7-Menyapa?

38 2 6
                                    

Film sudah selesai beberapa saat yang lalu. Perut yang bersuara membawa mereka terduduk di resto ini.

Amanda menghela nafasnya sambil memainkan ponsel, tak tau apa yang harus dilakukannya sekarang.

Ia melirik pada Jin dan Sintya yang terus tertawa sambil bercanda sedari tadi.

Clara yang melihat Amanda terasingkan tertawa kecil. Rencananya berhasil untik mengerjai Amanda.

"Man? Sehat? Diem diem bae" Tegur Clara disambut tawa renyah yang lain.

"Bacot" Ungkapnya kesal walau suaranya pelan.

Clara tau betul ia sedang kesal karena dari tadi diacuhkan. Bagaimana bisa Manda mengobrol dengan Suga? Malu yang ada.

Entah, mengapa ia jadi parno sama Suga? Pikirnya. Padahal Suga juga laki laki biasa seperti yang lain, namun rasa Amanda terhadap Suga berbeda dengan rasa Amanda terhadap yang lain.

"Gimana nih? Udah jadi?" Tanya Jimin mengawali percakapan. Ia melirik jahil kepada Sintya dan Jin.

"Apaan sih lo" Balas Sintya malu malu.

"Najis biasanya juga nyerocos terus mulutnya. Kok sekarang jadi sok imut gitu sih?" Cerca Clara diakhiri dengan tawa singkatnya.

"Mana ada" Elak Sintya.

"Lo gimana, Man? Ada kemajuan?" Ledek Clara kali ini kepada Amanda.

Amanda melotot menyadari Clara yang meledeknya.

Semua tertawa melihat reaksi Amanda.

"Ohh jadi Amanda lagi ngedeketin si anu?" Lirik Jin jahil, membuat Amanda semakin kesal.

"Gue ga deketin Suga! " Sergahnya cepat.

"Lah kan gue belum bilang lo ngedeketin Suga, hayoo ketauan ya" Tambah Jin diakhiri dengan tawa yang lain membuat Amanda salah tingkah.

"Ih ma-maksud gue"

"Apa?" Potong Suga. Bibirnya mengembang walau hanya terlihat sedikit.

"Ehem" Jimin berdeham sambil melirik Amanda dan Suga.

"Ini nih kemajuan namanya" Ledek Clara disambut tawa yang lain.

Amanda kembali salah tingkah, ingin melawan namun percuma saja ia tak mungkin menang.

Tak disadari, sepasang mata memperhatikannya sambil tersenyum.

***

Amanda membuang tas kecil yang ia bawa ke kasur,  iya duduk di ujung sisi tempat tidurnya. Iya tak bisa berhenti tersenyum memasuki rumah.

Plakk!

Amanda menampar pipinya sendiri, "Apaan sih lo, Man! Kok jadi gini" Katanya frustasi.

"Pokoknya lo nggak boleh sampe jatuh cinta sama cowok dingin itu! Inget dia pernah jatohin harga diri lo depan banyak orang!" Ucapnya sendiri. Namun, siapa yang bisa mengatur pada siapa hati akan jatuh?

***

Amanda tidak bisa fokus memperhatikan Bu Marline yang tengah mengajar di depan kelas, hatinya sangat tidak menentu terhadap orang disampingnya yang membuat pipinya merona saat hari libur kemarin.

Amanda ingin sekali menanyakan buku catatannya yang ia duga jatuh di depan kedai kopi beberapa hari lalu pada Suga, namun ia takut. Entah apa yang ia takuti jika Suga tahu bahwa yang menabrak bahunya waktu itu adalah Amanda.

Dia berpikir keras hanya untuk mengajak Suga berbicara, bingung untuk memulai darimana, dan apa yang akan dibicarakan. Namun entah, ia merasa ingin saja berbicara dengan manusia dingin satu ini.

Ia gelisah sembari sesekali mencuri curi pandang pada Suga yang sedang mengetuk ketuk kecil pulpennya ke dagu.

Amanda menarik nafasnya, jantungnya berpacu cepat. Ia jarang sekali mengalami keadaan seperti ini, terakhir kali saat disidang guru BK karena ketahuan meledek guru lain yang sedang berbicara.

Ia bingung dan gelisah, namun rasanya ingin saja mencoba berbicara dan mengetahui lebih dalam tentang Suga.

Amanda menarik nafas gelisah lalu membuka mulutnya, "Su-Suga!" Panggilnya cepat. Suga langsung menoleh karena sedikit terkejut.

Namun Amanda menyadari sesuatu yang aneh, beberapa murid di sekitarnya dan Bu Marline juga menoleh ke arahnya.

"Anjir! Kok gue manggil kenceng banget si astaga" Gumamnya dalam hati sambil melihat Bu Marline yang tengah mengerutkan dahinya.

"Amanda! Kamu kalo mau ngobrol silakan keluar!" Ucap Bu Marline dengan nada tinggi.

"Saya lagi jelasin materi, tau?!" Lanjutnya lagi.

"Tau kok bu" Balas Amanda.

"AMANDA!"

"I-iya ampun bu!"

***

"Man" Panggil Clara, Amanda menoleh kearahnya. Clara lalu ia menunjuk seseorang menggunakan dagunya, "Tuh, samperin gih" Ucapnya sambil menyengir, berekspresi jahil.

Amanda sedikit berdecak, memutar bola matanya malas. Ia sedikit kesal karena terus terusan dijahili dua temannya.

"Kenapa? Lo masih inget kan tantangan dari kita? Tinggal berapa minggu lagi nih?" Ucap Sintya jahil disambut dengan tertawaan Clara.

"Ish! Iyaiya!" Amanda berdecak lalu ia melirik Suga yang tentu saja sedang makan dengan Jin. Tidak lupa dengan earphone yang selalu dipakainya kecuali saat jam belajar.

Amanda melangkah kecil, diikuti dua temannya di belakang. Mengingat kursi dan meja kantin yang panjang, jadi memungkinkan mereka untuk bergabung bersama Jin dan Suga.

"Hey" Sapa Amanda sambil menunjukkan senyum andalannya yang biasanya bisa membuat para lelaki meleleh.

Kecuali Suga tentunya.

"Eh Sintya, sini gabung sama kita." Sapa Jin pada Sintya.

"Perasaan yang nyapa Manda deh, kok yang lo sautin malah Sintya?" Ucap Clara. Sintya tersipu malu dan Jin tersenyum sambil menggaruk tengkuknya.

"Duduk sini gabung sama kita" Ajak Jin mempersilakan Amanda, Sintya dan Clara untuk duduk.

Suga melirik Amanda, tatapan yang sama saat pertama kali Amanda menghampirinya di tempat yang sama, dingin dan menusuk. Senyum pun tak terukir di bibir cowok itu.

Amanda sedikit meringis, kemudian ia mengambil duduk di depan Suga. Dirinya langsung loyo hanya karena tatapan Suga. Ia seperti kesal Amanda datang kesini.

"Hmm.. Sebenernya.."

***

Up nihh! Sorry lama hehe..

Lanjutin? Vomment yg banyakk!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 31, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Suganda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang