Ch 3: unexpected meeting

2.6K 305 23
                                    

Bel tanda berakhirnya kegiatan belajar dan mengajar telah menggema di seluruh penjuru area sekolah. Dengan adanya bunyi tersebut, artinya semua warga sekolah yang sudah tidak punya urusan lagi dipersilakan untuk pulang. Seperti Caca yang merasa tak memiliki urusan lagi di sekolah setelah ini.

Sebenarnya Caca merasa sedikit kesepian mengingat Raya dan Adrieno mulai fokus pada olimpiade yang akan mereka hadapi.

Kedua anak yang berstatus sepupuan itu dari hari ini sampai satu bulan ke depan akan terus meninggalkan kelas di tengah jadwal pelajaran utama. Belum lagi jadwal pulangnya pun jadi lebih sore. Makanya tak heran kalau Caca jadi merasa kesepian sekarang.

"Ah, laper ..."

Meski Caca terlahir sebagai anak dari keluarga berada, gadis itu tidak segan untuk bepergian naik kendaraan umum. Seperti sekarang ini Caca pulang sekolah naik busway.

Sejak memilih tinggal sendiri di apartemen Caca bilang pada kedua orangtuanya agar jangan mencampuri kehidupannya sampai lulus SMA nanti. Tentu saja awalnya ditentang, tapi karena Caca bersikeras mau membuktikan kalau ingin mencoba hidup mandiri, akhirnya orangtuanya pun luluh juga.

Masih ada halte pemberhentian terakhir menuju kawasan apartemen Caca. Namun sore ini Caca mau berhenti di halte ini saja, sebab gadis tersebut merasa lapar dan tahu daerah ini ramai toko dan ada supermarket.

Berbeda dengan suasana tadi pagi yang sepi, di area halte sore ini terlihat ramai oleh penumpang lalu lalang dan para pedagang asongan.

Yah, dipikir lagi sudah lama Caca tidak naik busway setelah dulu pernah diajak belanja bulanan oleh ART di rumahnya. Dibanding kehidupan serba ada, sejujurnya Caca lebih menikmati pergi bersama ART dan larut dalam kehidupan masyarakat menengah seperti ini.

Bukan Caca mau merendah diri, tapi hidup dengan menyandang status keluarga konglomerat juga banyak kendalanya. Terutama soal cari teman. Kebanyakan teman Caca dulu itu bermuka dua, persis seperti tokoh yang ada di film-film. Mau dari sesama keluarga berada atau bukan mereka sama saja setelah mengetahui kalau Caca orang berduit.

"Ke mall aja deh, sekalian beli yang instan-instan biar ga bingung kalo laper tengah malem."



💫💫💫




"Gue tau lo jenius bahkan sampe ga perlu dikasih kelas tambahan. Tapi seenggaknya lo bisa hadir satu kali buat sekadar menghormati guru pengajar dan pembina di sini."

Prinsip hidup Elrico adalah berhenti berhubungan dengan siapapun dalam waktu yang lama selama hidup. Dengan kata lain, Elrico juga harus berusaha agar jangan pernah terlibat komunikasi jika bukan karena dirinya yang butuh. Berarti permintaan anak kelas sebelah yang barusan juga tidak perlu ditanggapi.

Elrico lantas hanya menatap Leo sesaat dengan tatapan tak suka sebelum kemudian pergi menuju ke area parkiran. Tindakan Elrico yang sudah sangat bisa ditebak itu pun membuat Leo mengembus napas berat saja. Biarkan, nanti juga Leo punya cara sendiri agar si anak berdarah campuran Amerika itu mau masuk ke kelas tambahan besok.

Usai meninggalkan Leo ke parkiran, Elrico segera bertolak dari gedung sekolah menggunakan motor besar miliknya.

Persetan dengan kelas tambahan, Elrico tidak suka berada di dalam sana lama-lama bersama para murid yang ikut olimpiade. Dari pada bosan mendengar guru pengajar sambil membaca materi dan soal, Elrico lebih suka menonton film atau main basket saja.

Apartment | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang