru saja melempar sebuah pena dan kena tepat sasaran ke kepala Sunu yang sedang bermain gitar sambil bernyanyi keras sebelumnya. Sunu juga tidak sendirian, di sekelilingnya ada beberapa anak satu kelas mereka yang berkumpul mendengarkan.

Jujur saja Caca juga tidak tahu sejak kapan Sunu menjadi akrab dengan anak-anak di kelas. Melihat apa yang terjadi, Caca bisa akui kemampuan bersosialisasi Sunu oke juga. Caca pikir mungkin kemampuannya Sunu itu bisa disetarakan dengan Raya.

"Caca apaan sih??? Sensi banget masih pagi juga," kata salah satu teman sekelas yang kebetulan perempuan, dilihat dari ekspresinya sih kesal karena Caca telah mengganggu pertunjukan gratisnya Sunu.

"Oh, sorry ga sengaja. Niatnya mau lempar ke Raya di belakang sana tuh," balas Caca beralibi, membuat Raya yang memang benar ada di dekat sana segera menunjuk diri kebingungan.

Sadar akan ekspresi Raya yang begitu, Caca pun segera menatap tajam sang teman guna memberikan isyarat agar segera iya-kan saja perkataannya barusan. Dan Raya yang untungnya langsung mengerti pun lantas berjalan ke dekat Sunu.

"O-oh iya! Barusan gue minjem pulpen ke Caca, sini gue mau ngisi jurnal," kata Raya, lalu bergestur meminta pena milik Caca tadi yang kini tengah dipegang oleh Sunu.

Raya sudah mengadahkan satu tangan siap menerima penanya. Pun, Sunu juga sudah mengacungkan pena tersebut. Namun alih-alih memberikan, Sunu malah mempermainkan Raya dengan terus menggerakkan pena milik Caca itu dan berakhir tidak diberikannya sama sekali.

Tentu saja Raya kesal atas sikap Sunu yang seperti itu padanya. Tapi entah kenapa khusus hari ini Raya tidak bisa membalas apa-apa menghadapi orang menyebalkan seperti Sunu, bahkan tidak bisa hanya dengan kalimat umpatan sekalipun.

Tak sampai di situ, Sunu yang sudah lebih dulu memindahkan gitar dari pangkuannya ke meja salah satu teman segera beranjak dari meja tersebutㅡsebelumnya dia duduki. Seraya membawa pena, Sunu berjalan menghampiri Caca yang kini terlihat sedang sibuk sendiri bermain ponsel.

"You should've thrown some money to me instead a pen," kata Sunu, membuat Caca yang semula berfokus pada layar ponsel lantas melirik pada anak itu.

"Why would I?"

"I was praising your name."

Mendengar apa yang barusan Sunu katakan, Caca pun langsung menaruh ponselnya ke meja. Tepatnya, Caca menaruh benda pipih itu dengan sedikit bantingan sambil tersenyum sinis dan mengangkat sebelah alisnya.

"Lo bercanda ya? Yang ada lo itu udah bikin gue maㅡ"

"Selamat pagi anak-anak!"

"Pagi, Buuu!"

Apartment | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang