ENAM BELAS

2.1K 105 0
                                    

"Bu ijin ke toilet." Lia mengacungkan tangannya ketika jam pelajaran sudah dimulai.

"Alasan kamu ajakan, kalo mau kekantin bentar lagi juga bel." Guru yang mengajar di kelasnya sudah tahu kebiasaan buruk Lia.

"Ibu beneran saya gak tahan." Terang Lia mendengar alasan guru itu.

Namun tetap saja guru yang mengajarnya tak memeperdulikan itu. Lia benar-benar ia sudah tidak tahan.

"Ibu saya beneran, saya ketoilet sendiri ya." Pinta Lia yang sudah berdiri dengan melengkingkan kakinya akibat tak tahan.

Guru yang melihat itu merasa iba. Apalagi saat Lia melengkingkan kakinya. Akhirnya mengangguk sebagai tanda disetujui.

Lia yang melihat itu, lantas berlari sekuat tenaga, ia benar sudah tak tahan.

Lia masuk kedalam kamar mandi di dekat lorong menuju kelasnya, namun semua pintu terkunci. Lia yang tak tahan akhirnya pergi menuju Kamar mandi yang berada di dekat perpustakaan.

**

"Dito Raka!!" Teriak Rara menghentikan Mereka yang akan duduk di bangku kantin.

"Liat Lia gak?" Tanya Nadia cemas.

Yang ditanya hanya menggeleng kan kepala, karena mereka tak melihat. Bukan hanya itu mereka hanya tak mengerti raut ketiga sahabatnya Lia yang terlampau khawatir.

"Aduh gua cari dimana lagi coba?" Gerutu Rara yang masih bisa terdengar.

"Emang tuh bocah kemana?" Tanya Dito mengerti raut kekhawatiran mereka.

"Tadi dia ijin ke toilet, tapi nyampe sekarang gak balik-balik." Panik Rara menejelaskan.

"Dari kapan?" Tanya Galang ikut nimbrung sedangkan Geng Elang lainnya ikut memperhatikan.

"Dari jam ke tiga tadi." Terang Rara juga.

Galang langsung beranjak pergi meninggalkan kantin. Diikuti tiga sahabat Lia dan juga tak lupa ketiga sejoli itu.

"Lo udah cek kemana aja?" Tanya Galang tanpa menghentikan jalannya.

"Gua udah cek toilet Deket lorong kelas sebelas, terus toilet kelas sepuluh, toilet guru juga udah." Terang Rara yang ngos-ngosan mengikuti langkah Galang.

"Toilet kelas dua belas?" Tanya Dito memastikan.

"Gak mungkin, kejauhan." Jawab Andin ambil suara.

Galang dan yang lainnya ikut menyetujui alasan Andin. Galang menghentikan langkahnya untuk mengambil napas, masalahnya sekolahnya itu sangat Luas.

Galang mengambil telponnya kemudian mendekatkan pada telinganya.

"Sebar anak Elang cari pacar gua Di manapun khususnya sekitaran toilet sama gudang." Putus Galang sepihak setelah mengatakan perintahnya.

Katakanlah ia suka mengatur. Namun yang terpenting baginya kali ini adalah menyelamatkan Lia.

"Toilet Deket perpus!" Usul Nadia teringat sesuatu.

Seperti ada yang memerintah, semuanya menuju arah yang disebutkan Nadia.

Tak peduli dengan perbedaan gender. Keempat cowok langsung menerobos masuk ketoilet perempuan.

"Li! Li!" Ketok para perempuan kepintu toilet yang masih tertutup.

Keluarlah orang-orang yang berada di toilet yang diketuk. Awalnya mereka ingin marah namun saat melihat para cowok yang berkuasa disekolah, mereka mengurungkan niat dan keluar dengan kesal.

"Kak!" Tunjuk Andin pada pintu yang masih tertutup.

Galang yang melihat itu lantas mendorong kuat pintu itu, namun hasilnya nihil. Ia menyuruh yang lain untuk mudur, kemudian ia mengambil ancang-ancang untuk mendobrak pintu.

Satu kali gagal.
Dua kali pintu mulai Renggang.
Percobaan yang ketiga kali menghasilkan juga.

Pitu terbuka menampakan seorang perempuan yang duduk diatas toilet dengan rambut terurai. Keadaannya sungguh mengenaskan, seragamnya basah rambutnya pun acak-acakan.

Galang dengan Reflek membotong Lia. Berlari secepat mungkin menuju parkiran.

Hal tadi tak luput dari perhatian warga sekolah yang ingin melihat kejadiannya. Untungnya ada geng Elang yang membubarkan siswa atau meluangkan jalan agar cepat Sampai.

Untung saja Galang tepat dengan membawa mobil kesekolah. Padahal ia tadi sangat malas, namun atas perintah mamanya iapun menurut. Untung saja.

Rara membuka pintu bagian belakang kemudian ia masuk terlebih dahulu. Galang memasukkan tubuh Lia dengan posisi kepala Lia berada dipaha Rara agar menjadi bantalan.

"Li sadar dong." Lirih Rara.

Galang segera memasuki mobil dan untung saja lagi-lagi keadaan berpihak padanya. Mobil yang dikendarai Galang terparkir didepan jadi memudahkannya untuk keluar.

Memang Elang dengan kekuasaannya, mereka mempunyai lahan parkir yang tidak boleh ditempati anak lain. Toh yang lain juga akan takut pada mereka.

Galang keluar dengan mulus apalagi pintu gerbang sudah terbuka sempurna. Jangan Lupakan Rei yang membujuk satpam agar membukakan pintu gerbang dengan segala upaya.

"Lang cepetan!" Kesal Rara sebab tubuh sahabatnya ini malah nambah menggigil.

"Badan Lia dingin banget!" Jelas Lia tanpa diminta Galang.

Sontak saja Galang yang mendengar itu memacukan mobilnya dengan cepat. Sudah berapa kali ia melirik ke kaca spion agar ia bisa melihat kondisi Lia.

Walk [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang