Mindset Motivator vs Mindset Gelandangan

7 0 0
                                    

Ucapan seorang berprestasi atau pun bereputasi sangat meyakinkan. Kata - katanya optimistis. Menghipnotis. Terdengar Amat mengasyikan untuk para penggemarnya. Seolah mampu menguasai atas ketetapan diri akan hari depan. Berkeyakinan bahwa untuk menggapai sesuatu itu perlu perjuangan.

Berbeda halnya ketika mendengar ucapan kelas bawah nan rendahan. Kata- katanya pesimistis. Memuakan. Terdengar menjemukan. Seolah telah pasrah atas ketetapan diri akan hari depan. Seakan bahwa suatu perjuangan itu hanya kesia - sia'an.

Keduanya jelas memiliki alasan. Sebab Yang satu bermain dengan Tuhan melalui akal dan fikiran. Kemudian yang Satu bermain dengan hati dan perasa'an. Akal, fikiran, hati serta perasa'an. Kesemuanya itu pun hanya alat. Alat kepunyaan Tuhan untuk memanipulasi semua karyanya.

Maka serahkan alatnya. Berikan kepada Tuhan. Biarkan Tuhan berkarya menggunakan tanganya sendiri.

Tanganya ialah takdir.

Karya Tuhan pastinya berkualitas. Bentuknya tak bisa berubah ataupun dapat diubah. Andai pun merasa mampu merubahnya, pastinya sedang hilang kesadaran. Sebab telah merasa berdaya untuk memanipulasi karya Tuhan. Seolah berkehendak untuk mengimprovisasi karya Tuhan. Maka sebenarnya ia secara tidak sadar sedang kehilangan keorisinilitasan dari karya Tuhan. Merubah karya Tuhan menjadi bentuk imitasi.

Bila karya Tuhan mampu dirubah. Ia pun sebenarnya memiliki Tuhan yang tak berdaya melawan saat karyanya dirubah. Tapi mana ada yang akan menang melawan Tuhan. Mana ada yang berhasil mengutak atik tangan Tuhan. Menipu takdir. Mencoret, merobek, merendahkan, mengurangi, menambahkan, ataupun melebihkan keorisinilitasan karya - karya Tuhan. Sebab andai pun itu bisa, memang telah jadi ketetapan tangan Tuhan sejak awal karya - karya itu tercipta.

Namun diri sering tertipu pada tiap - tiap prosesnya.

Beranggapan karena proses perbuatan diri sendirilah yang merubah ketetapan - ketetapan Tuhan. Lupa bahwa semua proses itu pun termasuk takdir Tuhan. Akhirnya tanpa sadar, diri merasa memiliki daya dan upaya. Seolah berdaya untuk mengalahkan Tuhan yang maha berdaya. Berkuasa atas diri melebihi kuasa Tuhan. Lalu merasa memiliki kehendak. Mampu berkehendak bebas, untuk menetapkan takdirnya sendiri. Menganggap Tuhan hanya berperan sedikit dalam setiap detil kehidupanya.

Tersenyum, nikmati, ikhlaskan, syukuri saja takdir Tuhan detik ini. Sebab yang lalu pun hanya rentetan proses takdir Tuhan. Tak perlu disesali, dikeluhkan atau dibanggakan.

Takdir Tuhan yang depan biarkan menjadi urusan Tuhan. Serahkan saja diri ini sebagai maha karya cipta'an Tuhan yang maha esa lagi maha pencipta.

DelusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang