Diruang keluarga ini entah kenapa hawanya terasa sangat-sangat mencekam, padahal mereka tengah menyetel drama komedi.
Megan menatap Dani penuh tanya, sementara Dani membalasnya dengan tatapan risih.
Kevin yang tidak mengerti apa-apa hanya diam walaupun sebenarnya ia juga penasaran.
"Kenapa sih?" Tanya Kevin yang memecah keheningan.
Megan tidak menjawab, gadis itu hanya menunjuk Dani dengan bahunya.
Kini Kevin beralih pada Dani yang tengah tertunduk diam.
"Ini ada apa?" Tanya Kevin. Cowok itu mengambil ponsel yang tergeletak di meja lalu mulai menjelajahi isinya.
Reaksi Kevin persis seperti Megan; terkejut, bingung, penasaran.
Dani menatap Kevin yang masih fokus pada ponsel milik 'Andira' itu, kemudian ia menghela nafas berat.
"Itu hape yang gua beli buat Andira," kata Dani buka suara setelah sekian lama.
Kevin dan Megan menoleh dengan ekspresi tidak mengerti.
"Maksudnya?" Tanya Megan.
"Itu hape buat Andira.." kata Dani dengan kalimat terputus.
"—kalo Andira beneran ada."
Hening.
Tidak ada yang menyahut. Kevin dan Megan hanya terbengong setelah mendengar kalimat yang keluar dari mulut Dani.
Sebenarnya.. ini kenapa?
"Jadi.." Megan menatap Dani lekat. "Andira udah gak ada?" Tanya Megan.
Dani terdengar tertawa kecil, kemudian mengeluarkan senyum sedihnya. "Bukan udah, tapi emang gak ada."
Kevin dan Megan terkejut. Lidah mereka langsung terasa kelu setelah mendengar ucapan yang Dani keluarkan. Entah kenapa hawanya langsung terasa mencekam.
"Ma-maksudnya..?" Tanya Megan gugup.
Dani menghela nafas untuk kesekian kalinya. "Andira, dia gak ada. Cewek itu cuma imajinasi gua aja," kata Dani.
"Selama ini gua hidup sendiri. Mama sama Papa meninggal dari gua SMA, dan dari dulu gua susah suka sama cewek sampe mereka ngira gua homo."
Kevin menyimak dengan seksama, sementara Megan menganga tak percaya.
"Selama itu juga gua terus-terusan berimajinasi punya cewek yang cantik, baik, anggun, manis. Lalu muncul lah Andira. Cewek buatan gua sendiri—hasil dari imajinasi gua," kata Dani sambil tersenyum pahit.
"Andira itu... punya tempat tersendiri di hati gua. Walaupun dia gak nyata, nyatanya dia berhasil ngebantu gua sukses dalam hidup. Berkat dia, gua bisa buat cerita blog yang akhirnya bakal di terbitin jadi buku—atau mungkin kedepannya bakal jadi film?" Lanjut Dani panjang lebar.
"Dani, lo.."
"Iya. Terserah lo mau ngatain gua gila atau apa, Vin. Nyatanya gua emang begitu. Find love isn't that easy for me," sahut Dani.
"Dani.." panggil Megan lemah. Ia tak menyangka bahwa rasa penasarannya akan membongkar begitu dalam kisah dari hidup Dani.
"Ini alasan gua selalu ngelak kalau kalian pada nanya siapa Andira. Karena gua yakin lo pada bakal bilang gua aneh, gila, atau mungkin ngetawain gua."
"Gua segila itu pengen Andira beneran ada. Gua ngebuatin dia kamar khusus, sediain baju, bahkan handphone."
"Soal handphone.. kenapa lo beliin dia handphone? Padahal lo tau kalau dia gak bakal jawab, karena dia emang gak ada?" Tanya Megan, merasa bersalah telah membuka kamar misterius itu dan menemukan banyak hal didalam nya.
"Biar gua ngerasa Andira cuma pergi dan bakal kembali daripada gua ngerasa Andira gak bakal ada," jawab Dani lemah.
Kevin dan Megan saling tatap selama beberapa saat, kemudian Megan menggenggam tangan Dani.
Dani terhenyak sesaat, lalu kemudian mengeratkan genggaman itu seolah tidak ingin Megan kemana-mana.
"Maaf, maaf kalo gua jadi kaya orang gila. Maaf kalo gua bikin kalian risih. Maaf karena gua terlalu ngerasa kesepian. Maafin gua.." kata Dani makin menggenggam erat tangan Megan.
"No, It's not your fault. Gua gak tau se-kesepian itu lo sampe lo butuh Andira. Gua gak bisa ngebayangin gimana kalo gua ada disisi lo. Mungkin gua juga bakal seneng punya cewek kaya Andira," balas Megan sambil mengelus-elus punggung tangan Dani. "Ini salah gua. Salah gua udah main masuk kamar Andira, salah gua udah buka lemari Andira, salah gua udah nemuin hape Andira. Dan salah gua udah buka isi hapenya."
Dani melirik Megan yang terlihat menahan air mata. Dani tersenyum manis.
"Lo orang kedua setelah Andira yang berhasil buat gua ngerasain cinta," kata Dani sambil menyelipkan poni panjang Megan ke belakang telinga.
Mendengar itu Kevin mendelik tajam. "Misi??? Megan gak ada yang punya kok???"
Dani terkekeh mendengar delikkan Kevin. "Sorry, Vin. Gak bakal gua tikung, kok," kata Dani. "Gak tau besok siang."
Rasanya ingin Kevin tonjok saja temannya itu.
Megan tertawa walaupun sedang terisak.
"Udah gak usah nangis," kata Dani sambil menyeka air mata Megan.
"Ada yang mau nemenin gua besok?" Tanya Dani menoleh ke Kevin dan Megan bergantian.
"Ke?" Tanya Kevin.
"Psikolog."
_
bbbbentar lagi abiiiis
seneng gaaaaak?
KAMU SEDANG MEMBACA
jurnal dani.✔
Fanfic[#5] lee juyeon ft. son juyeon tentang dani, dan imajinasinya.