2. Hari Aneh

95 3 0
                                    


Manusia dengan tinggi diatas 180 cm tersebut menoleh kekanan dan kekiri, baru saja dirinya menginjakkan kaki ketanah air mamahnya beberapa saat yang lalu dengan badan yang pegal semua karena duduk didalam pesawat berjam-jam.

"ARVAN"

Teriakan tersebut membuat beberapa pungunjung bandara menoleh sekilas kemudian melanjutkan kegiatan mereka lagi begitu juga dengan manusia yang dipanggil Arvan itu menarik kopernya kearah enam pemuda yang meneriaki namanya tanpa rasa malu.

"Selamat datang bray!"

Arvan membuka kaca mata hitamnya lalu bertos ria ala laki-laki melepas rindu pada teman lamanya.

"Lama banget Lo diAmerika"ucap Gavin Alvaro setelah menyalami Arvan Axelle cowok dengan campuran Amerika- Sunda itu semakin tampan dengan surai pirang asli.

Lengkap sudah geng mereka ralat tetapi persahabatan mereka bertujuh yang tak pernah cacat isi-isinya merupakan orang dengan paras diatas rata-rata dengan tinggi persis seperti orang barat juga postur tubuh yang profesional selalu menjadi incaran kaum hawa.

"Gimana kabar bonyok Lo?"tanya Aksa saat mereka berjalan bersama-sama menuju parkiran.

Arvan yang sedang memakai kembali kaca mata hitamnya itu.

"Baik, minggu depan mereka nyusul"singkat padat dan jelas suara bariton Arvanpun menjawab aksen Amerikanya masih sangat kentara sangat jelas dia masih kurang terbiasa menggunakan bahasa ibu pertiwi.

"Ar, cewek-cewek disana pasti sexy semua ye kan pasti kenyang Lo liat yang bening setiap hari"ucap Gavin yang memiliki otak mesum mulai mengeluarkan kegilaanya ditempat umum.

"Hooh pasti kan apalagi orang barat pake baju atau enggak sama aja"sahut Aiden antusias memang benar-benar otak kadaluarsa semua.

Arvan baru saja ingin mengumpati para sahabatnya itu tetapi dia urungkan saat melihat seorang perempuan turun dari mobil merah.

"Bener banget cuy apalagi ini Amerika seks bebas udah biasa"ucap Cakra menambahi topik pembicaraan membicarakan tempat tinggal Arvin selama ini.

Mereka semua kompak menoleh kearah Arvan yang hanya diam dengan pandangan lurus membuat mereka juga mengikuti arah pandang Arvan.

"Lo lagi liatin siapa, Ar?"tanya Gavin celingukan mencari orang yang menjadi objek perhatian Arvin karena jarang sekali cowok itu fokus pada sesuatu.

Arvan menggeleng pertanda dia sedang tak melihat siapapun membuat sahabatnya menghela nafas sabar berbicara dengan Arvan itu butuh kesabaran tingkat tinggi.

"Udah malem mau pulang atau mua tidur disini"ucap Ansell memperingati teman-temannya yang masih terus berdiri sambil bercerita sedangkan Arvan dan Kenzie hanya diam menunggu yang lain selesai.

"Dasar mas bangke merusak suasana banget sih mas"ucap Aksa lengkap dengan gaya centilnya sangat tak cocok, orang yang melihatpun pasti ingin muntah mendengarnya.

"Gue tinggal Lo kalau masih kayak gitu"ancam Arvan tak main-main membuat Aksa dengan sigap merubah mimik wajahnya tak berniat menjadi orang hilang dibandara.

*****

Viana melangkah dengan wajah datarnya turun dari lantai dua tanpa menghiraukan tatapan mata yang berada diruang makan mengarah kepadanya hilang sudah ketenangan seorang Vania.

"Vania mau kemana kamu?"suara berat yang begitu Vania kenali memberhentikan langkahnya tetapi tak membuat dia berbalik, sangat malas menatap wajah para medusa yang sedang duduk diruang makan pagi ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 17, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARVANIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang