〔②〕

497 105 16
                                    

"Kamu merindukanku?" Tanya Andira seraya tersenyum manis. Senyum tanpa dosa yang sangat Dani idam-idamkan.

"Maaf aku membuatmu menunggu terlalu lama," lanjutnya seraya menarik tangan Dani lalu mengajak pria itu mengelilingi taman bermain yang entah sejak kapan Dani dan Andira berada disini.

"An—"

"Shhtt.." Andira meletakkan jari telunjuknya didepan bibir Dani. "Aku ingin kamu nikmati waktu bersamaku," kata Andira setengah berbisik.

"Ayo kita bermain petak umpet," kata Andira lalu ia mulai berjongkok dan memejamkan mata. Setelah itu ia mulai menghitung sampai sepuluh.

Dani hanya menuruti apa yang terjadi lalu mulai bersembunyi dibalik salah satu wahana disana.

"Siap atau tidak, aku dataang," kata Andira lalu mulai melangkahkan kaki jenjangnya.

"Aku akan menemukanmu Dani," kata Andira, suaranya makin terasa jauh seiring ia melangkah.

"Tunggu saja aku, Dani."

Setelah itu hening. Dani tidak mendengar suara apapun, baik itu suara ocehan Andira ataupun langkah kakinya. Karena curiga maka Dani menoleh ke tempat Andira berada.

Andira tidak ada. Dan ini bukan taman bermain.

Dani langsung membuka matanya secara spontan. Rasa sakit didadanya kian menambah seiring ia sering memimpikan Andira setiap malamnya.

Entah apapun yang ia lakukan dengan Andira didalam mimpi, hal terakhir yang Andira ucapkan sebelum akhirnya tiba-tiba menghilang adalah sama, "Tunggu saja aku, Dani."

Dani mengacak-acak rambutnya frustasi sebelum akhirnya Ia meraih ponselnya yang bergetar tak jauh darinya.

Ada sebuah alarm pengingat ternyata.

Andira's Birthday

Ahh.. Sekarang sudah tanggal 27 Mei.

Dani mematikan alarm pengingat itu lalu segera menuju aplikasi SMS dan mengetikkan sesuatu disana.

Andira

selamat ulang tahun andira
semoga kamu cepat kembali
semoga saja, dani percaya

Dani baru selesai mandi saat ada yang mengetuk pintunya. Dari siluetnya yang terlihat itu seorang perempuan. Memakai kemeja berwarna biru pastel dengan rok selutut berwarna putih.

"Iya sebentaarr," seru Dani saat ketukkan itu semakin menjadi-jadi dan tidak sabaran.

"Dani ini Andira," kata perempuan itu dari luar.

Dani tersentak lalu membatu untuk beberapa waktu, setelah itu ia segera berlari menuju pintu rumahnya—tidak memperdulikan dia sudah pakai baju atau belum. Karena yang Dani inginkan sekarang adalah Andira-nya.

"Andir—" kalimat Dani terpotong seiring terbukanya pintu rumahnya.

Tunggu ini aneh, tidak ada siapapun didepan pintu rumahnya. Awalnya ia melihat siluet seorang perempuan dan suara ketukan pintu—dan itu benar-benar terasa nyata.

"Dani mungkin lo kecapekan," kata Dani sambil memijat pelipisnya lalu kembali kedalam rumah.

Setelah itu ia kembali menulis cerita di-blog-nya. Tentang Andira yang hadir sebagai sebuah siluet dihari ulang tahunnya.

jurnal dani.✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang