Epilog

2.5K 282 48
                                    

"Makan pelan-pelan Krist." Kata Singto yang melihat Krist melahap sereal coklat di hadapannya. Krist baru saja sadar dari komanya. Krist mengalami kecelakaan pada malam mereka bertengkar. Krist tertidur koma selama sebulan. Selama itu juga Singto dengan setia menjaga Krist. Singto mempercepat syuting dan membatalkan semua acara ke depannya. Ia ingin menjaga Krist untuk saat ini.

"Aku lapar P'Sing..." kata Krist manja. Krist belum bisa turun dari tempat tidurnya. Keadaan koma selama sebulan membuat syaraf-syaraf motoriknya kaku. Krist harus menjalankan terapi untuk mengerakan syaraf-syarafnya.

"Aku tahu. Tapi jika kau makan terlalu cepat nanti kau tersedak." Kata Singto yang sudah duduk di pinggir ranjang pasien dan mengusap noda coklat di bibir bawa Krist dengan tangannya. Krist menjadi malu akibat perbuatan Singto. Krist masih ingat ia menangis sejadi-sejadinya ketika ia baru saja tersadar dan menceritakan bahwa P'Kongpop dan P'Arthit menenggelamkan diri di depan matanya.

Singto mendengarkan dengan baik semua cerita Krist dan mengecup keningnya. 'Semua itu hanya mimpi yang panjang Krist' itu jawaban dari Singto setelah mendengar kisah Krist. Entah Singto mengerti atau tidak tapi untuk saat ini Krist tak ingin memperdulikannya.

"P'Sing... awas aku lagi nonton TV." Setelah sadar Krist rajin menonton TV tapi tak ada satu pun berita mengenai bahwa ia sudah sadar. Saat kecelakaan itu terjadi semua paparazi memuat berita tentang seorang Krist Perawat mengalami kecelakaan dan koma.

"P tak menghalangimu." Kata Singto yang masih terus memandangi Krist.

"Jangan mendekat..."

"Kita masih mempunyai jarak di antara kita Krist. Ya kira-kira 30 cm."

"P'Sing!!" Teriakan Krist. Singto malah menjauh sambil tertawa melihat wajah Krist.

"P'Sing! Itu tidak lucu." Kata Krist mengerucutkan bibirnya.

"Maaf na... P tak tahan melihat wajahmu itu." Singto tertawa beberapa saat.

"Krist... P minta maaf malam itu P harusnya tak semarah itu padamu. P..."

"Tak apa P'Sing. Aku mengerti. Mungkin aku yang sudah berasumsi sendiri. Aku sudah dewasa P'Sing. Apapun keputusan P, akan aku terima."

"Maksudmu Krist ?" Tanya Singto bingung.

"Krist adalah nong. P'Singto adalah P. Kita bisa tetap seperti itu." Kata Krist menelan ludah setelah mengucapkan kata itu. Krist tak mau mengatakannya tapi ia mengingat saran dari P'Arthit. Seorang yang dewasa mempunyai batasan dan tanggung jawab. Krist tak boleh lagi memaksakan keinginannya pada Singto.

Singto memeluk Krist dan mengangkat dagu Krist untuk menatapnya.

"Apa P dan Nong melakukan hal ini juga ?" Kata Singto yang lalu meraih bibir Krist dengam bibirnya. Memangut dengan pelan. Krist masih membatu.

"OHO... Lover birds!!" Kata P'Jane yang baru masuk ke ruang rawat inap Krist. "Krist baru bangun Nong. Jangan langsung di terkam." Ledek P'Jane. Mendengar hal itu Krist menjadi malu dan bersembunyi di dada Singto.

"P'Jane!!" Teriak Singto protes.

"Ya.. ya.. jangan ganggu mereka!!" Kata Yui yang baru masuk memukul Jane dan menarik Jane keluar.

"Jadi apa Krist bersedia menjadi pacar P ?" Tanya Singto.

"Aku sudah menjawabnya." Kata Krist malu-malu.

"Kapan ?"

"Waktu di novel." Singto ingin sekali menjitak pemuda imut di depannya. Jawaban apa itu ? Namun karena Krist baru sadar, ia mengurungkan niatnya.

"Apa jawaban Krist ?" Kata Singto menuntut jawaban.

"Iya mau." Kata Krist yang mencium pipi Singto. Mereka saling memeluk dalam diam. Merekam bentuk tubuh dan kehangatan masing-masing lawannya.

"Ah.. hampir saja P lupa." Kata Singto yang melepaskan pelukan mereka. Krist memasang wajah tak rela.

"Ini buku kesayanganmu." Kata Singto menyerahkan novel 'Sotus' ke tangan Krist. Krist menatap Singto dengan bingung.

"Kau memeluk ini saat kecelakaan malam itu." Jelas Singto. Mungkin karena itu Krist bisa bermimpi masuk ke dalam novel. Krist tak terlalu ambil pusing. Ia sangat bahagia hari ini.

Krist membuka buku itu, membaca lembar demi lembar dan tersenyum. Ceritanya masih sama. Tak ada perubahan apapun. Krist senang, dan itu berarti P'Kongpop dan P'Arthit tidak berakhir menyedihkan.

Berbahagialah P'Arthit dan P'Kongpop. Karena aku juga akan berbahagia dengan P'Singto di sini.

***

Kongpop berlari takut telat menghadiri pertemuan Sotus pertamanya di kampus. Dia dan Em berlari menuju ke aula olahraga itu.

Para senior tahun kedua membagikan name tag ke masing-masing junior tahun pertama. Mereka juga diajarkan bagaimana mengucapkan yell yell fakultas engineering.

Tawa dan Yell - Yell memenuhi aula itu sampai beberapa pemuda dengan jaket merah maroon datang memasuki aula tersebut. Aura mengintimidasi dipancarakan penuh oleh mereka. Terutama oleh pemuda manis yang di hadapannya.

"SWASDEEKHAP NONG. NAMAKU ARTHIT ROJNAPAT. HEAD HAZER TAHUN INI. AKU BERTANGGUNG JAWAB ATAS KALIAN SELAMA SATU TAHUN. SOTUS INI DISELENGGARAKAN AGAR KALIAN DAPAT MENAATI PERATURAN, MENGHARGAI WAKTU DAN MENGHORMATI PARA SENIOR KALIAN.  APA KALIAN INGIN MENGENAL SENIOR KALIAN ?" Teriak sang ketua head hazer.

"Ingin."

"LEBIH KENCANG!!"

"INGIN!!"

"BAGUS! AKU MEMPUNYAI TUGAS UNTUK KALIAN. DALAM WAKTU 1 MINGGU, KALIAN HARUS MENDAPATKAN NAMA DAN TANDA TANGAN SENIOR SEBANYAK 1.000 ORANG." Para junior tahun pertama terkejut dan tak terima diberi tugas seperti itu namun mereka juga takut untum berbicara langsung hingga mereka hanya berbisik-bisik satu sama lain.

"AHH.. AKU LUPA. KALIAN HARUS MENYEBUTKAN NOMOR DAN NAMA KALIAN JIKA INGIN BERBICARA!!" Lanjut Arthit yang membungkam para junior yang sedang berbisik-bisik itu.

"0062. Kongpop. Ijin berbicara."

Dan kisah cinta mereka telah dimulai !!.

9. Krist And Arthit (Bahasa) - CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang