Toko Buku

91 10 1
                                    

Bel pulang akhirnya berbunyi, terdengar derap langkah kaki para murid keluar dari kelas mereka masing-masing, yang kemudian memenuhi koridor, tak terkecuali dengan Larata dan kawan-kawan.

"Akhirnya, kangen banget gue sama kasur di rumah." Kata Ririn.

"Oh iya Ta, Lo mau tunggu Abang Lo dulu disini?"

"Iya Rin, soalnya 'kan gue tadi pagi berangkat bareng dia."

"Ya udah, kita temenin tunggu Kak Deon deh."

Tak lama setelah mereka menunggu akhirnya Deon datang menghampiri mereka. "Udah lama Lo disini?"

"Lumayan, tapi ada mereka sih, jadi gue gak kelihatan kayak anak ayam kehilangan induknya gitu."

"Duhh Adek gue kasian nunggu, sini." ucap Deon sambil memeluk dan mengelus puncak kepala Larata yang langsung di dorong olehnya. "Dih Bang apaan sih jijik banget gue."

"Bang.. Dedek pengen di peluk, elus manja juga dong Bang." rengek Raihan yang menarik ujung baju Deon.

"Eh Lo ngapain anjir" mendorong kepala Raihan menjauh.

"Dasar kurbel."

"By the way, thanks ya udah jagain Larata bentar." ucap Deon tersenyum.

"Sama-sama kak." jawab Ririn tersipu.

"Jangan lupa nafas Rin." bisik Tami.

"Balik kuy, ini sekolah udah mau sepi dan kita mau sampai kapan masih asik ngobrol disini?" celetuk Ari.

"Kuy lah, balik."

Saat berjalan menuju parkiran, "Oh iya, gue lupa tadi Mama telpon katanya seminggu ke depan mereka gak di rumah, soalnya ada kerjaan, biasalah." ujar Deon.

"Jadi kita di rumah cuma berdua aja gitu? Males banget sepi."

"Lo males karena sepi di rumah cuma ada gue, apa males cuma berdua sama gue di rumah?"

"Berdua sama Lo lah."

"Dasar Lo Adek durhaka ya." yang di balas Larata dengan memeletkan lidahnya, kemudian kabur dan langsung masuk ke dalam mobil.

"Untung satu punya Adek macam dia."

"Kak, mampir ke toko buku bentar ya." ucap Larata ketika mobil keluar dari pekarangan sekolah.

"Ngapain Lo?"

"Ngamen gue." Deon menoleh dan menatap Larata datar.

"Yakali, Lo pikir aja ngapain kalau ke toko buku, aneh sih pertanyaan Lo."

"Ya udah santai aja kali kagak usah ngegas." jawab Deon sambil memutar setir.

"Lah Lo yang ngeselin, nyalahin gue lagi."

Di sepanjang perjalanan tidak ada yang membuka suara, Deon sibuk menyetir sedangkan Larata memasang earphone-nya dan asik menikmati musik yang sedang mengalun di kedua telinganya. Sesampainya di toko buku Larata keluar dari mobil.

"Gak ikut masuk Lo?"

"Gak, males gue, di sini aja dah."

Larata memasuki toko buku tersebut dan mulai menyusuri rak yang berisikan novel yang tersusun rapih. Larata mengambil beberapa novel yang akan Ia habiskan saat di rumah nanti. Namun, ketika Ia ingin mengambil novel yang terletak di rak paling atas Larata kesulitan menggapainya, tetapi tiba-tiba ada tangan yang telah terulur untuk mengambil novel tersebut. "Eh?" Larata membalikkan badannya dan langsung bertemu dengan sepasang mata cokelat yang menatapnya.

"Nih novelnya." ucap seorang tadi sambil memberi novel tersebut kepada Larata.

"Thanks kak." jawab Larata tersenyum.

"Hari ini kita ketemu terus ya, ketemu nya juga pasti Lo lagi kesusahan, contohnya tadi."

"Hehe iya kak, maaf jadi ngerepotin."

"Oke, Lo kesini sama siapa?

"Sama Kak Deon."

"Lo pacaran sama dia?"

"Hahaha.."

"Malah ketawa lagi, gue nanya nih."

"Gak mungkin lah gue pacaran sama dia."

"Kenapa gak mungkin? Lo udah temenan lama ya? Jadinya kayak friendzone gitu? Makanya Lo bilang gak mungkin pacaran sama dia?"

"Haha parah deh kak, kok Kakak bisa mikir jauh banget, Kak Deon itu Abang gue Kak, 'kan gak mungkin kalau kita pacaran."

"Eh? Abang Lo? Jadi malu gue, di kira Lo emang deket gitu sama dia."

"Ya gak lah Kak." jawaban Larata membuat kelegaan tersendiri di hati Rezy.

"Anyway, Kakak disini mau cari novel juga?"

"Gak, gue lagi cari komik-komik aja, buat kalau gue bosen di rumah."

Larata menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Kemudian setelah lama mereka memilih apa yang mereka inginkan, mereka menuju kasir untuk membayarnya. Ketika keluar dari toko buku Larata membuka suaranya. "Kak, gue duluan ya, kasian Bang Deon udah nunggu lama daritadi."

"Oh, hati-hati ya."

"Iya Kak, bye."

"Bye." balas Rezy tersenyum melihat Larata masuk ke dalam mobil, sebelum mobil tersebut melesat pergi.

"Gue nunggu udah mau jamuran kali di mobil dan Lo malah asik berduaan ngobrol sama cowok di dalem."

"Ya sorry.."

"Emang siapa namanya?"

"Itu Ketua OSIS."

"Oh itu yang namanya Rezy."

"Iya, kok kayak baru tau? Di sekolah selama ini ngapain aja?"

"Belajar untuk menjadi pria idaman para wanita. Asik banget 'kan gue."

"Sebahagia Lo."

***

Larata merebahkan dirinya yang masih menggunakan seragam sekolah lengkap, sekarang Ia sedang berada dalam kamarnya, setelah beberapa menit yang lalu Ia sampai di rumahnya. Larata menatap langit kamarnya sesaat, kemudian beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Setelah mandi dan berpakaian, Ia mendengar suara bising dari kamar sebelah, kamar siapa lagi kalau bukan kamar Tuan Deontara, Larata menduga jika ada makhluk lain selain Abang nya disana dan ketika Larata berjalan kemudian membuka pintu kamar Abangnya tanpa mengetuk terlebih dahulu, benar saja disana sudah ada Raihan dan Ari dengan playstation di tangan mereka.

"Eh ada Ata, kangen ya sama Babang Raihan."

"Jijik gue."

"Yee sirik aje Lo."

"Kenapa Ta?" tanya Deon.

"Gak apa-apa cuma mau ngecek aja soalnya berisik banget. Siapa tahu juga Lo bawa cewek ke sini 'kan Mama Papa gak ada, jaga-jaga aja gue."

"Gila, emang gue cowok apaan kampret. Mending balik ke kamar Lo sana huss." usir Deon dengan melempar bantal ke arahnya. "Ganggu dasar bocah." Larata mencibir dan balik melempar bantal ke arah Abangnya sebelum lari ke kamar lalu menguncinya.

***

Tbc, sorry pendek :)
Jangan lupa meninggalkan jejak, hehe.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 17, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My MoodboosterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang