Seorang perempuan sedang terbaring di kasur putih berasalaskan kain berwarna biru. Terselimuti sampai bawah tangannya dengan kain putih.Tergantung kantung berisi cairan yang akan mengalirkan tetesan air pada selang. Dengan bantuan alat pernapasan untuk memasok oksigen untuk tubuhnya.
Rara dan Galang setia berada didalam kamar menemani perempuan yang tengah berbaring lemas. Sudah beberapa kali Rara mengajak Lia perempuan yang terbaring untuk berbicara.
"Ra, tidur bentar boleh kok. Istirahat bentar ya. Tapi bangun lagi." Pasrah Rara karena sudah berkali-kali ia mencoba namun tak menunjukan hasil.
Galang menunjukkan kekhawatirannya dengan mengusap kepala Rara lembut. Ia menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajah Lia.
Andin dan Nadia masuk kedalam ruangan dengan napas yang masih memburu. Keduanya datang diikuti dengan tiga sejoli berada dibelakangnya.
Drt
Suara ponsel Galang memecah keheningan, semua pandangan beralih padanya.Suara yang mengistupsi dari penelpon sepertinya membuat Galang kesal. Terlihat wajahnya yang mengeras dan pandangannya tampak tajam.
"Urus dia! Tahan sampai gua yang kasih pelajaran!" Geram Galang tertahan yang langsung mematikan sambungan.
Galang mungkin akan marah-marah tidak jelas jika ia tidak sadar sedang berada dimana sekarang. Pasalnya tadi yang menelpon adalah anak buah Elang.
Rara yang sedari tadi memperhatikan wajah Lia tersentak begitu melihat sang empu menggerakkan matanya. Rara langsung menepuk tangan Andin yang berada disebelahnya.
Kelakuan Rara membuat semua orang berganti menatapnya kemudian mengalihkan pada Lia. Terlihat pergerakan dijari ataupun matanya walaupun masih terpejam.
"Sayang." Ujar Galang lembut, berharap sang pacar akan segera bangun ketika mendengar suaranya.
Pergerakan yang dilakukan Lia semakin menunjukkan tanda-tanda. Perlahan matanya terbuka dengan sayu.
"Syukurlah!" Sepertinya semua orang yang ada disana mengucapkan hal yang diucapkan Nadia.
"Hng." Geram Lia saat pertama kali membuka matanya.
Lia membuka mulutnya kemudian mengucapkan satu kata. Berharap semua yang ada disana mengerti apa yang diinginkannya saat ini.
Namun, Mereka saling melirik karena tak mengerti apa yang Lia ucapkan. Rei yang melihat itu, memutar bola mata malas.
Rei melangkah mendekati nakas yang berada disamping Galang. Ia mengambil gelas yang ditutup dan memasukan sedotan kedalam gelas.
Rei melangkah mendekat, dan mengarahkan sedotan kedalam mulut Lia. Lia yang sangat haus langsung saja menyedot air itu.
"Ternyata babang Rei peka ya." Gurau Dito, sedari tadi ia menahan karena ia sangat tak suka dengan keheningan.
"Tumben ya, bos kita gitu!" Bangga Raka mengikuti Dito.
"Ehem." Deham Nadia.
Andin ternyata sedari tadi peka juga, ia sudah menekan tombol yang berada dibelakang ranjang pasien. Terbukti dengan Dokter yang sudah datang kedalam ruangan bersama seorang susuter.
"Syukurlah, keadaannya baik-baik saja." Terang Dokter setelah memeriksa Lia.
"Bisa pulang kapan dok?" Tanya Rara khawatir.
"Besok sudah bisa, asalkan keadaan pasien semakin membaik."
"Makasih Dok." Ungkap Rara yang dijawab anggukan oleh Dokter, kemudian melenggang keluar diikuti suster.
"Udah baikan?" Tanya Galang khawatir.
Lia tersenyum kemudian mengangguk samar. Penglihatannya mengedar pada orang yang yang berada didalam ruangan.
"Kalian bolos?" Itu yang ditanyakan Lia pertama kali.
"Bukannya makasih ni orang, malah nanya bolos lagi!" Geram Rara melihat kelakuan sahabatnya.
"Siapa yang ngurung Lo dikamar mandi?" Tanya Raka.
Lia mencoba mengingatnya, namun akhirnya ia menggeleng.
"Yakin?" Tanya Rei melihat Lia yang menggeleng pelan.
"Udah yang penting Lo selamat."
"Ka kamu mau minum lagi?"Galang gugup apalagi saat orang menatapnya ketika ia menyebut lo untuk Lia.
"Kalian gak capek apa diri terus! Gua aja capek." Gerutu Dito yang sudah duduk di sofa yang berada didalam ruangan.
"Badan Lo aja gede, diri aja capek." Kesal Nadia.
"Eh gua tuh gak gede kali, orang ganteng gini!"
"Ganteng dari mananya pantat kuda?" Ejek Raka melihat kelakuan sahabatnya itu.
"Buktinya followers gua banyak!" Bela Diri tak mau kalah.
"Masih banyakan juga Bos Kita!" Tantang Raka tak mau kalah.
Sudahlah pertikaian mereka terus berlanjut memenuhi ruangan itu. Ruangan yang diperuntukkan untuk beristirahat sekarang beralih fungsi malah membuat orang pusing.
Kedua orang itu tidak ada yang mau mengalah. Padahal hanya dari obrolan capek berdiri terus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk [Completed]
Teen FictionOtw [Revisi] Tentang kata yang sukar untuk diungkapkan. Hal yang sering kita lupakan, sangat sederhana. Orang yang memiliki kesungguhan akan berjalan tanpa berhenti atau hanya sekedar untuk menengok.Tentang berjuang, ikhlas dan arti sebuah pengajar...